Portal Digital Data Personal

Tulisanku
Selasa, 05 Agustus 2014

Laporan Ekologi Tumbuhan Tipe Life Form

Cara mengenal dan mendeskripsi tumbuhan dapat dilakukan dengan mudah tetapi dapat pula sangat sulit. Deskripsi morfologis biasanya merupakan langkah awal untuk mengetahui karakter struktur tumbuhan. Variasi struktur tumbuhan yang sangat banyak menuntut metode mengenali tumbuhan dengan tepat dan cepat pada langkah awal suatu pengkajian, penelitian, eksplorasi, dalam berbagai cabang kajian biologi. Ukuran dan kenampakan umum sebuah tumbuhan menjadi ciri pengenal awal tumbuhan untuk pengkajian aspek ekologi, morfologi, anatomi, fisiologi, taksonomi-sistematik dan lain-lainnya. Kenampakan umum tumbuhan atau habitus tumbuhan sering didasarkan pada ukuran relatif tumbuhan. Variasi habitus tumbuhan pada umumnya dikenal sebagai tumbuhan pohon, perdu, semak, dan herba. Pembagian tumbuhan secara sederhana menjadi terna (herba dan semak-semak), perdu dan pohon tidak cukup memadai sehingga pembagian yang lebih rinci menjadi bentuk hidup (life form) sering digunakan. Bentuk hidup (life form) penting untuk mendiskripsikan tumbuhan karena adanya “main ‘biological’ deviation from a straight physical/physiological characterisation of the vegetation” (Tunstall, 2008). 

JUDUL

Tipe Life Form

TUJUAN

Mengetahui Tipe Life Form (TLF) penyusun pada daerah depan Menwa UNS dan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.

DASAR TEORI

Cara mengenal dan mendeskripsi tumbuhan dapat dilakukan dengan mudah tetapi dapat pula sangat sulit. Deskripsi morfologis biasanya merupakan langkah awal untuk mengetahui karakter struktur tumbuhan. Variasi struktur tumbuhan yang sangat banyak menuntut metode mengenali tumbuhan dengan tepat dan cepat pada langkah awal suatu pengkajian, penelitian, eksplorasi, dalam berbagai cabang kajian biologi. Ukuran dan kenampakan umum sebuah tumbuhan menjadi ciri pengenal awal tumbuhan untuk pengkajian aspek ekologi, morfologi, anatomi, fisiologi, taksonomi-sistematik dan lain-lainnya. Kenampakan umum tumbuhan atau habitus tumbuhan sering didasarkan pada ukuran relatif tumbuhan. Variasi habitus tumbuhan pada umumnya dikenal sebagai tumbuhan pohon, perdu, semak, dan herba. Pembagian tumbuhan secara sederhana menjadi terna (herba dan semak-semak), perdu dan pohon tidak cukup memadai sehingga pembagian yang lebih rinci menjadi bentuk hidup (life form) sering digunakan. Bentuk hidup (life form) penting untuk mendiskripsikan tumbuhan karena adanya “main ‘biological’ deviation from a straight physical/physiological characterisation of the vegetation” (Tunstall, 2008).
Raunkiaer (Botaniawan Denmark) pada tahun 1934 (Lovelless, 1989, Rana et al., 2002., Decocq dan Hermy, 2003) membuat sistem pengelompokan bentuk hidup berdasarkan jarak antara posisi tertinggi kuncup-kuncup yang membawa tumbuhan melalui musim yang tidak menguntungkan dengan permukaan tanah. Adaptasi terhadap musim-musim kering dan dingin yang semakin keras dicapai dengan posisi kuncup-kuncup terminal yang semakin dekat dengan permukaan tanah sampai akhirnya kuncup-kuncup terbenam dalam tanah. Cara ekstrem adaptasi tumbuhan setahun (annual) yang menyelesaikan daur hidupnya dalam satu musim dilakukan melalui pembentukan jaringan embrio dalam biji yang dorman dan resisten. Deskripsi bentuk hidup tumbuhan menurut Raunkiaer ini paling banyak digunakan diantara sistem-sistem lainnya yang diajukan Warming tahun 1909, Dansereau tahun 1957, Ellenberg dan Muller-Dombois tahun 1974, Box tahun 1981 (Rana et al., 2002). Pengelompokan bentuk hidup tumbuhan menurut Raunkiaer (Raunkiaer’s life form) disarikan pada Tabel 1 dan ilustrasi skematis pada Gambar 1 (Loveless, 1989).
Tabel 1. Karakteristik Raunkiaer’s life form tumbuhan atau bentuk hidup tumbuhan menurut Raunkiaer
No
Life form
Ciri-ciri pokok
1
Fanerofit
Merupakan kelompok pohon dan perdu yang mempunyai kuncup-kuncup terminal tumbuh dari tahun ke tahun. Kuncup mencuat/terbuka ke udara. Berdasar ukuran ketinggiannya kelompok ini sering di pecah lagi menjadi:
Megafanerofit: tinggi lebih 30 m
Mesofanerofit: tinggi 7,5 – 30 m
Mikrofanerofit: tinggi 2 – 7,5
Nanofanerofit: tinngi 0,25 – 2 m
2
Kamefit
Tumbuhan di permukaan tanah. Kuncup-kuncup terminal tumbuh dari tahun ke tahun dekat dengan permukaan tanah (0-0,25 m) Jika kuncup-kuncup tumbuh lebih dari 0,3 m selama musim tumbuh, kuncup-kuncup itu akan mati dan digantikan kuncup kuncup baru musim berikutnya. Kuncup-kuncup baru tumbuh dari batang tua yang masih tetap hidup. Kelompok ini mencakup perdu-perdu kecil dan berbagai tumbuhan yang batangnya menjalar di atas tanah atau membentuk rumpun yang rapat
3
Hemikriptofit
Merupakan kelompok tumbuhan yang mempunyai kuncup-kuncup yang tumbuh dari tahun ke tahun pada permukaan tanah dimana mereka dilindungi oleh tanah sekelilingnya dan oleh sistem pucuk dari musim sebelumnya. Tumbuhan kelompok ini sering mempunyai akar yang besar dan membengkak dan pada permukaan tanah ditutupi oleh batang yang memadat. Dari bagian tersebut daun-daun dan kuncup-kuncup cabang tumbuh setiap tahun. Kelompok khas tumbuhan ini adalah kelompok tumbuhan berbentuk roset
4
Kriptofit
Kelompok ini mempunyai perlindungan yang lebih besar dari pada kelompok hemikriptofit. Kuncup-kuncup terminal tumbuh di dalam terkubur dalam tanah. Kelompok tumbuhan ini dibagi menjadi:
Geofit: Tumbuhan tanah dengan kuncup terminal terkubur di bawah tanah, misalnya: umbi lapis, umbi, rimpang dll.
Helofit: Tumbuhan rawa musiman dengan kuncup-kuncup dalam lumpur dan terendam air
Hidrofit: Tumbuhan air dengan kuncup-kuncup yan tumbuh di permukaan air
5
Terofit
Tumbuhan yang menyelesaikan daur hidupnya dalam waktu singkat, kurang dari setahun. Adaptasi terhadap kondisi ekstrem dalam bentuk biji
6
Batang sukulen
Kedua kelompok ini merupakan tumbuhan cirri khas di habitat-habitat tertentu. Kaktus merupakan contoh batang sukulen. Bromeliacae dan Orchidaceae merupakan epifit yang tumbuh di cabang-cabang pohon hutan tropis

ALAT & BAHAN

Peta lokasi daerah selatan stadion UNS           1 lembar
Peta lokasi daerah Fakultas MIPA                    1 lembar
Kompas prisma                                                2 buah
Meteran                                                           2 buah
Rafia                                                    80 meter (@ 40 meter)
Patok                                                   8 buah x (@ 2 buah)
Gunting                                                            2 buah x (@ 1 buah)
Penggaris                                                         2 buah x (@ 1 buah)
Alat tulis                                                          secukupnya
Tabel pengamatan                                            2 lembar x (@ 1 buah)

CARA KERJA

Menentukan lokasi yang memenuhi persyaratan tipe life form (Phanerophyte, Chamaeophyte, Hemycriptophyte, Cryptophyte, Therophyte)  dengan luas area 1 hektar di daerah Kampus UNS.
Menentukan titik lokasi plot dengan cara :
Membidik minimal 2 buah tanda medan berupa bangunan gedung untuk memperoleh titik azimuth.
Menghitung  titik back azimuth.
Membuat perpotongan dari kedua titik tanda medan pada peta.
Menghitung titik koordinat lokasi plot dari perpotongan kedua titik tanda medan pada peta Kampus UNS.
Mengukur area plot 1% dari 1 hektar.
Membuat plot dengan cara sebagai berikut:
Menyiapkan patok sebanyak 4 buah dan tali rafia sebagai pembatas.
Memasang patok dan tali rafia pada area plot seluas 10 x 10 m2.
Mengidentifikasikan dan mengelompokan tanaman yang termasuk dalam plot berdasarkan tipe-tipe  Life form (Phanerophyte, Chamaeophyte, Hemycriptophyte, Cryptophyte, Therophyte)
Menghitung cover dan dominasi dari masing-masing tipe Life Form.
Mentabulasikan tabel pengamatan.
Mengkonversi data pengamatan ke dalam skala BB ( Braunt – Blanquet ).
Membuat histogram perbandingan skala BB ( Braunt – Blanquet ) hasil observasi dengan skala Raunkier.

DATA PENGAMATAN + HISTOGRAM

Data Pengamatan
110˚51’20,04”BT
Kelompok 4
Lokasi : F. Teknik
7˚33’42,48”LS
Penyusun TLF
Skala Raunkier (%)
Skala BB (%)
Phanerophyte
46
62,5
Chamaeophyte
9
2,5
Hemicriptophyte
26
15
Criptophyte
6
15
Terophyte
13
2,5
110˚51’25,2”BT
Kelompok 9
Lokasi: Depan MenWa
7˚33’45,6”LS
Penyusun TLF
Skala Raunkier (%)
Skala BB (%)
Phanerophyte
46
58,0867
Chamaeophyte
9
0,0143
Hemicriptophyte
26
81
Criptophyte
6
0,005
Terophyte
13
0,0143
Komposisi tanaman di menwa
Spesies yang termasuk dalam :
Phanerophyte
:
Araucaria heterophylla
Acalypha Siamensis
Barringtonia asiatica
Bauhinia purpurea

Chamaeophyte
:
Ageratum conyzoides

Hemycriptophyte
:
Elephanthropus scraber
Oplismenus burmanii

Cryptophyte
:
Colocasia esculenta

Therophyte
:
Paspalum sp.


Komposisi tanaman di F. Teknik
Phanerophyte
:
Tectona grandis, Solanum verbascifolium, Ficus carica, Moringa oleifera
Chamaeophyte
:
Mimosa pudica
Hemycriptophyte
:
Hoplismenus burmanii
Cryptophyte
:
Eragrotis brownie, Panicum ambiguum, Hymenachne indica, Elephantopus scaber
Therophyte
:
Paspalum conjugatum

PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan untuk Mengetahui Tipe Life Form (TLF) penyusun pada daerah depan Menwa UNS dan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Prinsip kerja dari praktikum lapangan (Kegiatan 1) yaitu Menentukan lokasi yang memenuhi persyaratan tipe life form (Phanerophyte, Chamaeophyte, Hemycriptophyte, Cryptophyte, Therophyte)  dengan luas area 1 hektar yaitu wilayah kampus UNS kentingan dengan titik lokasi plot di depan sekretariat Menwa. Kemudian mempuat pada area plot seluas 10 x 10m2 dengan memasang patok dan tali rafia. Lalu Mengidentifikasikan dan mengelompokan tanaman yang termasuk dalam plot berdasarkan tipe-tipe  Life form (Phanerophyte, Chamaeophyte, Hemycriptophyte, Cryptophyte, Therophyte) serta menghitung cover dan dominasi dari masing-masing tipe Life Form.
Tipe life form dapat dilihat dengan banyak cara, satu diantaranya adalah dengan tipe life form dari Raunkier yag berdasarkan kuncup perenating dikelompokan sebagai berikut
Phanerophyte (P): kuncup perenating pada ketinggian paling tidak 25 cm diatas permukaan tanah. Ini berupa pohon, semak tinggi, liana, tumbuhan merambat berkayu, epifit dan batang sukulen yang tinggi.
Chamaeophyte (Ch): kuncup perenaying berkedudukan dekat dengan permukaan tanah (dibawah 25 cm). Herba, suffrutescent (suffruticose, perdu rendah, kecil, bagian pangkal berkayu dengan tunas berbatang basah), atau tumbuhan berkayu rendah, tumbuhan succulent rendah, tumbuhan cushion (bantalan).
 Hemycriptophite (H): herba perenial dimana bagian aerial mati pada akhir pertumbuhan, meninggalkan kuncup pada atau tepatv dibawah permukaan tanah. Herba berdaun lebar musiman dan rumput-rumputan, tumbuahn roset.
Cryptophite (Cr): kuncup perenating terletak dibawah lapisan tanah atau terbenam dalam permukaan air. Tumbuhan darat dengan rimpang dalam, umbi atau tuber, tumbuahn perairan emergent, mengapung atau tenggelam dan berakar pada dasar.
 Therophyte (Th): tumbuhan annual melampaui kala buruk dengan biji.
Komposisi tumbuhan penyusun asosiasi dapat digambarkan dalam suatu spektra life form. Spektra tipe life form adalah suatu penggambaran yang menunjukan  kelompok prosentase tumbuhan penyusun suatu asosiasi seperti terlihat pada gambar dibawah ini
 
Spektra dapat dibuat dari data berbagai tipe komposisi. Kebanyakan kajian berkepentingan dengan spektra life form berdasarkan pada sekedar daftar spesies tegakan (stand) yang berbeda atau area geografi berbeda. Interpretasi spektra tipe life form dapat dibaca berdasarkan spekrtrum  normal yang dibuat Raunkier. Spektrum normal untuk flora dunia berdasarkan pada 1000 spesies yang dipilih secara acak dipakai sebagai pembanding. Porsentase spesies dalam berbagai klas life form untuk spektrum normal sbb:
Tabel 1. Porsentase spesies dalam berbagai klas life form untuk spektru berdasar Raunkier.
P
Ch
H
Cr
Th
Jumlah
46
9
26
6
13
100
Setelah pengamatan dan pengitungan lalu mentabulasikan tabel pengamatan, Mengkonversi data pengamatan ke dalam skala BB ( Braunt – Blanquet) , membuat histogram perbandingan skala BB ( Braunt – Blanquet ) hasil observasi dengan skala Raunkier lalu membandingkan dengan hasil pengamatan pada lokasi fakultas Teknik UNS.
Dari hasil praktikum didapatkan data skala raunkier dan BB setelah data dihitung dan ditabulasikan. Data disajikan dalam tabel berikut :
110˚51’25,2”BT
Kelompok 9
Lokasi: Depan MenWa
7˚33’45,6”LS
Penyusun TLF
Skala Raunkier (%)
Skala BB (%)
Phanerophyte
46
58,0867
Chamaeophyte
9
0,0143
Hemicriptophyte
26
81
Criptophyte
6
0,005
Terophyte
13
0,0143
110˚51’20,04”BT
Kelompok 4
Lokasi : F. Teknik
7˚33’42,48”LS
Penyusun TLF
Skala Raunkier (%)
Skala BB (%)
Phanerophyte
46
62,5
Chamaeophyte
9
2,5
Hemicriptophyte
26
15
Criptophyte
6
15
Terophyte
13
2,5

Stuktur tipe life form dari lokasi menwa dan fakultas teknik sama. Kedua lokasi itu terdapat Phanerophyte,  Chamaeophyte, Hemicriptophyte, Criptophyte, Terophyte. Life form yang paling dominan adalah Phanerophyte, kemudian disusul oleh Hemicriptophyte, Chamaeophyte, dan yang terendah adalah Terophyte. Bedasarkan skala BB area di menwa itu tergolong padat, karena berdasarkan dominansi Phanerophyte mencapai 58,0867 % dan hemicriptophyte mencapai 81%. Totalnya  139, 1203 % (lebih dari 100% ).  Begitu pula di fakultas teknik komposisi di katakan kerapatannya rendah karena total BB pada area ini Phanerophyte mencapai 62,5 %, Hemicriptophyte mencapai 15% dan Criptophyte 15% dan jumlahnya 97,5 % ( kurang dari 100%). Hal ini menunjukan kerapatannya rendah ( Rana, datt and rao, 2002).
Disana pada BB tipe hemicryptophyte persentasenya lebih tinggi dari phanerophyte. Hal ini tidak sesuai dengan skala raunkier dimana phanerophytenya seharusnya lebih tinggi. Perbedaam ini dikarenakan perbedaan lingkungan, dominansi dan faktor manusia yang berpengaruh terhadap kondisi tumbuhan dan kelimpahannya berbeda. (tareen and qadir , 1983)
 Menurut irwanto (2011)  wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, periode musim kemarau 4-6 bulan. Curah hujan yang dialami dalam satu tahun 1.250 mm-2.000 mm. Tegakan hutan hujan tropis didominasi oleh pepohonan yang selalu hijau. Keanekaragaman spesies tumbuhan dan binatang yang ada di hutan hujan tropis sangat tinggi. Jumlah spesies pohon yang ditemukan dalam hutan hujan tropis lebih banyak dibandingkan dengan yang ditemukan pada ekosistem yang lainnya. Sehingga penyusun dari dua lokasi ini tergolong lengkap
Berdasarkan Data di atas menunjukan peebedaan antara lokasi menwa dan dan fakultas teknik yaitu jumlah spesies dari life form phanerophyte, dimana jumlah phanerophyte di menwa itu lebih banyak. Hal ini disebabkan lokasi di depan menwa itu merupakan zona penghijauan, sehingga tanaman di sana dirawat dan ditanami berbagai tanaman baru. Sedangkan untuk fakultas teknik merupakan wilayah perkantoran dan perkuliahan. Sehingga tumbuhan yang menutupi wilayah itu lebih sedikit . berdasarkan analisis lokasi hal ini disebabkan oleh dominansi dari di daerah menwa lebih banyak sehingga menyebabkan zona yg dinaunginya kelembapannya cukup tinggi sehingga tumbuhan bisa berkembangbiak lebih banyak daripada di fakultas Teknik.
Selain itu dengan kerapatan p sehinggga angin bisa berhembus maksimal di setiap lapisan fisiog.. berdasarkam struktur tlf tsb cahaya matahari bisa mena

KESIMPULAN

Stuktur tipe life form dari lokasi menwa dan fakultas teknik sama. Kedua lokasi itu terdapat Phanerophyte,  Chamaeophyte, Hemicriptophyte, Criptophyte, Terophyte. Life form yang paling dominan berdasarkan skala raunkier adalah Phanerophyte, kemudian disusul oleh Hemicriptophyte, Chamaeophyte, dan yang terendah adalah Terophyte. Bedasarkan skala BB area di menwa itu tergolong padat, karena berdasarkan dominansi Phanerophyte mencapai 58,0867 % dan hemicriptophyte mencapai 81%. Totalnya  139, 1203 % (lebih dari 100% ).  Begitu pula di fakultas teknik komposisi di katakan kerapatannya rendah karena total BB pada area ini Phanerophyte mencapai 62,5 %, Hemicriptophyte mencapai 15% dan Criptophyte 15% dan jumlahnya 97,5 % ( kurang dari 100%).

DAFTAR PUSTAKA

Loveless, A.R. (1994). Prinsip-prinsip biologi tumbuhan untuk daerah tropis. Jilid 1 dan 2. Terj.Gramedia: Jakarta.
Rana, T.S., Datt,B., Rao,R.R. (2002).Life form and biologicalspectrum of the flora of Tons Valley, Garwal Himalaya (Uttaranchal), India. Taiwania. 47 (2):164-169.
Rudall, P.J. (2007). Anatomy of Flowering Plant. A Introduction to Structure and Development. New York: Cambridge University Press.
Tsuyuzaki. (2007). Life form (on vascular plants). Graduate School of Environmental Earth Science, Hokkaido University. (http://hosho.ees.hokudai.ac.jp/~tsuyu/lecture/glossary/on_life_form.html)

Tunstall, B. (2008). Structural Classification of Vegetation. ERRIC. 1-17.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Laporan Ekologi Tumbuhan Tipe Life Form Rating: 5 Reviewed By: Wawan Listyawan