1.
Bagaimana kemampuan
penentu kebijakan dalam bidang pendidikan di tingkat Kota/kabupaten dalam
menerjemahkan kebijakan otonomi daerah bidang pendidikan di daerahnya?
Kemampuan penentu kebijakan dalam pendidikan ditingkat
kabupaten atau kota dalam menerjemahkan kebijakan otonomi daerah bidang
pendidikan di daerahnya terkadang kurang sesuai dan kurang tepat sasaran dengan
kemampuan daerah atau kabupaten itu. Hal itu dikarenakan setiap penentu
kebijakan memiliki latar belakang pendidikan dan kemampuan yang kurang sesuai
dan memadai sehingga kebijakan yang diambil kurang berkualitas. Dalam kebijakan
tersebut, penentu kebijakan terkadang lebih berorientasi secara politis pada
kepentingan kepala pemerintah daripada kebutuhan masyarakat.
2.
Bagaimana
organisasi dan managemen pelaksanaan otonomi daerah di kabupaten?
Dari bagan tersebut pejabat pemerintah daerah
(bupati/walikota) merupakan penerima amanah dari pemerintah pusat yaitu otonomi
daerah dalam bidang pendidikan. Bupati merupakan penentu system pendidikan
dalam tingkat kabupaten. DPRD komisi E merupakan penilai kebijakan tersebut.
Sedangkan kepala dinas pendidikan merupakan pelaksana dari kebiajakan tersebut
untuk disosialisasikan kepada pihak terkait seperti guru, murid, dan orang tua.
3.
Bagaimana
hubungan pembiayaan sarana dan prasarana terhadap pendidikan di tingkat kota/
kabupaten?
Pemerintah telah memberikan anggaran pendidikan merata
pada setiap sekolah, namun sayangnya para penentu kebijakan cenderung
mneggunakan anggaran pendidikan untuk membiayai kegiatan- kegiatan yang
bersifat fisik dan program yang cepat dapat dilihat hasilnya. Sementara itu
pengadaan sarana dan prasarana secara minimal sudah dipenuhi meskipun tidak
didukung biaya perawatan yang tidak memadai.
4.
Bagaimana
kualitas pelayanan pendidikan terhadap public sejak diadakan otonomi daerah
bidang pendidikan di tingkat kota/ kabupaten?
Kualitas pelayanan pendidikan terhadap public dimulai
dari pemberian kebiajakan ooleh DPR komisi E kepada subyek subyek pendidikan
dibawahnya, memberi kebebasan pada setiap sekolah untuk mengembangkan kebijakan
yang telah ada dan hasilnya cukup memuaskan untuk saat ini. Karena adanya
perbedaan kebijakan pada setiap sekolah menyebabkan terjadinya kesenjangan
pendidikan. Dalam hal ini disebabkan karena perbedaan SDM dan cara pengelolaan
kebijakan.
0 komentar:
Posting Komentar