NYARIS semua hal yang berhubungan dengan radiasi membangkitkan rasa takut dan ngeri. Ketakutan ini timbul karena masih kuatnya kesan negatif masyarakat kita terhadap kata "radiasi". Pendek kata, apa pun bentuknya, jika sudah berurusan dengan radiasi, harus dihindari karena dianggap berbahaya. Padahal, tidak semua radiasi berbahaya. Bahkan, baik disadari atau tidak, dalam kehidupan sehari-hari kita selalu mendapatkan paparan radiasi dari berbagai sisi. Di mana pun dan kapan pun, tubuh kita selalu terkena radiasi. Tidak percaya? Mari kita runut satu persatu.
Di alam ini memang terdapat apa yang disebut dengan unsur radioaktif, yakni sifat dari suatu zat yang dapat memancarkan sinar radiasi karena kondisi zat tersebut tidak stabil. Secara alami dalam tulang kita terdapat (sedikitinya dua) unsur radioaktif, yakni polonium dan radium. Otot-otot kita mengandung unsur karbon (C) dan kalium (K) radioaktif. Sementara itu, dalam paru-paru kita juga terdapat gas mulia radioaktif dan tritium. Zat-zat ini dan banyak zat lainnya secara terus-menerus memancarkan radiasi dan menyinari tubuh kita dari dalam. Kita juga terkena radiasi dari dalam melalui semua zat radioaktif alam dan buatan yang berasal dari makanan atau minuman yang kita konsumsi sehari-hari.
NYARIS semua hal yang berhubungan dengan radiasi membangkitkan rasa takut dan ngeri. Ketakutan ini timbul karena masih kuatnya kesan negatif masyarakat kita terhadap kata "radiasi". Pendek kata, apa pun bentuknya, jika sudah berurusan dengan radiasi, harus dihindari karena dianggap berbahaya. Padahal, tidak semua radiasi berbahaya. Bahkan, baik disadari atau tidak, dalam kehidupan sehari-hari kita selalu mendapatkan paparan radiasi dari berbagai sisi. Di mana pun dan kapan pun, tubuh kita selalu terkena radiasi. Tidak percaya? Mari kita runut satu persatu.
Di alam ini memang terdapat apa yang disebut dengan unsur radioaktif, yakni sifat dari suatu zat yang dapat memancarkan sinar radiasi karena kondisi zat tersebut tidak stabil. Secara alami dalam tulang kita terdapat (sedikitinya dua) unsur radioaktif, yakni polonium dan radium. Otot-otot kita mengandung unsur karbon (C) dan kalium (K) radioaktif. Sementara itu, dalam paru-paru kita juga terdapat gas mulia radioaktif dan tritium. Zat-zat ini dan banyak zat lainnya secara terus-menerus memancarkan radiasi dan menyinari tubuh kita dari dalam. Kita juga terkena radiasi dari dalam melalui semua zat radioaktif alam dan buatan yang berasal dari makanan atau minuman yang kita konsumsi sehari-hari.
Setiap waktu kita juga terkena radiasi dari bumi dan angkasa. Meski jarang terjadi, kita menerima lewat zat-zat radioaktif yang dikeluarkan lewat atmosfer melalui ledakan-ledakan nuklir dan lepasan dari pusat tenaga termal/panas. Yang lebih mengejutkan, rumah kita mungkin juga menjadi "gudang" dari sejumlah materi yang mengandung zat radioaktif yang kita bawa ke dalam rumah. Zat tersebut sebagian besar menempel pada tubuh kita atau banyak berhubungan dengan aktivitas kita sehari-hari. Sebut saja misalnya gas radon.
Dalam bidang kesehatan, radiasi justru menjadi penyelamat. Kadang-kadang kita menjalani pemeriksaan dengan sinar-X dan mammografi. Dokter gigi kemungkinan memutuskan untuk menyinari gigi kita dengan sinar-X. Pengobatan dan pemeriksaan medik juga memerlukan zat-zat radioaktif yang disuntikkan ke dalam tubuh kita. Penyakit kanker kadang-kadang diobati dengan sinar-X atau unit telekobal (disebut juga bom kobal).
Di beberapa jenis pekerjaan, misalnya di industri nuklir, pertambangan dan penerbangan, para pekerja terkena radiasi, walaupun sasaran proses tersebut tidaklah menggunakan radiasi. Jika pada masa liburan kita berjalan di pegunungan atau terbang dengan pesawat, kita akan terkena radiasi lebih banyak dari biasanya.
Contoh-contoh ini secara jelas menunjukkan bahwa tidak semua radiasi berbahaya. Sebaliknya, memang benar bahwa radiasi dapat membunuh, dengan cepat atau secara perlahan. Oleh karena itu, baik untuk diketahui, kapan seseorang seharusnya takut terhadap radiasi dan kapan seharusnya tidak takut. (Nur/infonuklir.com)***
Radioaktivitas Ditemukan Tanpa Sengaja
PENEMUAN sejumlah unsur kimia dan sejumlah hukum dalam dunia ilmiah, memang tak terlepas dari kerja keras dan usaha tak kenal lelah para ilmuwan. Namun demikian, tidak jarang sejumlah penelitian dan percobaan yang dilakukan para ilmuwan mengalami kegagalan. Sebaliknya, dari berbagai kegagalan dan kesalahan eksperimentasi, sering pula muncul temuan baru tanpa sengaja. Salah satunya adalah radioaktivitas.
Bermula pada tahun 1895 ketika Rontgen melakukan percobaan menggunakan tabung sinar katoda yang dibungkus kertas hitam. Garam fluorescen yang sedang diuji coba mengeluarkan cahaya setiap kali tabung katoda dijalankan, meskipun tidak mendapat penyinaran sinar katoda. Rontgen menyimpulkan, sinar-X dengan sifat bukan cahaya tampak, dapat menembus bahan dan membuat foto film menjadi hitam. Rontgen mencatat pengamatan pertamanya pada 8 November 1895 dan pada akhir bulan Desember 1896 diaplikasikan untuk mendiagnosis patah tulang tangan. Sinar-X bukanlah sinar radioaktif. Radiasi sinar-X dihasilkan sewaktu elektron kehilangan kecepatannya karena berinteraksi dengan bahan dan sinar-X mengambil energi kinetik dari elektron, dalam ilmu fisika disebut Bremstrahkung.
Sedangkan penemuan radioaktivitas terjadi karena kesalahan. Becquerel melakukan penelitian sifat-sifat dari garam fluorescen. Becquerel berpendapat bahwa terjadinya fluoresensi dan emisi sinar-X memiliki alasan yang sama. Dia menempatkan beberapa bahan yang bersifat fluorescen, antara lain garam uranium yang dibungkus film dan dibungkus lagi dengan kertas hitam tebal yang selanjutnya dijemur di sinar matahari. Film yang dipakai pembungkus menunjukkan warna hitam sesuai dengan yang diperkirakan. Becquerel mempublikasikan hasil pengamatannya yang salah tersebut.
Pada musim panas 1896 Becquerel melanjutkan penelitiannya. Ketika awan menutupi sinar matahari Becquerel menyimpan perangkat penelitiannya di dalam lemari yang tertutup. Beberapa hari kemudian Becquerel mencuci filmnya dan film yang dipakai membungkus uranium yang disimpan di dalam lemari menjadi hitam, ini membuktikan tidak adanya hubungan antara sinar-X dengan cahaya fluorescen. Selanjutnya Becquerel melanjutkan penelitiannya lebih sistematis dan menyimpulkan bahwa penomena yang diamati karena uranium memancarkan radiasi yang mengionisasi udara, sama seperti sifat dari sinar-X.
Becquerel dengan asistennya Marie Curie melanjutkan penelitian. Suami istri Curie melanjutkan penelitian pada tahun 1898 yang menghasilkan penemuan unsur-unsur radioaktif seperti polonium dan radium. Walau Pada saat itu suami istri Curie sama sekali tidak mengetahui dari mana energi radiasi berasal, mereka tidak membayangkan bahwa suatu unsur radioaktif akan bertransformasi sewaktu memancarkan radiasi. Mereka hanya berpendapat bahwa kejadiannya berlawanan dengan hukum ke-2 termodinamika.
Rutherford pada 1898 menyimpulkan, radiasi dari uranium tidak homogen. Ada yang memiliki kemampuan mengionisasi yang kuat, namun tidak mampu menembus selembar kertas. Ada pula komponen radiasi lainnya yang memiliki sifat penetrasi yang kuat, namun sifat ionisasinya lemah. Keduanya kemudian diberi nama masing-masing dengan radiasi alpha dan beta. Selanjutnya Becquerel membuktikan bahwa radiasi beta merupakan patikel elektron. Sedangkan radiasi alpha baru teridentifikasi pada tahun 1909 oleh Rutherford yang menunjukkan bahwa partikel alpha identik dengan dua atom helium yang terionisasi.
Di alam ini memang terdapat apa yang disebut dengan unsur radioaktif, yakni sifat dari suatu zat yang dapat memancarkan sinar radiasi karena kondisi zat tersebut tidak stabil. Secara alami dalam tulang kita terdapat (sedikitinya dua) unsur radioaktif, yakni polonium dan radium. Otot-otot kita mengandung unsur karbon (C) dan kalium (K) radioaktif. Sementara itu, dalam paru-paru kita juga terdapat gas mulia radioaktif dan tritium. Zat-zat ini dan banyak zat lainnya secara terus-menerus memancarkan radiasi dan menyinari tubuh kita dari dalam. Kita juga terkena radiasi dari dalam melalui semua zat radioaktif alam dan buatan yang berasal dari makanan atau minuman yang kita konsumsi sehari-hari.
NYARIS semua hal yang berhubungan dengan radiasi membangkitkan rasa takut dan ngeri. Ketakutan ini timbul karena masih kuatnya kesan negatif masyarakat kita terhadap kata "radiasi". Pendek kata, apa pun bentuknya, jika sudah berurusan dengan radiasi, harus dihindari karena dianggap berbahaya. Padahal, tidak semua radiasi berbahaya. Bahkan, baik disadari atau tidak, dalam kehidupan sehari-hari kita selalu mendapatkan paparan radiasi dari berbagai sisi. Di mana pun dan kapan pun, tubuh kita selalu terkena radiasi. Tidak percaya? Mari kita runut satu persatu.
Di alam ini memang terdapat apa yang disebut dengan unsur radioaktif, yakni sifat dari suatu zat yang dapat memancarkan sinar radiasi karena kondisi zat tersebut tidak stabil. Secara alami dalam tulang kita terdapat (sedikitinya dua) unsur radioaktif, yakni polonium dan radium. Otot-otot kita mengandung unsur karbon (C) dan kalium (K) radioaktif. Sementara itu, dalam paru-paru kita juga terdapat gas mulia radioaktif dan tritium. Zat-zat ini dan banyak zat lainnya secara terus-menerus memancarkan radiasi dan menyinari tubuh kita dari dalam. Kita juga terkena radiasi dari dalam melalui semua zat radioaktif alam dan buatan yang berasal dari makanan atau minuman yang kita konsumsi sehari-hari.
Setiap waktu kita juga terkena radiasi dari bumi dan angkasa. Meski jarang terjadi, kita menerima lewat zat-zat radioaktif yang dikeluarkan lewat atmosfer melalui ledakan-ledakan nuklir dan lepasan dari pusat tenaga termal/panas. Yang lebih mengejutkan, rumah kita mungkin juga menjadi "gudang" dari sejumlah materi yang mengandung zat radioaktif yang kita bawa ke dalam rumah. Zat tersebut sebagian besar menempel pada tubuh kita atau banyak berhubungan dengan aktivitas kita sehari-hari. Sebut saja misalnya gas radon.
Dalam bidang kesehatan, radiasi justru menjadi penyelamat. Kadang-kadang kita menjalani pemeriksaan dengan sinar-X dan mammografi. Dokter gigi kemungkinan memutuskan untuk menyinari gigi kita dengan sinar-X. Pengobatan dan pemeriksaan medik juga memerlukan zat-zat radioaktif yang disuntikkan ke dalam tubuh kita. Penyakit kanker kadang-kadang diobati dengan sinar-X atau unit telekobal (disebut juga bom kobal).
Di beberapa jenis pekerjaan, misalnya di industri nuklir, pertambangan dan penerbangan, para pekerja terkena radiasi, walaupun sasaran proses tersebut tidaklah menggunakan radiasi. Jika pada masa liburan kita berjalan di pegunungan atau terbang dengan pesawat, kita akan terkena radiasi lebih banyak dari biasanya.
Contoh-contoh ini secara jelas menunjukkan bahwa tidak semua radiasi berbahaya. Sebaliknya, memang benar bahwa radiasi dapat membunuh, dengan cepat atau secara perlahan. Oleh karena itu, baik untuk diketahui, kapan seseorang seharusnya takut terhadap radiasi dan kapan seharusnya tidak takut. (Nur/infonuklir.com)***
Radioaktivitas Ditemukan Tanpa Sengaja
PENEMUAN sejumlah unsur kimia dan sejumlah hukum dalam dunia ilmiah, memang tak terlepas dari kerja keras dan usaha tak kenal lelah para ilmuwan. Namun demikian, tidak jarang sejumlah penelitian dan percobaan yang dilakukan para ilmuwan mengalami kegagalan. Sebaliknya, dari berbagai kegagalan dan kesalahan eksperimentasi, sering pula muncul temuan baru tanpa sengaja. Salah satunya adalah radioaktivitas.
Bermula pada tahun 1895 ketika Rontgen melakukan percobaan menggunakan tabung sinar katoda yang dibungkus kertas hitam. Garam fluorescen yang sedang diuji coba mengeluarkan cahaya setiap kali tabung katoda dijalankan, meskipun tidak mendapat penyinaran sinar katoda. Rontgen menyimpulkan, sinar-X dengan sifat bukan cahaya tampak, dapat menembus bahan dan membuat foto film menjadi hitam. Rontgen mencatat pengamatan pertamanya pada 8 November 1895 dan pada akhir bulan Desember 1896 diaplikasikan untuk mendiagnosis patah tulang tangan. Sinar-X bukanlah sinar radioaktif. Radiasi sinar-X dihasilkan sewaktu elektron kehilangan kecepatannya karena berinteraksi dengan bahan dan sinar-X mengambil energi kinetik dari elektron, dalam ilmu fisika disebut Bremstrahkung.
Sedangkan penemuan radioaktivitas terjadi karena kesalahan. Becquerel melakukan penelitian sifat-sifat dari garam fluorescen. Becquerel berpendapat bahwa terjadinya fluoresensi dan emisi sinar-X memiliki alasan yang sama. Dia menempatkan beberapa bahan yang bersifat fluorescen, antara lain garam uranium yang dibungkus film dan dibungkus lagi dengan kertas hitam tebal yang selanjutnya dijemur di sinar matahari. Film yang dipakai pembungkus menunjukkan warna hitam sesuai dengan yang diperkirakan. Becquerel mempublikasikan hasil pengamatannya yang salah tersebut.
Pada musim panas 1896 Becquerel melanjutkan penelitiannya. Ketika awan menutupi sinar matahari Becquerel menyimpan perangkat penelitiannya di dalam lemari yang tertutup. Beberapa hari kemudian Becquerel mencuci filmnya dan film yang dipakai membungkus uranium yang disimpan di dalam lemari menjadi hitam, ini membuktikan tidak adanya hubungan antara sinar-X dengan cahaya fluorescen. Selanjutnya Becquerel melanjutkan penelitiannya lebih sistematis dan menyimpulkan bahwa penomena yang diamati karena uranium memancarkan radiasi yang mengionisasi udara, sama seperti sifat dari sinar-X.
Becquerel dengan asistennya Marie Curie melanjutkan penelitian. Suami istri Curie melanjutkan penelitian pada tahun 1898 yang menghasilkan penemuan unsur-unsur radioaktif seperti polonium dan radium. Walau Pada saat itu suami istri Curie sama sekali tidak mengetahui dari mana energi radiasi berasal, mereka tidak membayangkan bahwa suatu unsur radioaktif akan bertransformasi sewaktu memancarkan radiasi. Mereka hanya berpendapat bahwa kejadiannya berlawanan dengan hukum ke-2 termodinamika.
Rutherford pada 1898 menyimpulkan, radiasi dari uranium tidak homogen. Ada yang memiliki kemampuan mengionisasi yang kuat, namun tidak mampu menembus selembar kertas. Ada pula komponen radiasi lainnya yang memiliki sifat penetrasi yang kuat, namun sifat ionisasinya lemah. Keduanya kemudian diberi nama masing-masing dengan radiasi alpha dan beta. Selanjutnya Becquerel membuktikan bahwa radiasi beta merupakan patikel elektron. Sedangkan radiasi alpha baru teridentifikasi pada tahun 1909 oleh Rutherford yang menunjukkan bahwa partikel alpha identik dengan dua atom helium yang terionisasi.
0 komentar:
Posting Komentar