Portal Digital Data Personal

Tulisanku
Selasa, 24 Juli 2012

Bukan Sekedar Membaca namun juga Memaknai


Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia 
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia

                Kita pasti sudah tak asing dengan teks yang tertera di atas, yang kita mengenalnya sejak di bangku SD dulu. Ya benar, teks Sumpah Pemuda yang dideklarasikan pada tanggal 28 Oktober 1928 silam. Teks tersebut dirumuskan pada Kongres Pemuda oleh Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia  (PPPI) sebagai wujud pemersatu pemuda – pemuda Indonesia yang saat itu masih terjajah oleh Koloni Belanda. Pada Kongres tersebut diperdengarkan untuk pertama kalinya Lagu Indonesia Raya setelah WR Supratman, sang pencipta lagu memberanikan diri menggesekkan biolanya untuk mengiringi sekumpulan paduan suara yang bersemangat.

                Sumpah Pemuda merupakan salah satu wujud perjuangan pemuda – pemuda Indonesia pada waktu itu. Sebelumnya  telah berdiri juga Budi Utomo pada tahun 1908 yang merupakan penggerak berdirinya organisasi pergerakan nasional dan pendidikan untuk menentang koloni. Para pemuda jualah yang mengantarkan Indonesia merdeka di 1945 silam. Peran pemuda terlihat kembali pada awal lahirnya Orde Baru tahun 1966 dengan tuntutan Tritura. Tri Tuntutan Rakyat adalah tiga tuntutan kepada pemerintah yang diserukan para mahasiswa. Serta masih sekian banyak peran pemuda yang sebenarnya merupakan akar perbaikan bangsa Indonesia.
               
                Alhasil, berbagai peristiwa menjadikan bukti nyata bahwa pemuda selalu menjadi garda terdepan dalam usaha-usaha perbaikan bangsa. Benang merah dari berbagai peristiwa tersebut, bahwa pemuda Indonesia selalu menempatkan dirinya sebagai agen perubahan (agent of change) bagi negerinya. Konsepsi peranan ini menempati pikiran dan tindakan mereka untuk selalu menggelorakan perubahan sosial pada bangsa ini.

                Pada tiap momentum perubahan yang dilakoni kalangan pemuda, selalu menyentuh nilai-nilai, sikap dan pola perilaku dalam sistem sosial masyarakat. Dalam realitasnya, terjadi perubahan-perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Dari catatan sejarah sejak pencetusan ikrar Sumpah Pemuda, selain memberikan makna historis juga terdapat juga makna filosopis. Makna filosopisnya adalah semangat perjuangan, dedikasi, dan pengorbanan untuk persatuan dan kesatuan bangsa yang multikultural dengan nafas nasionalisme.
 
                Keputusan  kongres tersebut  akhirnya mengalami rekonstruksi simbol yang  dimaksudkan untuk memotivasi, meningkatkan rasa memiliki, meningkatkan rasa kebangsaan. Namun, terasa juga bahwa semakin lama Sumpah Pemuda diperlakukan tak ubahnya sebagai simbol semata. Ketika globalissi merajalela, tak sadar, kita menyerahkan sesuatu milik kita dan kembali mengalami penjajahan dengan gaya yang berbeda.

               
Menyikapi Sumpah Pemuda yang Hanya Simbol Semata

                Perubahan dan pergantian zaman merupakan sunnatullah. Oleh karena itu dalam kehidupan kita ini terjadi pergantian generasi dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Masa depan agama, bangsa dan negara salah satunya ditentukan pada hari ini, karena itu setiap kita punya tanggung jawab menghadapi hari esok, yang bisa jadi zamannya sangat berbeda dengan zaman yang kita alami, bahkan tantangan masa depan bisa jadi amat berbeda dengan yang kita hadapi sekarang. Oleh karena itu agama Islam memerintahkan agar kita mempersiapkan generasi atau pemuda dengan sebaik-baiknya.

                Rasulullah SAW, memiliki banyak sahabat yang lebih muda dari beliau, bahkan banyak yang jauh lebih muda dari beliau. Ali bin Abi Thalib salah satu pemeluk Islam yang paling awal. Beliau memeluk Islam atas keinginannya sendiri ketika berusia 8 tahun, Beliau senantiasa berada di samping Rasulullah. Beliau juga menyertai Rasulullah SAW pada saat bertemu dengan 40 pemuka Quraisy, yang merupakan tokoh-tokoh paling berpengaruh di masyarakat pada waktu itu. Pada pertemuan itu Rasulullah menyeru mereka untuk masuk Islam, tetapi mereka menolak seruan tersebut. Pada saat itu Ali ra. berdiri di sisi Rasulullah sembari memandang kepada semua yang hadir, kemudian berkata : “Aku beriman kepadanya, dan aku menjadi penolongnya”. Ja’far bin Abi Thalib yang berani berdiri di depan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia) untuk mewakili dan membela kaum muslimin, padahal ketika itu ia baru berusia 20 tahun. Masih banyak lagi contoh pemuda pemudi muslim yang mampu memberikan konstribusi yang besar kepada Islam dan berprestasi tinggi semata-mata mencari ridha Allah SWT. 

                Perhatian Islam yang besar terhadap generasi muda menunjukkan bahwa masa muda merupakan masa yang sangat penting dan masa yang paling berharga. Generasi muda merupakan rahasia kekuatan suatu umat, tiangnya kebangkitan, kebanggaan dan kemuliaan. Di atas pundak merekalah masa depan umat terpikul, karena pemuda memiliki keistimewaan tersendiri, baik dari segi keberanian, kecerdasan, semangat, maupun dari kekuatan jasmaninya.

                “Berikan 10 orang pemuda dan aku akan mampu memindahkan sebuah gunung dan berikan aku 100 orang pemuda maka aku akan dapat menggerakkan dunia” pernyataan populer tersebut ditegaskan Bapak Proklamator Republik Indonesia Bung Karno mengenai arti pentingnya posisi pemuda. Seperti yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya bahwa sosok pemuda mempunyai nilai sejarah tersendiri. Peran pemuda Indonesia senantiasa ada pada lini terdepan dalam sejarah bangsa. Kebangkitan Nasional 1908, Sumpah Pemuda 1928, Proklamsi Kemerdekaan R.I 1945, Perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru 1966, dari Orde Baru ke Orde Reformasi 1988. Bahkan masyarakat Internasional menyadari arti penting dan nilai strategis pemuda sebagai agen perubahan (agent of change) dalam pembangunan.

                Pada periode lahirnya syari’at Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, generasi muda memegang peranan yang sangat penting dalam menyebarluaskan dakwah Islam, karena jangan lewatkan masa muda untuk hal-hal yang tak ternilai di hadapan Allah Swt. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab kita untuk menghasilkan generasi Islam yang berkualitas Islami.
               
                Ada empat hal yang menjadi kriteria dari profil pemuda muslim yang berkualitas, yaitu :
Pertama, Pemuda yang memiliki aqidah yang benar. Akidah Islam tegak berdasarkan peng-Esaan kepada Allah, mengakui-Nya sebagai Tuhan, penguasa, pencipta, pemberi rizki, pemilik langit, bumi dan seisinya serta satu-satunya Zat yang akan menghidupkan kembali yang akan memberikan balasan kepada hamba-hamba-Nya, dan inti dari akidah adalah Tauhid
                Tauhid menjadi misi utama para nabi dan rasul serta para shalih terdahulu yang tidak boleh dilupakan. Apa yang dilakukan oleh Yaqub as ketika hampir wafat, patut kita teladani dalam mempersiapkan pemuda sebagai generasi penerus. Waktu itu, Yaqub bertanya kepada anak-anaknya, “Apa yang akan kalian sembah sepeninggalanku?” semua anak-anaknya menjawab, kami akan menyembah Tuhanmu, Tuhan bapak-bapakmu-Ibrahim, Ismail, Ishak yakni Allah SWT dan kami berserah diri kepada-Nya (kisah ini diabadikan dalam QS. 2 Al Baqarah : 133).
                Demikian pula pengajaran Lukman kepada anaknya yang diabadikan dalam Al-Qur’an yang artinya : Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar” (QS. 31 Lukman : 13).
                Dasar pendidikan akhlak bagi seorang pemuda adalah akidah yang benar, karena akhlak tersarikan dari akidah dan pancaran darinya. Oleh karena itu jika seorang pemuda berakidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika akidahnya salah dan melenceng, maka akhlaknya pun akan tidak benar.Dalam satu hadits Rasulullah SAW bersabda:“Mukmin yang sempurna imannya, adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Turmudzi dari Abi Hurairah).

 Kedua, menempa diri dengan memiliki ilmu dan pemahaman Islam. Kita semua terutama pemuda hendaklah senantiasa menempa diri dan secara terus-menerus mencari ilmu dan mengamalkannya. Tanpa ilmu pemuda akan tertinggal. Islam mengajak manusia untuk menguasai ilmu, dalam ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang artinya : “Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. 96 Al-‘Alaq : 1-4).
                Betapa pentingnya ilmu bagi seorang pemuda, Rasul yang mulia senantiasa memotivasi umatnya untuk belajar dan membaca. Ada baiknya kita menelaah kembali kisah seorang pemuda yang usianya belum genap tiga belas tahun berjalan mendekati barisan pasukan muslim dengan membawa sebilah pedang ia mendatangi Rasulullah dan berkata, “Ya Rasulullah, aku membaktikan hidupku kepadamu. Izinkan aku untuk pergi bersamamu dan memerangi musuh-musuh Allah di bawah panji-panjimu”. Rasulullah yang mulia memandang anak tersebut dengan penuh kekaguman dan menepuk pundaknya. Beliau memuji keberaniannya, tetapi menolaknya untuk bergabung dengan pasukan muslim. Anak muda itu (Zaid bin Tsabit ra.) Rasulullah pun kemudian memberikan tugas kepadanya. “Zaid pergilah belajar tulisan Yahudi”. Zaid kemudian belajar bahasa Ibrani. Maka kemudian ia sangat fasih berbahasa Ibrani dan menjadi sekretaris Rasulullah SAW. Rasulullah juga memerintahkan Zaid untuk belajar bahasa Syria. Demikian Zaid mempunyai fungsi penting ketika Rasulullah berunding dan berkomunikasi dengan bangsa-bangsa yang tidak bisa bahasa Arab.

Ketiga, adalah memiliki keterampilan dalam berbagai hal untuk dimanfaatkan dalam kebaikan dan kebenaran dalam upaya mencapai kemajuan diri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Pada masa Rasulullah SAW para sahabat telah menunjukkan kemampuan yang terampil dalam berbagai hal, ada yang terampil dalam berdagang, berperang dan sebagainya yang semua ini tentu saja amat berguna.
Kepada mereka yang memang terampil, Rasulullah SAW sendiri tidak segan-segan memberi penghargaan dan amanah guna mengembangkan keterampilannya itu. Maka ketika Usamah bin Zaid telah menunjukkan keterampilannya yang luar biasa dalam berperang, beliau tidak segan-segan mengangkatnya menjadi panglima perang meskipun umurnya baru 17 tahun, sementara Mush’ab bin Umair yang terampil dalam dakwah, ditugaskan beliau untuk dakwah ke Yatsrib (Madinah).

                Keempat, memiliki tanggung jawab, Di antara bukti kebenaran dan kemuliaan nilai-nilai Islam adalah adanya tuntutan tanggung jawab dari setiap individu atas semua perbuatannya.
Prinsip tanggung jawab ini merupakan salah satu prinsip yang ditetapkan dalam Al Qur’an dalam sejumlah ayatnya “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” (QS. 74 Al Mudatsir : 38). Pada prinsipnya tanggung jawab ini mencakup kepada tiga hal, yaitu; tanggung jawab pemuda sebagai seorang individu, tanggung jawab sebagai anggota masyarakat, tanggung jawab sebagai bagian dari umat.

                Alangkah pentingnya pemuda dalam mewujudkan perbaikan agama dan bangsa. Karena pemuda tersebut adalah akar untuk keberlanjutan system itu sendiri. Semoga pemuda Indonesia khususnya pemuda Islam dapat memiliki empat profil pemuda yang berkualitas tersebut. Kita tak boleh kalah semangat karena kemajuan zaman yang mungkin memanjakan dan melenakan  kita. Kita tengoklah kembali perjuangan pemuda – pemuda hebat di zaman Rasulullah  saw demi membela Islam serta pemuda – pemuda Indonesia yang mengantarkan kemerdekaan dan kemajuan Indonesia. Dengan seperti ini, teks Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 semoga tak hanya sekedar symbol ingatan sejarah semata, namun bisa membangkitkan bangsa Indonesia agar benar – benar merdeka. Amin.
Selamat Hari Sumpah Pemuda.

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Bukan Sekedar Membaca namun juga Memaknai Rating: 5 Reviewed By: Wawan Listyawan