Pembelajaran mereupakan
jantungg dari proses pendidikan. Kualitas pendidikan bersifat kompleks dan
dinamis, dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi
garis waktu.
Apabila dilihat dari
tujuan akhir pendidikan nasional secara umum adalah peningkatan sumber daya
manusa (SDM) yang berkualitas. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya
pendidikan dan pembelajaran yang efisien dan efektif. Banyak factor yang
berpengaruh dalam mencapai tujuan tersevut. Salah satu diantaranya adalah teknologi
yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.
Pengemasan pendidikan,
pembelajaran, dan pengajaran sekarang ini belum optimal seperti yang
diharapkan. Hal ini terlihat dengan kekacauan-kekacauan yang muncul di
masyarakat bangsa ini, diduga bermula dari apa yang dihasilkan oleh dunia
pendidikan. Pendidikan yang sesungguhnya paling besar memberikan kontribusi
terhadap kekacauan ini (Degeng dalam Budiningsih, 2005:4).
Tantangan dunia
pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses demokratisasi belajar. Pembelajaran
yang mengakui hak anak untuk melakukan tindakan belajar sesuai
karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam lingkungan belajar yang
demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki kekuatan disamping
kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan kecemasan, bisa marah
di samping juga bisa gembira (Budiningsih, 2005:7).
Pembelajaran merupakan
upaya membelajarkan siswa. Untuk membelajarkan seseorang, diperlukan pijakan
teori agar apa yang dilakukan guru, dosen, pelatih, instruktur maupun siapa
saja yang berkeinginan untuk membelajarkan orang dapat berhasil dengan baik.
Ada dua pijakan teori yang dapat dijadikan pegangan agar pembelajaran berhasil
dengan baik. Kedua teori tersebut adalah teori belajar yang bersifat deskriptif.
Teori ini memberikan bagaimana seseorang melakukan kegiatan belajar. Teori
belajar yang banyak diterapkan oleh para ahli pembelajaran itu meliputi teori
behavioristik, teori kognitivistik, teori humanistik, dan teori belajar
sibernatik.
Pada makalah ini akan
dikaji tentang pandangan teori sibernatik terhadap proses belajar dan
aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran. Pembahasan diarahkan pada hal-hal
seperti pengertian belajar menurut teori sibernatik, aliran-aliran sibernatik,
aplikasi teori belajar sibernetik, implementasi teori sibernatik dalam
pembelajaran. Kegiatan makalah ini diakhiri dengan memaparkan keunggulan dan
kelemahan teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran. Makalah ini bertujuan
kepada semua pendidik diharapkan memiliki kemampuan untuk mengkaji hakekat
belajar menurut teori sibernetik dan penerapannya dalam kegiatan pembelajaran.
II.
TEORI
BELAJAR
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif
paling baru dibandingkan dengan
teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan
teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah
pengolahan informasi. Sekilas, teori ini mempunyai kesamaan dengan teori
kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori
sibernetik. Namun, yang lebih penting lagi adalah “system informasi” yang
diproses itu. Informasi inilah yang akan menentukan proses.
Asumsi
lain dari teori teori sibernetik ini adalah bahwa tidak ada satu proses belajar
yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Maka, sebuah
informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa dengan satu macam proses
belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan dipelajari siswa yang lain
melalui proses belajar yang lain.
Implementasi
teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan oleh beberapa
tokoh, diantaranya adalah pendekatan-pendekata yang berorientasi pada
pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Gage dan Baliner, Biehler, dan
Snowman, Baine, serta Tennyson. Konsespi landa dalam model pendekatannya
disebut algoritmik dan heuristic. Pask dan Scott yang membagi siswa menjadi tipe menyeluruh atau Wholist dan tipe
serial atau serialist.
Aliran-Aliran
Teori Sibernetik
Dalam bentuknya yang lebih praktis, teori sibernetik telah dikembangkan oleh Landa
(dalam pendekatan yang disebut algoritmuk dan heuristik), Pask dan Scott
(dengan pembagian siswa tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial
serialist), atau pendekatan-pendekatan lain yang berorientasi pada pengelolaan
informasi.
1.
Teori
belajar menurut Landa
Menurut Landa, ada dua macam proses
berfikir, di antaranya :
·
Proses
berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir sistematis, tahap demi tahap,
linear, konvergen, lurus enuju kesatu target tujuan tertentu.
Contoh: kegiatan menelepon,
menjalankan mesin mobil, dan lain-lain.
·
Cara
berpikir heoristik, yaitu cara berpikir devergen, menuju beberapa target tujuan
sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran
biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik.
Contoh: Operasi pemilihan atribut
geonetri, penemuan cara-cara pemecahan masalah, dan lan-lain.
Proses belajar akan berjalan dengan
baik jika apa yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan
diketahui ciri-cirinya. Suatu materi lebih tepat disajikan dalam urutan
teratur, linier, sekuensial. Materi lainnya lebih tepat disajikan dalam bentuk
terbuka dan memberi keleluasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berfikir.
2.
Teori
belajar menurut Pask dan Scott
Menurut Pask dan Scott, ada dua macam
cara berpikir yaitu cara berpikir serialis dan cara berpikir wholist atau
menyeleruh. Pendekatan serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan
pendekatan algoritmik. Sedangkan cara berpikir menyeluruh (wholist) adalah
berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah
sistem informasi.6
Siswa tipe wholist atau menyeluruh cenderugn mempelajari sesuatu dari tahap
yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus. Sedangkan siswatipe
serialist cenderung berpikir secara algoritmik.
Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih menekankan pada
sistem informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar
berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh sistem informasi yang
dipelajari teori ini memandang manusia sebagai pengolahan informasi, pemikir,
dan pencipta. Sehingga diasumsikan manusia mampu mengolah, menyimpan, dan
mengorganisasikan informasi.
Kelebihan
Teori Sibernetik adalah sebagai berikut :
- Cara berfikir yang berorientasi
pada proses lebih menonjol.
- Penyajian pengetahuan memenuhi
aspek ekonomis.
- Kapabilitas belajar dapat
disajikan lebih lengkap.
- Adanya keterarahan seluruh
kegiatan kepada tujuan yang ingin dicapai.
- Adanya transfer belajar pada
lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
- Kontrol belajar memungkinkan
belajar sesuai dengan irama masing-masing individu
- Balikan informative memberikan
rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai
dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
- Kesemua
teori belajar dalam aliran-aliran yang menekankan aspek yang berbeda-beda
ini sebetulnya memiliki kesamaan karena melihat bahwa belajar adalah suatu
proses yang berlangsung pada diri seseorang yang melalui tahapan-tahapan
tertentu.
- Isi
dari proses belajar adalah sistem informasi yang diperoleh melalui
pengalaman akan suatu kejadian tertentu yang disusun sebagai suatu konsep,
teori, atau informasi umum.
- Hasil
dari proses teori belajar ini adalah adanya perubahan, baik yang dilihat
sebagai perubahan tingkah laku maupun secara kemampuan pada tanah
kognitif, afektif dan psikomotorik
Kelemahan Teori
Sibernetik adalah teori ini dikritik karena lebih menekankan pada sistem
informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.
Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi denganmencoba
melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme
ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori
ini.Pada akhirnya, masing-masing aliran teori belajar ini mengandung
keunggulan-keunggulan dan kelemhana-kelemahannya sendiri yang harus kita
ketahui untuk dapat mengkombinasikan dalam penerapannya dengan pendekatan
belajar yang lain sehingga dicapai hasil proses belajar yang lebih baik.
III.
IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR SIBERNETIJK DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI
Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam
Kegiatan Pembelajaran
Aplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana yang
dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irwan (2001) baik diterapkan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:8
1.Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
2.Menentukan materi pembelajaran
3.Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
4.Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut
(apakah algoritmik atau heuristik)
5.Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem
informasinya.
6.Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan
urutan materi pelajaran.
Implementasi Teori Sibernetik dalam
Kegiatan Pembelajaran
Dalam implementasinya, teori belajar sibernetik telah dikembangkan oleh
beberapa tokoh, diantaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada
pemrosesan informasi ytang dikembangkan oleh Gage dan Berline, Biehler,
Snowman, Baine, dan Tennyson.9
Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi, yaitu:
a.Bahwa antara stimulus dan respon berpijak pada tiga asumsi, yaitu: Pemrosesan
informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
b.Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan
bentuk ataupun isinya.
c.Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dati ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen. Komponen
struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol).
Komponen-komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi,
kapasitas bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa”
Ketiga komponen tesebut adalah: 10
1.Sensory Recoptor (SR)
Sensory Recptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari
luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam
waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
2.Warking Memory (WM)
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian
oleh individu.
Karakteristik WM adalah memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya mampu
bertahan kurang lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan informasi dapat disandi
dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat
bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas disamping
melakukan pengulangan.
3.Long Term Memory (LTM)
Dalam Long Term Memory (LTM) diasumsikan:
1)Berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki individu
2)Mempunyai kapasitas tidak terbatas
3)Sekali informasi disimpan di dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau
hilang.
Teori belajar
pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal
yang mencakup beberapa tahapan.12
Sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang
berpotensi mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah
1.Menarik perhatian
2.Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
3.Merangsang ingatan pada pra syarat belajar
4.Menyajikan bahan rangsanyan
5.Memberikan bimbingan belajar
6.Mendorong unjuk kerja
7.Memberikan balikan informatif
8.Menilai unjuk kerja
9.Meningkatkan retensi dan alih belajar
IV.
KESIMPULAN
Teori belajar
sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan teori-teori
belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan
informasi. Teori ini mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang
dipelajari. Oleh sebab itu, teori sibernatik berasumsi bahwa tidak ada satu
jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab caa belajar sangat
ditentukan oleh sistem informasi. Teori ini kemudian dikembangkan oleh
tokoh-tokoh aliran teori sibernetik anta lain Landa, Pask dan Scott berdasarkan
konsepsi-konsepsinya. Konsepsi Landa dengan model pendekatan tipe serialist dan
whoslist. Selanjutnya, teori sibernatik dipertegas melalui aplikasi teori
pengelohan informasi dalam pembelajaran antara lain dirumuskan dalam teori
Gagne dan Briggs yang mendeskripsikan adanya kapabilitas belajar, peristiwa
pembelajaran, dan pengorganisasian/urutan pembelajaran.
V.
DAFTAR
PUSTAKA
C. Asri Budingsih .2002. Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta:
FIP UNY.
Hamzah B. Uno, 2006.Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,
Jakarta: Bumi Aksara, 2006
Suciati dan Irwan, P. 2001. Teori Belajar
dan Motivasi, Jakarta: Depdiknas, Dirjen PT, PAU.
Woolfolk,A.E.,&Nicolich,L.,Mc
Lorraine.1984.Educational Psychology For
Teachers.Second Edition.New Jersey.Prentice-Hall
0 komentar:
Posting Komentar