Oleh: Wahyu, Kenti, Happy, Faishal, Nica, Ayu, Hafidh, Ari, dan Mitsa
Tak seperti biasanya aku bangun sebelum jam weker berbunyi. Bukan karena apa, tapi dingin ini membuatku tak tahan. Ini memang musim penghujan, tapi tak pernah kurasakan cuaca sedingin ini. Sembari berbalut tiga selimut, aku berjalan menuju jendela dan menyibak tirainya. Demi Allah! Aku hampir saja tak percaya dengan yang kulihat.
"Sa... salju?"
Butir-butir itu jatuh perlahan menuju tanah. Basah. Kusentuh kaca jendela, dingin. Dengan sekeranjang rasa yang membuncah bak laci penuh kertas-kertas, kularikan sepasang kaki panjang ini ke luar rumah. Aku menjejak! Pada apa? Tanah yang putih! Hei, ini benar, salju! Allahku, bagaimana mungkin? Kurasakan hawa dingin yang sebenarnya menusuk kulit, aku bahkan tanpa alas tanpa jaket. Kutarik napas dalam-dalam, kupejamkan mata.
Wuuss! Angin pagi membawaku pada pusaran waktu. Kini ku tak lagi di depan rumah dengan hiasan pohon rambutan. Hei! Aku bisa melihat mereka! Daun momiji di salju pertama, ku?
"AAAAAAAKKKSSS," tanpa sadar aku berteriak tanpa kendali.
Ini di mana? Aku mendadak tak paham dengan keadaan ini. Kolam depan rumah tiba-tiba menghilang. Berganti dengan tumpukan salju yang mengental.
Mataku tertuju pada satu titik yang makin membuatku kaget.
"Afif?"
Sosok itu berdiri disitu. Mengenakan jaket tebal dan tutup telinga dari wol. Tanganny terbuka lebar. Tangan kanannya menggenggam erat bunga yg tak mungkin aku lupakan. Daisy.
Bukan, bukan daisy berwarna putih biasa. atau daisy merah muda yg setiap pagi aku siram dan tumbuh lebat d taman. Tapi daisy hitam. Ya, bunga itu langka aku tahu. Bunga yg aku tidak mengira dia akan mendapatkan. Syarat aku memaafkan perbuatannya 5 tahun lalu.
Bayangannya bergerak perlahan mendekatiku. Seulas senyum mengembang penuh arti. "Hai!" Sapanya kikuk. Aku termangu menatap sosoknya. Kebingungan masih menyergapku.
Afif mengulurkan seikat Daisy hitam. Senyum Afif tiba-tiba menghilang, sosoknya menghilang, berubah menjadi butiran cahaya keemasan yang lepas ke langit malam.
Aku termangu. Cahaya itu menyergapku hingga menganggat dagu. Afif......Daisy Hitamnya belum kuambil! Huh! Aku menghentakkan kaki pada tanah salju. Jleb. Kakiku menancap. Isshhh. Dinginnya menyebalkan.
"Hidungku....indaaah. Jingganya seperti titik senja. Oh kau....siapa?" sebongkah....oh tidak, dua bongkah bola salju yang membentuk........kepribadian! Hidungnya menyembul sedikit. Seperti pernah lihat!
"Kebingungan? Oh aku Olaf! Dan aku suka pelukan hangat!" katanya lagi sambil lalu berlari dan memelukku dengan kedua tangan rantingnya.
Aku masih bengong.
"Tampaknya kamu belum pernah nonton Film Frozen ya?" ujarnya lagi. Suara Josh Gad yang khas merebak dari mulut kecilnya.
Aku nyengir. Menyadari sepertinya aku harus segera kembali ke kamar. Siapa tahu kulihat tubuhku masih melintang dengan mulut menganga dan dengkuran merdu. Siapa tahu....aku hanya sedang menjelajan dunia....astral.
APAAAA? ASTRAL????
Tapi, ternyata tidak. Aku benar-benar melihatnya, nyata, dan memang bukan halusinasi. Membingungkan, bagaimana bisa? Batinku merutuk dalam hati. Bagaimana bisa Afif berubah menjadi Olaf? Aku hampir gila memikirkan ini. Ya Allah, Afif tiba-tiba hilang dan Olaf tiba-tiba muncul.
Aku kembali mencoba merapatkan kedua kelopak mataku. Merapal doa sebelum tidur juga membaca ayat-ayat suci Al-Quran agar mampu membuatku terlelap. Tapi ternyata aku tetap tak mampu mengatupkan kedua kelopak mataku. Bayangan Afif dan Olaf masih terlintas di dalam otakku. Ya Allah, bagaimana mungkin?
Ah entahlah,,,
Belum usai kebingunganku, tiba-tiba muncul beberapa bayangan dari kejauhan. Semakin mendekat dan akhirnya mereka berdiri di hadapanku.
Aku takjub. Mereka adalah sekumpulan perempuan cantik dengan pakaian yang amat indah.
"Siapa kalian?" Tanyaku bingung.
"Aku Snow White." Ujar gadis paling kanan. "Dan mereka adalah teman-temanku. Cinderella, Aurora, Belle, Jasmin, dan Rapunzel. Kami semua adalah para putri dari negeri dongeng."
"Negeri dongeng?" Tanyaku penuh kebingungan.
"Benar. Kami semua datang kemari untuk menjemputmu. Untuk membantu kami melawan Ratu Nica yang zalim." Balas Putri Jasmin.
"Membantu kalian?" Tanyaku. "Tapi aku tak bisa."
"Tentu bisa." Jawab mereka serempak. Mereka menekuk lutut kepadaku tanda penghormatan. "Sudilah kiranya engkau membantu kami, Ratu Elsa."
Aku bingung, aku tidak tau apa-apa. Semuanya mendadak datang bersamaan. Turunnya salju ?, Afif ? Olaf ?sekumpulan perempuan cantik dari negri dongeng?? Dan... dan yang paling membuatku kaget aku dibutuhkan untuk melawan ratu nica?
Aarghh!!!
LELUCON MACAM APAAA INIII!!!!!!!
aku menutup mata, kemudian kubuka lagi perlahan berharap semuanya tak nyata dan kembali normal.
Namun tak ada yg berubah.... aku masih merasakan dinginnya salju.
"Bersediakah kamu membantu kami...?"
Aku masih tercengang. Apa maksud nya ini semua?
"Ada apa? Mengapa kalian meminta pertolongan ku?"
"Ratu. Selama ini Ratu Nica selalu membuat kami mengingat masa lalu. Saya paham Ratu, sebenarnya Ratu Nica adalah korban dari masa lalu dia sendiri, " ujar Putri Jasmine
Muka Putri Jasmine makin membuat aku terenyuh.
Belum lama kami bicara, tiba-tiba muncul tornado teramat kuat. Dari dalam pusarannya, keluar sesosok wanita dengan gaun hitam megah.
"Ratu Nica!!" Teriak para putri bersamaan.
"Benar. Aku akan menghilangkan sekat antara dunia manusia dan dongeng, sehingga aku bisa menguasai semuanya." Ujar Ratu Nica tertawa terbahak-bahak.
"Tidak akan kami biarkan!" Teriak para putri serempak.
Aurora melemparkan ratusan jarum tenun yang dapat membuat target tertidur. Tapi dengan angin beliungnya, jarum tersebut tak ada yang mengenai Ratu Nica. Bahkan salah satu di antaranya mengenai Aurora, menjadikan dia jatuh tertidur.
Snow White melempar apel beracun ke arah Ratu Nica, tapi sang ratu sigap menghindar. Apel itu mengenai tanah dan dalam radius sepuluh meter, tanah menjadi beracun. Snow White kembali melempar apel kedua. Tapi dengan tangan kosong yang telah terlindung mantra, Ratu Nica menangkap dan melempar kembali apel tersebut dan mengenai Snow White. Snow White pingsan seketika.
Dengan menjinjing gaunnya, Cinderellapun maju. Dengan gaya ala taekwondo, dia mengangkat kakinya guna memukul Ratu Nica. Ratu Nica menangkis, tetapi tiba-tiba sepatu kaca Cinderella bersinar terang, membuat Ratu Nica terdorong agak jauh.
Cinderella melompat, hendak menginjak Ratu Nica dengan sepatu kacanya. Tapi dengan sigap, Ratu Nica menghindar. Tetapi sebelum menghindar, dia memantrai tanah dengan sihir hitam. Saat sepatu kaca Cinderella menyentuh tanah, seketika cahayanya lenyap.
"Tidaak!" Jerit Cinderella.
"Yaaa!" Seru Ratu Nica. Dengan satu kibasan tangan, Cinderella terhempas.
"Kalian tak akan bisa melawanku!" Seru Ratu Nica lantang.
"Jangan sombong dulu!" Balas Rapunzel.
Rapunzel, Belle, dan Jasmine berniat menyerang bersama. Rapunzel menyisir rambutnya dengan tangan, dan mendadak rambutnya memanjang dan memancarkan kilau api. Belle yang semula anggun tiba-tiba berubah menjadi raksasa. Jasmine mengeluarkan lentera dan mengusapnya, membuat Jin keluar dari dalam.
"Majulah kalian semua!" Seru Ratu Nica menantang.
Rambut api Rapunzel serta merta menebas Ratu Nica bersamaan dengan langkah tegap Belle dan lontaran bola api oleh Jin. Itu semua bisa dihindari oleh Ratu Nica.
Ratu Nica bersiap mengeluarkan jurus Rotan Bintang. Tiba-tiba bintang jatuh. Ratu Nica kembali terpana melihat Daisy. Bunga Daisy yang baru saja diterima Elsa dari Afif.
"Bunga itu. Kenapa ada di sini? Bagaimana bisa?" Suara Ratu Nica berubah menjadi lembut.
"Bunga teeerakhiir... kupersembahkan hanyaa.. untuk diirimu... sebagai tanda..."
Ratu Nica mendongak ke langit, melihat Afgan turun dengan awan Kinton yang dibarengi bintang jatuh tadi, sembari memegang mikrofon.
Para Princess pun bangkit. Mereka berbaris dan melakukan gerakan tangan cuci-jemur baju. Tidak sinkron memang dengan lagu yang dibawakan Afgan, tapi ya bodo amatlah. Tak ada koreografi yang lebih aduhai di masa itu, ceritanya.
Ratu Nica terenyuh lagi tersipu. Elsa yang disebut Ratu, pun sama perasaannya. Ia mulai menapak tilas, mengingat masa mudanya.
Dulu.. di sebuah dusun yang permai, hiduplah seorand janda yang tekun di pinggir hutan Amazon. Sehari-harinya ia habiskan dengan menenun, tiba-tiba suatu hari, benang untuk menenunnya terjatuh dan menggelinding ke luar rumah panggungnya. Ia bingung, itu benang emasnya.
"O, Bundo, bagaimanalah ini... itu benang emas kesayanganmu, untuk aku menenun kain indahmu..."
Ia mulai bersedih, terisak.
"Baiklah, barangsiapa menemukan benang itu, aku berjanji, apabila perempuan, akan kujadikan anak, dan apabila lelaki, pun akan kujadikan anak pula..."
Dan sampailah sayembara dalam hening itu pada hati Elsa kecil, ia yang tersesat dan tak tahu arah jalan pulang, ia yang kehilangan orang-tua angkatnya di hutan, yaitu sepasang orang utan, mulai leewati guunung, turuni lembaah..
Dan menemukan benang emas itu...
"Alhamdulillah." gumam Elsa sembari bersujud mencium tanah.
Akhirnya benang emas ini ketemu. "Terima kasih." ucap Elsa dengan mata berbinar-binar pada lelaki di depannya. "Siapakah namamu wahai lelaki yang telah menemukan harta berhargaku?"
"Aku,,,, Kenalkan aku Spiderman. Aku tak sengaja menemukan ini ketika aku sedang bergelantungan mencari arah jalan pulang." ucap Spiderman sembari menjabat tangan Elsa.
Lantas, Elsa pun mengajak Spiderman untuk bertandang ke rumahnya. Dan dengan kemampuan Spiderman mereka berdua bergelantungan melewati pohon-pohon yang tinggi menjulang. Menembus setiap embusan angin yang terasa ketika mereka bergelantungan.
"Indahnya." ucap Elsa tertegun menatap pemandangan hutan dengan penuh binar di kedua bola matanya.
"Der..."
"Iya, Sa?"
"Tahu ngga? Aku.. aku tuh bahagiaaaaa... banget!"
"Wah, bagus dong! Kamu tahu ngga, siapa yang bisa mengalahkan wanita yang cantik?" Tanya Derman, nama beken dari Spiderman.
"Emm.. wanita yang baik?"
"Bisa, sih.. Tapi, ada ide lain?"
"Wanita yang kaya?"
Kali ini Derman tertawa.
"Elsa... wanita yang bisa mengalahkan wanita cantik adalah..."
Derman tersenyum.
"Wanita yang ba-ha-gia! Mungkin, kamu orangnya!"
Kini aku yang tersenyum.
"Eh, tapi tunggu, kamu kan selain bahagia, ternyata cantik juga! Wah, masak kamu mengalahkan diri sendiri, sih?"
"Gombal!"
Kami pun tertawa bersama. Tak terasa lembayung mulai menghias langit. Itu artinya Spiderman sudah waktunya untuk berpulang.
"Elsa, maaf.. tapi..."
"Kenapa, Der? Oh..."
"Haruskaah kitaa berakhir... cukup sampai di sinii..." Derman mulai bernyanyi, galau.
"Maaf, Sa, sudah waktunya aku pulang ke khayangan. Kamu aku turunin di sini, ya. Baik-baik di rumah. Salam buat Emakmu.." Derman mulai menuruniku dari awan Kintonnya. Dan segera melesat pergi untuk kemudian berubah menjadi bintang di langit sore.
"Selepas, kau pergii... tinggalah aku sendiri di sinii.. kumerasaakan sesuatuu.. nananana nananana nananaa... bantu aakuuu membencimuu.. kuterlaaluu mencintaiiimuu.. dirimu beegituuu.. berharga untukkuuu..." kini aku yang tertunduk lemah.
(Eh, tapi tunggu deh, kok Elsa masih anak-anak udah cinta-cintaan aja, sih? Oke, latarnya kita ganti ke tempat di mana Princess saling bertarung melawan kezhaliman Ratu Nica.)
...
"AAAAARRGGHH! AKU TAK KAN TERTIPU! OMONG KOSONG DENGAN DAISY HITAM! MAJU KALIAN!" Begitulah tiba-tiba Ratu Nica mengamuk.
Tapi...
"Emm.. maaf, kamu.. kamu Ratu Nica?" Tanyaku.
"Udah tahu pake nanya! Gak liat nametag gue, lo?!" Ratu Nica masih ngamuk.
"Waah.. bener, kan! Lu Nica yang anak karate itu, kan? 86! 86! SMU 86! Inget, gak? Dulu kita sekamar bareng!" Mata Elsa berbinar mengingat teman sekamarnya saat tanding dulu.
"Eh? Emm.. ELSA! Ya ampuun.. Lu Elsa yang itu? Yang, yang, dulu sempat diare pas mau tanding tapi gue kasih Diap*et terus sembuh? Eh gila, yang bener?!"
"Hahahaa.. inget aje, lo! Iya gue! Tapi jangan bawa-bawa diarenya doong! Huh! Lu juga inget, kan... siapa yang jadi ratu lapangan?"
"Iya deh, gue inget! Pantesan nih bocah-bocah minta bantuin lu buat ngalahin gua, wkwk, dasar!"
"Wah, iya juga! Pantesan... hahahaa.. lagian, lu kenapa sih? Udah ah, damai aja!"
"Emm.. gimana, ya? Gue cuma belum bisa move on aja, Sa..." Ratu Nica menunduk.
"Aah.. mending makan sneak*er dulu, nih! Lu suka baper kalau laper! Hahaha"
"Sialan! Hahahaa... yaudah deh, ke istana gue aja, yuk! Nyokap-bokap lagi pada hiking, nih! Gua mager ikut."
"Si Princess di ajak, gak?"
"Emm.. oke deh, yuk, mari, Sist! Kita perang bantal!"
"Asyiiik!" Ujar para Princess.
Mereka pun akhirnya berdamai. Memilih berteman saja. Ratu Nica telah melupakan misi pembantaiannya. Mereka sadar, bahwa, cuma orang jelek yang menjelek-jelekkan orang lain (Tere Liye).
Kini, mereka hidup bahagia, selamanya...
TAMAT.
---
Kriing... kriiing...
"Saaa... Elsaa.. angkat jemuran Emak! Eh, kok jemuran.. telepon maksudnya, hehe" suara Emak membangunkan.
Duuh..
"Emangnya jemuran apa diangkat angkaat..."
"Yaudah kalo gitu, matiin!"
"Ngga mau ah, Mak! Takut dosa..."
"ELSAAAAAA!"
---
Namaku, Elsa. Kakaknya Anna. Dia suka sekali film frozen. Katanya, ada kami di sana. Dan, Emak? Ah, sudahlah! Emak sedang pusing denga guntingnya yang rusak.
Namaku, Elsa. Dan barusan aku bermimpi. Hoaam..
Baru deh, TAMAT. Yeah!
PS. Kalo garing, ya, maap, namanya juga usaha. Mau yang lebih garing? Japri ya; )
0 komentar:
Posting Komentar