Buku yang berjudul Ayah merupakan buku yang mengupas kehidupan buya HAMKA dari sudut pandangan anak-anaknya, terutama Irfan HAMKA. Melalui buku yang diterbitkan oleh republika penerbit kita akan mengetahui sisi yang lebih manusiawi dari penulis Tafsir Al Azhar yang fenomenal (dimana saya juga mengkoleksinya), karena kebanyakan buku biografi lebih mengupas sosok seseorang berdasarkan kiprahnya dalam aspek sosial politik daripada sosok dia sebagai seorang ayah maupun seorang suami. Buku yang sudah mencapai cetakan XI, april 2016 sangat disarankan untuk dibaca oleh kalangan muda (saya cukup telat membacanya karena cetakan pertama pada mei 2013) yang mulai kehilangan sosok yang pantas diteladani, dan buya hamka ini adalah sosok asli indonesia yang pantas kita jadikan kiblat dalam membangun peradaban yang berakar dari keluarga. Dari beliau kita bisa belajar bagaimana mendidik anak, berjuang demi kemerdekaan, sosok yang setia bagi istri, sosok pendekar, sosok seorang sufi, politisi, ulama, sastrawan, seorang pelajar kehidupan seumur hidup yang tak pantang menyerah dan malu dalam belajar.
Dari keluarga beliau kita bisa belajar tentang merawat sejarah keluarga sehingga sosok dalam keluarga tetap terjaga utuh pribadinya, tak hanya sekedar nama dan kenangan saja. Buya HAMKA menuliskan sosok ayahnya, Dr. HAKA dalam biografi ayahku kemudian irfan hamka menuliskan biografi ayahnya, prof. Dr. HAMKA dalam buku biografi ayah, begitu pula rusdjie HAMKA yang menuliskan sosok beliau dalam buku sosok dan martabat prof. Dr. HAMKA. Hal ini menunjukkan betapa berharganya, terhormatnya, dan begitu dicintainya sosok ayah bagi mereka, dimana nantinya sosok ayah itu tidak hanya dikenang bagi mereka saja, namun bisa dikenang oleh khalayak dan diteladani bagi calon ayah dan yang sudah menjadi ayah. Budaya menulis ini sepertinya sudah menjadi tradisi bagi keluarga ini.
buku ini dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya yaitu sepuluh bagian utama yaitu:
- bagian satu, pembaca disejukkan oleh nasihat-nasihat bijak Hamka yang dikutip oleh anaknya ketika diminta memberikan nasehat kepada seseorang yang mencakup bahaya perselingkuhan,hidup bertetangga, cara menjadi anak yang bisa membanggakan orangtua.
- bagian dua, kita akan diajak menilisik sosok hamka sebagai guru mengaji, pejuang, pegawai departemen agama, ayah, suami dan guru silat. pada bagian ini kita akan melihat sosok hamka dari sudut pandang anaknya dalam aspek kelembutan, kejujuran, kebenaran, keberanian, dan kasih sayang.
- bagian ketiga, kita akan melihat sosok alim hamka yang dibuktikan oleh tunduknya jin kepada hamka sehingga tidak jadi mengganggu keluarganya
- bagian empat dan lima memuat perjalanan Hamka, istrinya dan irfan untuk menunaikan ibadah haji. Perjalanan mereka dipertemukan dengan angin topan gurun pasir, dan terjangan air bah di perjalanan dari Baghdad menuju Mekkah yang mampu berujung maut.
- bagian enam, memuat opini irfan hamka tentang ayahnya bahwa buya hamka adalah seorang sufi yang lurus, tidak berbau dengan supranatural, serta menceritakan ayahnya yang sudah menulis buku tasawuf modern.
- bagian tujuh dan delapan, menceritakan sosok Ummi yang shalihah, bijak, setia mendampingi Hamka. Ummi ditakdirkan untuk menjadi perempuan hebat yang setia menemani Hamkam serta kucing kuning yang sangat disayang dan setia menemani hamka saat mengaji menulis bahkan ketika beliau sudah beristirahat di pusaranya.
- bagian sembilan, mengupas kisah pahit hamka ketika menghadapi tuduhan Soekarno sehingga dipenjara selama 2,4 tahun, sikap Moh. Yamin dan fitnah Pramoedya Ananta Toer sehingga image dan harga dirinya jatuh. Namun Soekarno malah meminta Hamka menjadi imam ketika dia nantinya meninggal. Moh.Yamin meminta mendampinginya hingga liang lahat, Pramoedya secara eksplisit meminta hamka mengajari islam kepada anak dan calon menantunya.
- bagian sepuluh kita akan diajak mengenang kisah hidup buya hamka diakhir hayatnya, dimana dia sangat dicintai oleh tokoh negara, jamaah dan orang-orang yang mengenalnya.
0 komentar:
Posting Komentar