REKAMAN DAN PENYUSUNAN AL-QUR'AN
The History of The Qur'anic Text hal 71 - 76
1. Selama Periode Mekah
Kendati diwahyukan secara lisan, Al-Qur'an sendiri secara konsisten menyebut sebagai kitab tertulis. Ini memberi petunjuk bahwa wahyu tersebut tercatat dalam tulisan. Pada dasarnya ayat-ayat Al-Qur'an tertulis sejak awal perkembangan Islam, meski masyarakat yang baru lahir itu masih menderita berbagai permasalahan akibat kekejaman yang dilancarkan oleh pihak kafir Quraish. Berikut cerita `Umar bin al-Khattab sejak ia masuk Islam yang akan kita pakai sebagai penjelasan masalah ini:
Suatu hari ‘Umar keluar rumah menenteng pedang terhunus hendak melibas leher Nabi Muhammad. Beberapa sahabat sedang berkumpul dalam sebuah rumah di bukit Safa. Jumlah mereka sekitar empat puluhan termasuk kaum wanita. Di antaranya adalah paman Nabi Muhammad, Hamza, Abu Bakr, 'All, dan juga lainnya yang tidak pergi berhijrah ke Ethiopia. Nu'aim secara tak sengaja berpapasan dan bertanya ke mana ‘Umar hendak pergi. "Saya hendak menghabisi Muhammad, manusia yang telah membuat orang Quraish khianat terhadap agama nenek moyang dan mereka tercabik-cabik serta ia (Muhammad) mencaci maki tata cara kehidupan, agama, dan tuhan-tuhan kami. Sekarang akan aku libas dia." "Engkau hanya akan menipu diri sendiri `Umar, katanya." "Jika engkau menganggap bahwa ban! `Abd Manaf mengizinkanmu menapak di bumi ini hendak memutus nyawa Muhammad, lebih baik pulang temui keluarga anda dan selesaikan permasalahan mereka." `Umar pulang sambil bertanya-tanya apa yang telah menimpa keluarganya. Nu'aim menjawab, "Saudara ipar, keponakan yang bernama Sa`id serta adik perempuanmu telah mengikuti agama baru yang dibawa Nabi Muhammad. Oleh karena itu, akan lebih baik jika anda kembali menghubungi mereka." `Umar cepat-cepat memburu iparnya di rumah, tempat Khabba sedang membaca Surah Taha dari sepotong tulisan Al-Qur'an. Saat mereka dengar suara ‘Umar, Khabba lari masuk ke kamar kecil, sedang Fatima mengambil kertas kulit yang bertuliskan Al-Qur' an dan diletakkan di bawah pahanya... 1
Kemarahan ‘Umar semakin membara begitu mendengar saudarasaudaranya masuk Islam. Keinginan membunuh orang yang beberapa saat sebelum itu la tuju semakin menjadi jadi. Masalah utama dalam cerita ini berkaitan dengan kulit kertas bertulisan Al-Qur'an, Menurut Ibn 'Abbas ayatayat yang diturunkan di Mekah terekam dalam bentuk tulisan sejak dari sana,2 seperti dapat dilihat dalam ucapan az-Zuhri.3 'Abdullah bin Sa'd bin 'Abi asSarh, seorang yang terlibat dalam penulisan Al-Qur'an sewaktu dalam periode ini,4 dituduh oleh beberapa kalangan sebagai pemalsu ayat-ayat Al-Qur'an (suatu tuduhan yang seperti telah saya jelaskan sama sekali tak berdasar).5 Orang lain sebagai penulis resmi adalah Khalid bin Sa'id bin al-‘As di mana ia menjelaskan, "Saya orang pertama yang menulis 'Bismillah ar-Rahman arRahim' (Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
Al-Kattani mencatat peristiwa ini: Sewaktu Rafi` bin Malik al-Ansari menghadiri baiah al-'Aqaba, Nab! Muhammad menyerahkan semua ayat-ayat yang diturunkan pada dasawarsa sebelumnya. Ketika kembali ke Madinah, Rafi` mengumpulkan semua anggota sukunya dan membacakan di depan mereka.7
2. Selama Periode Madinah
i. Penulis Wahyu Nabi Muhammad
Pada periode Madinah kita memiliki cukup banyak informasi termasuk sejumlah nama, lebih kurang enam puluh lima sahabat yang ditugaskan oleh Nabi Muhammad bertindak sebagai penulis wahyu. Mereka adalah Abban bin Sa'id, Abu Umama, Abu Ayyub al-Ansari, Abu Bakr as-Siddiq, Abu Hudhaifa, Abu Sufyan, Abu Salama, Abu 'Abbas, Ubayy bin Ka'b, al-Arqam, Usaid bin al-Hudair, Aus, Buraida, Bashir, Thabit bin Qais, Ja` far bin Abi Talib, Jahm bin Sa'd, Suhaim, Hatib, Hudhaifa, Husain, Hanzala, Huwaitib, Khalid bin Sa'id, Khalid bin al-Walid, az-Zubair bin al-`Awwam, Zubair bin Arqam, Zaid bin Thabit, Sa'd bin ar-Rabi`, Sa'd bin `Ubada, Sa'id bin Sa`id, Shurahbil bin Hasna, Talha, `Amir bin Fuhaira, `Abbas, `Abdullah bin al-Arqam, `Abdullah bin Abi Bakr, `Abdullah bin Rawaha, `Abdullah bin Zaid, `Abdullah bin Sa'd,
'Abdullah bin 'Abdullah, 'Abdullah bin 'Amr, 'Uthman bin 'Affan, Uqba, al'Ala bin 'Uqba, 'All bin Abi Talib, 'Umar bin al-Khattab, 'Amr bin al-'As, Muhammad bin Maslama, Mu'adh bin Jabal, Mu'awiya, Ma'n bin 'Adi, Mu'aqib bin Mughira, Mundhir, Muhajir, dan Yazid bin Abi Sufyan.8
ii. Nabi Muhammad Mendiktekan AI-Qur' an
Saat wahyu turun, Nabi Muhammad secara rutin memanggil para penulis yang ditugaskan agar mencatat ayat itu.9 Zaid bin Thabit menceritakan sebagai ganti atau mewakili peranan dalam Nabi Muhammad, la sering kali dipanggil diberi tugas penulisan saat wahyu turun.10 Sewaktu ayat al-jihad turun, Nabi Muhammad memanggil Zaid bin Thabit membawa tinta dan alat tulis dan kemudian mendiktekannya; 'Amr bin Um-Maktum al-A'ma duduk menanyakan kepada Nabi Muhammad, "Bagaimana tentang saya? Karena saya sebagai orang yang buta." Dan kemudian turun ayat, "ghair uli al-darar"11 (bagi orangorang yang bukan catat).12 Tampaknya tak ada bukti pengecekan ulang setelah mendiktekan. Saat tugas penulisan selesai, Zaid membaca ulang di depan Nabi Muhammad agar yakin tak ada sisipan kata lain yang masuk ke dalam teks.13
iii. Tradisi Penulisan Al-Qur'an di Kalangan Sahabat
Praktik yang biasa berlaku di kalangan para sahabat tentang penulisan AIQur'an, menyebabkan Nabi Muhammad melarang orang-orang menulis sesuatu darinya kecuali Al-Qur'an, "dan siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain Al-Qur'an, maka la harus menghapusnya."14 Beliau ingin agar Al-Qur'an dan hadith tidak ditulis pada halaman kertas yang sama agar tidak terjadi campur aduk serta kekeliruan. Sebenarnya bagi mereka yang tak dapat menulis selalu hadir juga di masjid memegang kertas kulit dan minta orang lain secara suka rela mau menuliskan ayat Al-Qur'an.15 Berdasarkan kebiasaan Nabi Muhammad memanggil juru tulis ayat-ayat yang baru turun, kita dapat menarik anggapan bahwa pada masa kehidupan beliau seluruh Al-Qur'an sudah tersedia dalam bentuk tulisan.
3. Susunan Al-Qur'an
i. Susunan Ayat ke dalam Surah
Diakui secara umum bahwa susunan ayat dan surah dalam Al-Qur'an memiliki keunikan yang luar biasa. Susunannya tidak secara urutan saat wahyu diturunkan dan subjek bahasan. Rahasianya hanya Allah Yang Mahatahu, karena Dia sebagai pemilik kitab tersebut. Jika seseorang akan bertindak sebagai editor menyusun kembali kata-kata buku orang lain misalnya, mengubah urutan kalimat akan mudah memengaruhi seluruh isinya. Hasil akhir tidak dapat diberikan pada pengarang karena hanya sang pencipta yang berhak mengubah kata-kata dan materi guna menjaga hak-haknya.
Demikian halnya Kitab Allah, karena Dia sebagai pencipta tunggal clan Dia sendiri yang memiliki wewenang mutlak menyusun seluruh materi. AlQur'an sangat tegas dalam masalah ini:
"Sesungguhnya atas tanggungan Kami mengumpulkan (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami menjelaskannya.”16Maka guna menjelaskan isi kandungan ayat-ayat itu, Allah menugaskan Nabi Muhammad sebagai penerima mandat. Dalam hal ini Al-Qur' an memberi penjelasan,"Dan Kami telah turunkan kepada engkau (Muhammad) berupa peringatan agar engkau menjelaskan kepada manusia apa-apa yang telah diturunkan pada mereka."17
Hak istimewa ini, Allah berikan wewenang atau hak otoritas pada Nabi Muhammad agar memberi penjelasan pada umatnya.18 Hanya Nabi Muhammad, melalui keistimewaan dan wahyu ketuhanan, yang dianggap mampu menyusun ayat-ayat ke dalam bentuk keunikan Al-Qur'an sesuai kehendak dan rahasia Allah. Bukan komunitas Muslim secara kolektif dan bukan pula perorangan memiliki legitimasi kata akhir dalam menyusun Kitab Allah.
Kitab Al-Qur'an mencakup surah-surah panjang dan yang terpendek terdiri atas 3 ayat, sedangkan paling panjang 286 ayat. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Nabi Muhammad memberi instruksi kepada para penulis tentang letak ayat pada setiap surah. `Uthman menjelaskan baik wahyu itu mencakup ayat panjang maupun satu ayat terpisah, Nabi Muhammad selalu memanggil penulisnya clan berkata, "Letakkan ayat-ayat tersebut ke dalam surah sepetrti yang beliau sebut."19 Zaid bin Thabit menegaskan, "Kami akan kumpulkan Al-Qur'an di depan Nabi Muhammad."20 Menurut `Uthman bin Abi al-'As, Malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad memberi perintah akan penempatan ayat tertentu.21
Ubbay bin Ka'b menjelaskan, "Kadang-kadang permulaan surah itu diwahyukan pada Nabi Muhammad, kemudian saya menuliskannya, dan wahyu yang lain turun pada beliau lalu berkata, "Ubbay! Tulislah ini dalam surah yang menyebut ini dan itu.' Dalam kesempatan lain wahyu diturunkan pada beliau dan saya menunggu perintah yang hendak diberikan sehingga beliau memberi tahu tempat yang sesuai dari suatu ayat.26
Zaid bin Thabit memberi penjelasan, "Sewaktu kami bersama Nabi Muhammad mengumpulkan Al-Qur'an kertas kulit beliau berkata, "Mudah-mudahan Sham mendapat berkah"27 Kemudian beliau ditanya, 'Mengapa demikian wahai Nabi Allah?' Beliau menjawab, 'Karena para Malaikat yang Maha Rahman telah melebarkan sayap mereka kepadanya."28 Dalam hadith ini kita catat Nabi Muharnmad selalu melakukan pengawasan dalam pengumpulan dan susunan ayat-ayat Qur'an
· Kita dapat melihat bukti yang sangat jelas bahwa bacaan surah dalam shalat lima waktu. Tidak boleh bacaan umum menyalahi urutan ayat-ayat yang telah disepakati dan tidak pernah terjadi peristiwa shalat berjamaah akan adanya perbedaan pendapat dengan imam tentang urutan ayat-ayat baik di masa Nabi Muhammad maupun sekarang. Nabi Muhammad kadang-kadang membaca satu surah sampai habis pada shalat jum'ah.29
Bukti lain dapat dilacak dari beberapa hadith yang mengatakan kepada sahabat telah mengenal permulaan dan akhiran surah-surah yang ada.
· Nabi Muhammad memberi komentar kepada ‘Umar, "Akhir ayat-ayat dari Surah an-Nisa' akan dianggap cukup buatmu (dalam menyelesaikan masa]ah warisan). "30
· Abu Mas'ud al-Badri memberi laporan bahwa Nabi Muhammad bersabda, 'Ayat terakhir dari Surah al-Baqarah dapat mencukupi bagi siapa saja yang membaca di waktu malam."31
· Ibn `Abbas mengingatkan, "Sewaktu saya bermalam di rumah, Maimuna (istri Nabi Muhammad), saya mendengar beliau terbangun dari tidur lalu membaca sepuluh ayat terakhir dari Surah `Ali ‘Imran."32
The History of The Qur'anic Text hal 71 - 76
1. Selama Periode Mekah
Kendati diwahyukan secara lisan, Al-Qur'an sendiri secara konsisten menyebut sebagai kitab tertulis. Ini memberi petunjuk bahwa wahyu tersebut tercatat dalam tulisan. Pada dasarnya ayat-ayat Al-Qur'an tertulis sejak awal perkembangan Islam, meski masyarakat yang baru lahir itu masih menderita berbagai permasalahan akibat kekejaman yang dilancarkan oleh pihak kafir Quraish. Berikut cerita `Umar bin al-Khattab sejak ia masuk Islam yang akan kita pakai sebagai penjelasan masalah ini:
Suatu hari ‘Umar keluar rumah menenteng pedang terhunus hendak melibas leher Nabi Muhammad. Beberapa sahabat sedang berkumpul dalam sebuah rumah di bukit Safa. Jumlah mereka sekitar empat puluhan termasuk kaum wanita. Di antaranya adalah paman Nabi Muhammad, Hamza, Abu Bakr, 'All, dan juga lainnya yang tidak pergi berhijrah ke Ethiopia. Nu'aim secara tak sengaja berpapasan dan bertanya ke mana ‘Umar hendak pergi. "Saya hendak menghabisi Muhammad, manusia yang telah membuat orang Quraish khianat terhadap agama nenek moyang dan mereka tercabik-cabik serta ia (Muhammad) mencaci maki tata cara kehidupan, agama, dan tuhan-tuhan kami. Sekarang akan aku libas dia." "Engkau hanya akan menipu diri sendiri `Umar, katanya." "Jika engkau menganggap bahwa ban! `Abd Manaf mengizinkanmu menapak di bumi ini hendak memutus nyawa Muhammad, lebih baik pulang temui keluarga anda dan selesaikan permasalahan mereka." `Umar pulang sambil bertanya-tanya apa yang telah menimpa keluarganya. Nu'aim menjawab, "Saudara ipar, keponakan yang bernama Sa`id serta adik perempuanmu telah mengikuti agama baru yang dibawa Nabi Muhammad. Oleh karena itu, akan lebih baik jika anda kembali menghubungi mereka." `Umar cepat-cepat memburu iparnya di rumah, tempat Khabba sedang membaca Surah Taha dari sepotong tulisan Al-Qur'an. Saat mereka dengar suara ‘Umar, Khabba lari masuk ke kamar kecil, sedang Fatima mengambil kertas kulit yang bertuliskan Al-Qur' an dan diletakkan di bawah pahanya... 1
Kemarahan ‘Umar semakin membara begitu mendengar saudarasaudaranya masuk Islam. Keinginan membunuh orang yang beberapa saat sebelum itu la tuju semakin menjadi jadi. Masalah utama dalam cerita ini berkaitan dengan kulit kertas bertulisan Al-Qur'an, Menurut Ibn 'Abbas ayatayat yang diturunkan di Mekah terekam dalam bentuk tulisan sejak dari sana,2 seperti dapat dilihat dalam ucapan az-Zuhri.3 'Abdullah bin Sa'd bin 'Abi asSarh, seorang yang terlibat dalam penulisan Al-Qur'an sewaktu dalam periode ini,4 dituduh oleh beberapa kalangan sebagai pemalsu ayat-ayat Al-Qur'an (suatu tuduhan yang seperti telah saya jelaskan sama sekali tak berdasar).5 Orang lain sebagai penulis resmi adalah Khalid bin Sa'id bin al-‘As di mana ia menjelaskan, "Saya orang pertama yang menulis 'Bismillah ar-Rahman arRahim' (Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
Al-Kattani mencatat peristiwa ini: Sewaktu Rafi` bin Malik al-Ansari menghadiri baiah al-'Aqaba, Nab! Muhammad menyerahkan semua ayat-ayat yang diturunkan pada dasawarsa sebelumnya. Ketika kembali ke Madinah, Rafi` mengumpulkan semua anggota sukunya dan membacakan di depan mereka.7
2. Selama Periode Madinah
i. Penulis Wahyu Nabi Muhammad
Pada periode Madinah kita memiliki cukup banyak informasi termasuk sejumlah nama, lebih kurang enam puluh lima sahabat yang ditugaskan oleh Nabi Muhammad bertindak sebagai penulis wahyu. Mereka adalah Abban bin Sa'id, Abu Umama, Abu Ayyub al-Ansari, Abu Bakr as-Siddiq, Abu Hudhaifa, Abu Sufyan, Abu Salama, Abu 'Abbas, Ubayy bin Ka'b, al-Arqam, Usaid bin al-Hudair, Aus, Buraida, Bashir, Thabit bin Qais, Ja` far bin Abi Talib, Jahm bin Sa'd, Suhaim, Hatib, Hudhaifa, Husain, Hanzala, Huwaitib, Khalid bin Sa'id, Khalid bin al-Walid, az-Zubair bin al-`Awwam, Zubair bin Arqam, Zaid bin Thabit, Sa'd bin ar-Rabi`, Sa'd bin `Ubada, Sa'id bin Sa`id, Shurahbil bin Hasna, Talha, `Amir bin Fuhaira, `Abbas, `Abdullah bin al-Arqam, `Abdullah bin Abi Bakr, `Abdullah bin Rawaha, `Abdullah bin Zaid, `Abdullah bin Sa'd,
'Abdullah bin 'Abdullah, 'Abdullah bin 'Amr, 'Uthman bin 'Affan, Uqba, al'Ala bin 'Uqba, 'All bin Abi Talib, 'Umar bin al-Khattab, 'Amr bin al-'As, Muhammad bin Maslama, Mu'adh bin Jabal, Mu'awiya, Ma'n bin 'Adi, Mu'aqib bin Mughira, Mundhir, Muhajir, dan Yazid bin Abi Sufyan.8
ii. Nabi Muhammad Mendiktekan AI-Qur' an
Saat wahyu turun, Nabi Muhammad secara rutin memanggil para penulis yang ditugaskan agar mencatat ayat itu.9 Zaid bin Thabit menceritakan sebagai ganti atau mewakili peranan dalam Nabi Muhammad, la sering kali dipanggil diberi tugas penulisan saat wahyu turun.10 Sewaktu ayat al-jihad turun, Nabi Muhammad memanggil Zaid bin Thabit membawa tinta dan alat tulis dan kemudian mendiktekannya; 'Amr bin Um-Maktum al-A'ma duduk menanyakan kepada Nabi Muhammad, "Bagaimana tentang saya? Karena saya sebagai orang yang buta." Dan kemudian turun ayat, "ghair uli al-darar"11 (bagi orangorang yang bukan catat).12 Tampaknya tak ada bukti pengecekan ulang setelah mendiktekan. Saat tugas penulisan selesai, Zaid membaca ulang di depan Nabi Muhammad agar yakin tak ada sisipan kata lain yang masuk ke dalam teks.13
iii. Tradisi Penulisan Al-Qur'an di Kalangan Sahabat
Praktik yang biasa berlaku di kalangan para sahabat tentang penulisan AIQur'an, menyebabkan Nabi Muhammad melarang orang-orang menulis sesuatu darinya kecuali Al-Qur'an, "dan siapa yang telah menulis sesuatu dariku selain Al-Qur'an, maka la harus menghapusnya."14 Beliau ingin agar Al-Qur'an dan hadith tidak ditulis pada halaman kertas yang sama agar tidak terjadi campur aduk serta kekeliruan. Sebenarnya bagi mereka yang tak dapat menulis selalu hadir juga di masjid memegang kertas kulit dan minta orang lain secara suka rela mau menuliskan ayat Al-Qur'an.15 Berdasarkan kebiasaan Nabi Muhammad memanggil juru tulis ayat-ayat yang baru turun, kita dapat menarik anggapan bahwa pada masa kehidupan beliau seluruh Al-Qur'an sudah tersedia dalam bentuk tulisan.
3. Susunan Al-Qur'an
i. Susunan Ayat ke dalam Surah
Diakui secara umum bahwa susunan ayat dan surah dalam Al-Qur'an memiliki keunikan yang luar biasa. Susunannya tidak secara urutan saat wahyu diturunkan dan subjek bahasan. Rahasianya hanya Allah Yang Mahatahu, karena Dia sebagai pemilik kitab tersebut. Jika seseorang akan bertindak sebagai editor menyusun kembali kata-kata buku orang lain misalnya, mengubah urutan kalimat akan mudah memengaruhi seluruh isinya. Hasil akhir tidak dapat diberikan pada pengarang karena hanya sang pencipta yang berhak mengubah kata-kata dan materi guna menjaga hak-haknya.
Demikian halnya Kitab Allah, karena Dia sebagai pencipta tunggal clan Dia sendiri yang memiliki wewenang mutlak menyusun seluruh materi. AlQur'an sangat tegas dalam masalah ini:
"Sesungguhnya atas tanggungan Kami mengumpulkan (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kami menjelaskannya.”16Maka guna menjelaskan isi kandungan ayat-ayat itu, Allah menugaskan Nabi Muhammad sebagai penerima mandat. Dalam hal ini Al-Qur' an memberi penjelasan,"Dan Kami telah turunkan kepada engkau (Muhammad) berupa peringatan agar engkau menjelaskan kepada manusia apa-apa yang telah diturunkan pada mereka."17
Hak istimewa ini, Allah berikan wewenang atau hak otoritas pada Nabi Muhammad agar memberi penjelasan pada umatnya.18 Hanya Nabi Muhammad, melalui keistimewaan dan wahyu ketuhanan, yang dianggap mampu menyusun ayat-ayat ke dalam bentuk keunikan Al-Qur'an sesuai kehendak dan rahasia Allah. Bukan komunitas Muslim secara kolektif dan bukan pula perorangan memiliki legitimasi kata akhir dalam menyusun Kitab Allah.
Kitab Al-Qur'an mencakup surah-surah panjang dan yang terpendek terdiri atas 3 ayat, sedangkan paling panjang 286 ayat. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Nabi Muhammad memberi instruksi kepada para penulis tentang letak ayat pada setiap surah. `Uthman menjelaskan baik wahyu itu mencakup ayat panjang maupun satu ayat terpisah, Nabi Muhammad selalu memanggil penulisnya clan berkata, "Letakkan ayat-ayat tersebut ke dalam surah sepetrti yang beliau sebut."19 Zaid bin Thabit menegaskan, "Kami akan kumpulkan Al-Qur'an di depan Nabi Muhammad."20 Menurut `Uthman bin Abi al-'As, Malaikat Jibril menemui Nabi Muhammad memberi perintah akan penempatan ayat tertentu.21
Ubbay bin Ka'b menjelaskan, "Kadang-kadang permulaan surah itu diwahyukan pada Nabi Muhammad, kemudian saya menuliskannya, dan wahyu yang lain turun pada beliau lalu berkata, "Ubbay! Tulislah ini dalam surah yang menyebut ini dan itu.' Dalam kesempatan lain wahyu diturunkan pada beliau dan saya menunggu perintah yang hendak diberikan sehingga beliau memberi tahu tempat yang sesuai dari suatu ayat.26
Zaid bin Thabit memberi penjelasan, "Sewaktu kami bersama Nabi Muhammad mengumpulkan Al-Qur'an kertas kulit beliau berkata, "Mudah-mudahan Sham mendapat berkah"27 Kemudian beliau ditanya, 'Mengapa demikian wahai Nabi Allah?' Beliau menjawab, 'Karena para Malaikat yang Maha Rahman telah melebarkan sayap mereka kepadanya."28 Dalam hadith ini kita catat Nabi Muharnmad selalu melakukan pengawasan dalam pengumpulan dan susunan ayat-ayat Qur'an
· Kita dapat melihat bukti yang sangat jelas bahwa bacaan surah dalam shalat lima waktu. Tidak boleh bacaan umum menyalahi urutan ayat-ayat yang telah disepakati dan tidak pernah terjadi peristiwa shalat berjamaah akan adanya perbedaan pendapat dengan imam tentang urutan ayat-ayat baik di masa Nabi Muhammad maupun sekarang. Nabi Muhammad kadang-kadang membaca satu surah sampai habis pada shalat jum'ah.29
Bukti lain dapat dilacak dari beberapa hadith yang mengatakan kepada sahabat telah mengenal permulaan dan akhiran surah-surah yang ada.
· Nabi Muhammad memberi komentar kepada ‘Umar, "Akhir ayat-ayat dari Surah an-Nisa' akan dianggap cukup buatmu (dalam menyelesaikan masa]ah warisan). "30
· Abu Mas'ud al-Badri memberi laporan bahwa Nabi Muhammad bersabda, 'Ayat terakhir dari Surah al-Baqarah dapat mencukupi bagi siapa saja yang membaca di waktu malam."31
· Ibn `Abbas mengingatkan, "Sewaktu saya bermalam di rumah, Maimuna (istri Nabi Muhammad), saya mendengar beliau terbangun dari tidur lalu membaca sepuluh ayat terakhir dari Surah `Ali ‘Imran."32
0 komentar:
Posting Komentar