Portal Digital Data Personal

Tulisanku
Senin, 16 Juli 2012

Model pembelajaran kooperatif TGT


Model pembelajaran kooperatif (gotong royong) merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan  kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif juga dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar atau kerja kelompok, karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok .
Proses pembelajaran kooperatif yang saat ini banyak digunakan pada proses pendidikan telah mematahkan paradigma lama mengenai prose pembelajaran yang bersumber dari teori tabula rasa John Locke, di mana pikiran seorang anak dianggap seperti kertas kosong yang siap menunggu coretan-coretan dari gurunya.
Pembelajaran Kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman, dkk. 2003 : 206)

A.    KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya :
  1. Tanggung jawab individu, bahwa setiap individu dalam kelompok memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.
  2.  Keterampilan social, meliputi seluruh kehidupan social, kepekaan social dan mendidik peserta didik untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok. Keterampilan ini mengajarkan peserta didik untuk belajar memberi dan menerima.
  3. Ketergantungan yang positif, yakni sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu sama lain didalam kelompok secara positif.
  4.  Group processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama (Sugiharto. 2011).
  5. Anggota – anggota dalam kelompok ditentukan secara heterogen berdasarkan perbedaan yang ada dalam kelas tersebut, misalnya berdasarkan kemampuan akademis, perbedaan suku, budaya, jenis kelamin, dan sebagainya
  6. Penghargaan kelompok, Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.

B.     JENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Jenis-jenis model pembelajaran Kooperatif antara lain :
1.    Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw
Model pembelajaran ini bertujuan memberi informasi akademik sederhana pada kerjasama dalam kelompok. Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks sepeerti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksnaa tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
2.    Student Teams Achievement Division (STAD)
Model pembelajaran ini bertujuan member informasi akademik sederhana pada kerjasama dalam kelompok dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward. Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
3.    Group Investigation
Group Investigation merupakan  salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif  yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet.  Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu:
a. penelitian atau enquiri, yaitu proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut.
b. pengetahuan atau knowledge, yaitu pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung
c. dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.
(Udin S. Winaputra, 2001:75)
4.    Model pembelajaran pendekatan structural
Model ini bertujuan untuk memberikan informasi akademik sederhana (tujuan kognitif) dan memberikan ketrampilan kelompok dan sosial (tujuan sosial). Pada motode pembelajaran ini kelompok dibuat heterogen dengan 4-6 orang per kelompok. Tugas utama dari model ini adalah mengerjakan tugas yang diberikan baik sosial maupun kognitif dan cara penilaiannya pun bervariasi.
5.    Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments )
Aktivitas pembelajaran kooperatif model TGT ini sebenarnya merupakan pengembangan dari STAD. Tujuan utamanya adalah kerjasama antar sesama anggota kelompok dalam suatu tim sebagai persiapan menghadapi turnamen yang dipersiapkan antar kelompok dengan pola permainan yang dirancang oleh guru. Dalam turnamen itu, siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu.
Pertanggungjawaban individu dalam suatu tim tetap menjadi fokus utama sebagai dukungan dari anggota terhadap keberhasilan kelompok. Bila dibandingkan dengan STAD, terdapat perbedaan pada langkah ketiga yaitu kuis diganti dengan turnamen antar kelompok, jenis turnamen kompetisinya diatur oleh guru menurut kemampuan tim dan hasil undian.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran TGT :
1.    Tahap penyajian kelas (class precentation),
2.    Belajar dalam kelompok (teams),
3.    Permainan (games),
4.    Pertandingan (tournament), dan
5.    Perhargaan kelompok (team recognition)

C.    MODEL PEMBELAJARAN TGT (TEAMS, GAMES, AND TOURNAMENT)

TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.
Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Model pembelajaran ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya,mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Guru menyajikan materi dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing – masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan  bersama – sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam    meja – meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing – masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test.
Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor – skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok (team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki langkah-langkah (sintaks) sebagai  berikut :
a)      Tahap penyajian kelas (class precentation)
Bahan ajar dalam TGT mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau suatu ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru, Namun presentasi dapat meliputi presentasi audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini siswa bekerja lebih dahulu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas upaya mereka sendiri.
Presentasi kelas dalam TGT berbeda dari pengajaran biasa, dalam presentasi tersebut harus jelas-jelas fokus pada unit TGT tersebut. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa mereka harus sungguh-sungguh memperhatikan presentasi kelas tersebut, karena dengan begitu akan membantu mereka dalam turnamen/pertandingan dengan baik dan skor turnamen mereka menentukan skor timnya.
b)     Belajar dalam kelompok (teams)
Siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran. Fungsi utama tim adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim itu belajar. Secara lebih spesifik untuk mempersiapkan semua anggota tim agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, tim tersebut berkumpul untuk mempelajari LKS atau bahan lain. LKS dapat diperoleh dari hasil penelitian dan pengembangan sebuah pusat, lembaga atau proyek yang telah punya LKS siap pakai atau dapat dibuat sendiri oleh guru. Ketika siswa mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja tim yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama tim membuat kesalahan.
Kerja tim tersebut merupakan ciri terpenting TGT. Pada setiap saat, penekanan diberikan kepada anggota tim agar melakukan yang terbaik untuk timnya, dan pada tim sendiri agar melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Tim tersebut menyediakan dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan tim yang menunjukkan saling peduli dan hormat, hal itulah yang memiliki pengaruh yang berarti pada hasil-hasil belajar.
c)      Games Tournament
Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan – pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok. Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing–masing ditempatkan dalam meja–meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang peserta dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen.
Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu – kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh  terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut.
Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.
Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap  peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali – kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal. Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban pada peserta lain.
Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.
d)     Penghargaan Kelompok (team recognition)
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing – masing anggota kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata – rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh masing – masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh oleh seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

 Tabel 2.1 Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain
Pemain dengan
Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh
Top Scorer
40
High Middle Scorer
30
Low Middle Scorer
20
Low Scorer
10

 Tabel 2.2 Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain
Pemain dengan
Poin Bila Jumlah Kartu Yang Diperoleh
Top scorer
60
Middle scorer
40
Low scorer
20
Dengan keterangan sebagai berikut:
Top Scorer (skor tertinggi), High Middle scorer ( skor tinggi ), Low Middle Scorer ( skor rendah ), Low Scorer ( skor terendah)

Tabel 2.3 Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria ( Rerata Kelompok )
Predikat
30 sampai 39
Tim Kurang baik
40 sampai44
Tim Baik
45 sampai 49
Tik Baik Sekali
 50 ke atas
Tim Istimewa
(Sumber Slavin, 1995 )
Sedangkan pelaksanaan games dalam bentuk turnamen dilakukan dengan prosedur, sebagai berikut:
1.    Guru menentukan nomor urut siswa dan menempatkan siswa pada meja turnamen (3 orang , kemampuan setara). Setiap meja terdapat 1 lembar permainan, 1 lbr jawaban, 1 kotak kartu nomor, 1 lbr skor permainan.
2.    Siswa mencabut kartu untuk menentukan pembaca I (nomor tertinggi) dan yang lain menjadi penantang I dan II.
3.    Pembaca I menggocok kartu dan mengambil kartu yang teratas.
4.    Pembaca I membaca soal sesuai nomor pada kartu dan mencoba menjawabnya. Jika jawaban salah, tidak ada sanksi dan kartu dikembalikan. Jika benar kartu disimpan sebagai bukti skor.
5.    Jika penantang I dan II memiliki jawaban berbeda, mereka dapat mengajukan jawaban secara bergantian.
6.    Jika jawaban penantang salah, dia dikenakan denda mengembalikan kartu jawaban yang benar (jika ada).
7.    Selanjutnya siswa berganti posisi (sesuai urutan) dengan prosedur yang sama.
8.    Setelah selesai, siswa menghitung kartu dan skor mereka dan diakumulasi dengan semua tim.
9.    Penghargaan sertifikat, Tim Super untuk kriteria atas, Tim Sangat Baik (kriteria tengah), Tim Baik (kriteria bawah) , untuk melanjutkan turnamen, guru dapat melakukan pergeseran tempat siswa berdasarkan prestasi pada meja turnamen.

D.    KELEMAHAN DAN KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN TGT
Menurut  Slavin (2008) keunggulan dan kelemahan model pembelajaran TGT, sebagai berikut:
1.       Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
2.       Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
3.       TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
4.       TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
5.       Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
6.       TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.

Sedangkan menurut Suarjana (2000:10) Kelebihan dari  model pembelajaran TGT adalah :
1.      Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2.      Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3.      Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4.      Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5.      Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6.      Motivasi belajar lebih tinggi
7.      Hasil belajar lebih baik
8.      Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
                     
Dan Kelemahan dari model pembelajaran TGT  adalah :
 Bagi Guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

Bagi Siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Model pembelajaran kooperatif TGT Rating: 5 Reviewed By: Wawan Listyawan