Novel Mahaguru yang disusun oleh Damien Dematra merupakan novel yang mengisahkan kisah hidup hadratusyaikh pendiri Nahdhatul Ulama, Hasyim Asy’ari. Novel setebal 355 halaman ini sebenarnya adalah sekuel kedua dari trilogi mahaguru, yang didahului oleh bulan diatas ka’bah dan diakhiri oleh jihad. Sekuel pertama menceritakan tentang kehidupan hasyim dari kelahiran, menikah dengan istri pertama dan kehidupan awalnya di Mekah, sedangkan novel ini menceritakan kehidupan Hasyim pasca meninggalnya istrinya, kehidupan keduanya di mekah, kepulangan ke Jawa, mendirikan pesantren tebuireng, sampai deklarasi nahdhatul ulama dan komite Hijaz.
Dari novel ini kita bisa mengetahui lika-liku perjalanan beliau dalam mencari ilmu di mekah, sanad keilmuannya dari berbagai guru seperti Syeikh Mahfudz Al Tarmasi yang berasal dari Termas Pacitan, Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi yang berasal dari Sumatra barat, perjumpaan dengan Syeikh Nawawi Al Bantani dimana mereka adalah ulama nusantara yang tinggal di mekah dan mengajar fikih Syafi’i dan ada yang mengajar tarekat di Masjidil Haram. Novel ini juga mengisahkan tentang riwayat istri dan anaknya dari istri pertama Khadijah yang meninggal dan dikuburkan disana, istri kedua Nafisah yang dinikahinya di mekah kemudian meninggal pasca berdirinya pesantren tebuireng hingga istri terakhirnya Rofiqoh yang memberikan beliau anak perempuan dan anak laki-laki yang kelak juga memimpin NU, Abdul Wahid Hasyim.
Namun di sana kita juga diperkenalkan tentang guru-gurunya di Indonesia seperti kiai kholil bangkalan, kiai sholeh darat dll, kerabatnya, murid-muridnya yang nantinya meneruskan perjalanan dakwahnya Seperti Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Bisri Syamsuri, Kiai Ma’shum. Perjuangan beliau di tebuireng begitu heroik, mendirikan pesantren di sarang penyamun bahkan pelacur, hingga nantinya dia juga berhadapan dengan pihak belanda, namun pada akhirnya proses islamisasi berhasil hingga tercipta peradaban yang makmur, santrinya juga semakin banyak, usaha dan lahan pertanian yang digunakan untuk menghidupi pesantren juga meningkat.
Kisah terkait dunia islam juga dipaparkan disini seperti runtuhnya kesultanan turki ottoman, kebangkitan dinasti Saud dan Muhammad bin Abdul Wahab yang menguasai Najed dan Hijaz, gerakan pembaharuan oleh Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh, Muhammadiyah, Al Irsyad serta kisah pertemuan KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari yang penuh dengan toleransi. Kitab yang menjadi rujukan pesantren dan warga NU juga dikutip dibeberapa bagian novel ini sehingga kita bisa mengenal kitab yang bisa menjadi rujukan kita untuk belajar apa itu Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Fikih Syafii, Tarekat Qadiriyah, Tarekat Nasqabandiyah dll. Nasehat yang berkesan adalah nasehat Syeikh Nawawi dalam novel ini “jadilah muslim yang baik, sebaik-baik muslim adalah guru yang mengajar, murid yang sungguh belajar, jika tidak sanggup maka jadilah pendengar dari pelajaran yang baik”.
0 komentar:
Posting Komentar