Oleh : Diah Ratih Anggraini
Semua sudah paham tentang karya Tere Liye yang pasti memiliki "isi" pada tiap paragrafnya. Kami mendapatkan novel terbitan Republika ini November 2016 lalu. Dimana yg kami pegang ini adalah cetakan ke.2 oktober 2016 setelah cetakan 1 juga pada Oktober 2016. Luar biasa bukan. 2 periode cetak dalam bulan yg sama. Novel ini persis sebagai puzzle biografi dari seorang tokoh utama bernama Sri Ningsih. Sangat lengkap. Dari kelahirannya, pekerjaannya, kisah cintanya hingga kematiannya.
Kisah biografis ini dikemas melalui petualangan seorang Zaman Zulkarnaen, pengacara dari Thompson and co. yang ditugasi menyelesaikan warisan Sri Ningsih. Layaknya sebuah cerita pasti memiliki konflik untuk diselesaikan hingga tercapai klimaksnya. Problematika novel ini diungkapkan sekaligus diawal cerita, yakni siapakah ahli waris Sri Ningsih. Dari situlah cerita ini bermula. Sang lawyer berkeliling melintasi 2 benua untuk memecahkan teka-teki yang ditinggalkan Sri Ningsih agar amanatnya tersampaikan dgn apik. Selain juga menghindari heir hunters yg memang marak di Inggris.
Perjalannya dimulai di Perancis, panti jompo tempat Sri Ningsih menghabiskan sisa-sisa hidupnya. Disana, Zaman bertemu dengan Aimee, perawat panti jompo tsb yg akrab dgn Sri. Aimee memberikan diary milik Sri kepada Zaman, yang inilah jadi perbekalan Zaman menyusuri kehidupan Sri dari Pulau Bungin ke Surakarta hingga pindah ke Jakarta lalu praktis berhenti disana tanpa jejak menghilang.
Sri melalui masa kanak-kanaknya di Pulau Bungin. Mereka adalah keluarga asli Jawa yg merantau disana. Melaut merupakan pekerjaan utama bagi ayah Sri. Bersama dgn ayah dan ibu tirinya, Nusi Marata. Ibu Sri meninggal saat melahirkan Sri. Ayah Sri meninggal 2 minggu setelah kelahiran Tilamuta, adik tiri Sri. Pasca kematian ayahnya inilah, Sri mengalami kepahitan hidup dgn siksaan ibu tirinya yg menyalahkan Sri sbg sebab meninggalnya sang ayah. Hingga Sri disebut sbg anak yg dikutuk.
Singkatnya, Nusi Marata meninggal karena tragedi kebakaran di rumah mereka sendiri. Saat itulah, Sri dikirim ke Jawa, tepatnya Surakarta untuk belajar di sebuah pesantren. Dimana inisiasi tsb berasal dr Guru Bajang, gurunya di Pulau Bungin yg tau potensi Sri Ningsih sebagai anak cerdas. Di Surakarta, Sri bertemu Nur'aini, anak Kyai Pesantren yg menjadi sahabatnya kelak. Sri juga bertemu Sulastri yg menjadi musuh abadinya bahkan hingga setelah Sri meninggal.
Sri menjadi seorang guru bahasa di pesantren tsb setelah belajar bertahun2 pula disana. Masa pemberontakan PKI menjadi tanda berakhirnya kehidupan Sri di Surakarta. Pesantren dibumihanguskan oleh PKI yg menewaskan Kyai beserta istrinya. Serta tidak meninggalkan jejak keberadaan Tilamuta, adik Sri yg dikira telah dibunuh oleh para pemberontak. Dibalik pemberontakan tsb adalah Sulasri, yg memiliki dendam tak bertuan pada keluarga Kyai yg menyangka bahwa Kyai telah membunuh ayah dan ibunya dahulu.
Sri mengalami kepahitan, hingga akhirnya berpindah ke Jakarta dan membangun diri menjadi seorang pengusaha. Mulai dr usaha makanan, taksi hingga memiliki pabrik sabun yg sukses. Dan akhirnya dr sinilah harta Sri bermula. Lepas dr kesuksesan itu, Sri menjual kepemilikan pabriknya pada perusahaan sabun multinasional saingannya. Dijual dgn kepemilikan saham senilai 1% pada perusahaan multinasional tsb.
Sri kemudian pindah keInggris. Menjajaki diri sebagai perantauan di Eropa dgn menjadi sopir bus. Disana ia bertemu keluarga angkatnya, di Little India. a yg ia nantikan juga tumbuh di Inggris. Hakan Karim. Pria asal Turki yg menikahinya. Sayang, dr pernikahan mereka tidak memiliki keturunan. Hakan pun telah meninggal. Praktis, Sri tak memiliki ahli waris dari garis keturunannya.
Novel ini disuratkan secara apik, runtut dan menarik. Hingga tak bisa tidak untuk membuka lembar demi lembar depannya. Lalu, kepada siapakah akhirnya harta warisan Sri diberikan? Selamat membaca ..
Tere Liye memang selalu menjadi penulis favorit saya. Lewat novel yang berjudul tentang kamu ini, kita disuguhkan oleh kisah hidup ningsih yang menurut saya penuh perjuangan, kisah tragis dan sedih, yang mana sangat layak untuk dijadikan sebagai tauladan. Aku suka banget sama novel ini, huhuhuh
BalasHapus