Doa Sebelum Makan
Seorang nenek bernama Syofiah selalu mengajarkan kepada cucunya, Ahmad, untuk berdoa sebelum melakukan suatu kegiatan. Misalnya doa sebelum tidur, bangun tidur, sebelum makan dan sesudah makan. Padahal doa antara kesempatan yang satu dengan kesempatan lainnya selalu berbeda. Guna menerapkan peraturan mendoa itu, Shofiyah meminta cucunya untuk membaca doa tersebut secara nyaring agar sang nenek bisa mendengarkannya.
Pada suatu hari, sayup-sayup si nenek mendengarkan cucunya sedang berdoa di kamar mandi. Betapa terkejutnya sang nenek karena doa yang dilantungkan si cucu adalah doa setelah makan.
“Ahmad… mengapa di kamar mandi kamu membaca doa sesudah makan?” tanya sang nenek dengan penuh rasa ingin tahu. Setelah hening sesaat, terdengar suara dari kamar mandi, “Anu Nek. Ahmad baru saja makan sabun mandi,” jawab sang cucu.
Penyakit Tukang Obat
Pada suatu hari, ada seorang penjual obat di trotoar yang memasang iklan bahwa obat yang dijualnya bisa menyembuhkan 1.000 macam penyakit.
Setelah melihat iklan yang dipasangnya, seorang ibu datang dan bertanya kepada penjual obat tersebut, “Apakah benar obat ini bisa menyembuhkan 1.000 macam penyakit?”. Sang penjual obat itu pun menyakinkan ibu tersebut dengan berkata, “
Oh tentu saja Bu, obat ini manjur dan akan menyembuhkan penyakit ibu dengan cepat,” jawabnya. Akhirnya ibu itu membeli obat yang ditawarkan itu.
Setelah beberapa hari, ibu itu kembali kepada penjual obat. “Bang, katanya obatmu bisa menyembuhkan 1.000 macam penyakit, saya sudah minum obatnya, kok penyakit saya belum sembuh?” tanya si ibu.
Lalu penjual obat itu dengan santainya berkata, “Oh… mungkin penyakit Ibu itu penyakit yang ke-1.001,” jawab penjual obat tanpa merasa bersalah.
Kue untuk Polisi
Kisah ini terjadi ketika mudik lebaran yang lalu. Waku itu, seorang pria bernama Hasan sedang menyetir dalam perjalanan dari
Untuk membalas kebaikannya itu, sambil mengucap terima kasih, Hasan memberinya hadiah satu toples kue cokelat buatan ibunya. Perjalanan dilanjutkan kembali. Kali ini mobil Hasan dikendarai pelan-pelan saja.
Hanya berselang beberapa kilometer dari tempat tersebut, tiba-tiba seorang polisi lain menyemprit kembali. “Selamat sore, Pak.” katanya sambil memberi tanda hormat.
Sambil menurunkan kaca jendela, kali ini Hasan segera bertanya, “Selamat sore, slah saya apa, Pak?”
“Oh, Bapak tidak salah apa-apa.” kata polisi itu sambil tersenyum. “Cuma saya dengar, Bapak sedang membagi-bagikan kue cokelat gratis ya?”
Mengawasi Pintu Rumah
Suatu hari Nasrudin kecil ditinggal ibunya pergi ke rumah temannya. Sebelum pergi ibunya berkata kepada Nasrudin, “Nasrudin, kalau kamu sedang sendirian di rumah, kamu harus selalu mengawasi pintu rumah dengan penuh kewaspadaan. Jangan biarkan seorang pun yang tidak kamu kenal masu ke dalam rumah karena bisa saja mereka itu ternyata pencuri!”
Akhirnya, Nasrudin memutuskan untuk duduk di samping pintu. Satu jam kemudian pamannya datang. “Mana ibumu?” tanya pamannya.
“Oh, ibu sedang pergi ke rumah temannya,” jawab Nasrudin.
“Keluargaku akan datang ke sini sore ini. Pergi dan katakan kepada ibumu, jangan pergi ke mana-mana sore ini!” kata pamannya.
Begitu pamannya pergi, Nasrudin mulai berpikir, “Ibu menyuruh aku untuk mengawasi pintu. Sedangkan paman meyuruhku pergi untuk menmcari ibu dan mengatakan kepada ibu kalau keluarga paman akan datang sore ini.”
Setelah bingung memikirkan jalan keluarnya, Nasrudin akhirnya membuat satu keputusan. Dia melepaskan pintu dari engselnya, menggotongnya sambil pergi mencari ibunya.
Sumber : www.ketawa.com
0 komentar:
Posting Komentar