Densitas adalah jumlah individu per unit area. Densitas yang didapat tidak perlu menghitung setiap individu yang terdapat dalam seluruh area yang luas untuk sampai pada nilai densitas, tetapi dengan mengadakan sampling secara acak dengan kuadrat yang mungkin hanya 1% dari area seluruhnya yang sudah dapat memberikan suatu perkiraan densitas yang mendekati kenyataan. Pengukuran densitas pada pohon yang terdapat dihutan pada umumnya dihitung dengan metode jarak, yang dibicarakan pada metode teknik sampling.
Densitas diperoleh dengan tidak perlu menghitung setiap individu yang terdapat dalam seluruh area luas untuk sampai pada nilai densitas. Tetapi cukup dengan mengadakan sampling secara acak dengan kuadrat yang mungkin hanya 1% dari area seluruhnya, dan ini sudah dapat memberi suatu perkiraan densitas yang mendekati kenyataan.
Judul
Uji Densitas Dua Lokasi
Tujuan
Mengetahui densitas spesies Digitaria sanguinalis di lokasi Mojosongo dan SMAN 8 Surakarta.
Mengetahui perbandingan densitas spesies Digitaria sanguinalis di lokasi Mojosongo dan SMAN 8 Surakarta
Dasar Teori
Densitas adalah jumlah individu per unit area. Densitas yang didapat tidak perlu menghitung setiap individu yang terdapat dalam seluruh area yang luas untuk sampai pada nilai densitas, tetapi dengan mengadakan sampling secara acak dengan kuadrat yang mungkin hanya 1% dari area seluruhnya yang sudah dapat memberikan suatu perkiraan densitas yang mendekati kenyataan. Pengukuran densitas pada pohon yang terdapat dihutan pada umumnya dihitung dengan metode jarak, yang dibicarakan pada metode teknik sampling.
Densitas diperoleh dengan tidak perlu menghitung setiap individu yang terdapat dalam seluruh area luas untuk sampai pada nilai densitas. Tetapi cukup dengan mengadakan sampling secara acak dengan kuadrat yang mungkin hanya 1% dari area seluruhnya, dan ini sudah dapat memberi suatu perkiraan densitas yang mendekati kenyataan.
Kuadrat adalah suatu area sembarang bentuk dan ukuran yang diberi batas dalam vegetasi, sehingga penutup (cover) dapat diperkirakan, jumlah tumbuhan dihitung, atau species didaftar. Kuadrat biasanya cukup kecil ukurannya, dan ini disesuaikan dengan life form tumbuhan yang hadir, sehingga satu orang yang berdiri pada satu titik di sepanjang sisinya, dapat dengan mudah mensurvai (menghitung) seluruh tumbuhan yang terdapat dalam kuadrat. Kuadrat untuk sample pohon dapat mempunyai panjang 10-50m pada satu sisi, sehingga untuk sensus tumbuhan yang ada dalam kuadrat tersebut, sering memerlukan lebih dari satu orang. Kuadrat dapat diletakkan secara acak dengan membuat dua sumbu X dan Y di sepanjang tepi area luas yang disampel. Kemudian membagi sumbu menjadi unit-unit dengan titik- titik dengan interval tertentu, dan mengambil sepasang nomor dari tabel acak, atau menarik nomor-nomor dari suatu wadah.
Penempatan kuadrat secara acak hanya menurut kesempatan semata-mata, sudah barang tentu kemungkinan semua kuadrat acak untuk menggerombol dalam satu bagian saja. Untuk menghindari kemungkinan tersebut, area pertama-tama harus dibagi ke dalam sub area yang kira-kira setara atau sama, dan baru kemudian tiap bagian disampel secara acak ( stratified random). (Harjosuwarno, 1990)
Densitas dapat ditinjau dengan tanpa melihat masing-masing jenis, data seperti ini bisa digunakan untuk menghitung jumlah rata-rata individu dari total cuplikan. Perincian densitas per jenis, menunjukkan populasi masing-masing jenis dan apabila dikaitkan dengan persebaran ukuran seluruh individu dari masing-masing jenis, diperoleh informasi tentang strategi regenerasi atau untuk upaya pengelolaan dan usaha konservasinya, namun data densitas tidak akan berguna tanpa identitas atau informasi dari data yang lain. Densitas suatu spesies merupakan suatu ukuran yang statis, data yang diperoleh tidak dapat mengungkap interaksi dinamik yang terjadi pada anggota spesies tersebut. (Sri widoretno)
Alat dan bahan
Alat navigasi
Kompas bidik1 buah
Peta wilayah1 buah
Protaktor1 buah
Patok72 buah
Rafiasecukupnya
Papan jalan1 buah
Alat tulissecukupnya
Labelsecukupnya
Kantong plasticsecukupnya
Cara kerja
Menentukan lokasi yang memiliki heterogenitas spesies
Mencari peta lokasi yaitu peta citra daerah Mojosongo dan SMAN 8 Surakarta melalui Google earth dengan luas daerah kurang lebih 3 hektare
Menentukan batas daerah berupa titik – titik yang dapat diamati dengan menggunakan GPS dan memasukannya ke dalam google earth.
Mentransformasi peta citra yang didapat dari google earth menjadi peta topografi menggunakan CorelDraw
Menentukan jumlah titik sampling dengan urutan sebagai berikut :
Lokasi Mojosongo
Luas daerah total=3,2 ha
Luas area cuplikan=1% x luas wilayah total
=1% ×3,2 ha
= 320 m2
Luas plot=1 m x 1 m = 1 m2
Jumlah plot=(Luas area cuplikan)/(Luas plot)
=(320 m^2)/(1 m^2 )
=320 plot
*nb : berdasarkan kesepakatan bersama, jumlah plot per kelompok direduksi sebanyak 17 plot per kelompok, sehingga jumlah plot dalam satu lokasi Mojosongo adalah sebanyak 119 plot.
Lokasi SMAN 8 Surakarta
Luas daerah total=2,5 ha
Luas area cuplikan=1% x luas wilayah total
=1% ×2,5 ha
= 250 m2
Luas plot=1 m x 1 m = 1 m2
Jumlah plot=(Luas area cuplikan)/(Luas plot)
=(250 m^2)/(1 m^2 )
=250 plot
*nb : berdasarkan kesepakatan bersama, jumlah plot per kelompok direduksi sebanyak 18 plot per kelompok, sehingga jumlah plot dalam satu lokasi Mojosongo adalah sebanyak 90 plot.
Menentukan titik – titik sampling dalam peta secara acak dengan menggunakan undian
Mencari koordinat masing – masing titik sampling
Membagi setiap daerah menjadi enam bagian
Mencari lokasi titik di lapangan dengan menggunakan protaktor dan kompas
Menentukan jarak dan resection antar titik
Menentukan titik start lokasi tersebut
Menentukan resection dan intersection dari titik lokasi
Memasang plot pada titik yang telah ditentukan
Mengidentifikasi spesies – spesies yang ditemukan dalam plot.
Membagi satu spesies untuk dianalisis terhadap densitas dua lokasi yang berbeda pada setiap individu.
Melakukan analisis terhadap densitas dua lokasi yang berbeda antara Pabelan dan Plesungan yaitu dengan tahapan:
Mencari rata-rata densitas dua lokasi dengan rumus :
(X1) ̅= (∑X_1)/n_1
(X2) ̅ = (∑X_2)/n_2
Mencari variansi dua lokasi dengan rumus :
Variansi 1 =∑_(i=1)^(n_1)▒(X_1-(X1) ̅ )^2/(n_1- 1)
Variansi 2 =∑_(i=2)^(n_2)▒(X_2-(X2) ̅ )^2/(n_2- 1)
Mencari standar deviasi dua lokasi dengan rumus :
Sd1 = √(Variansi 1)
Sd2 = √(Variansi 2)
Mencari S gabungan dengan rumus :
S gabungan = √(S^2 gabungan) dimana S^2 gabungan=((n_1-1) 〖Sd1〗^2+ (n_2-1) 〖Sd2〗^2)/((n_1+ n_2 )-2)
Mencari t hitung dengan rumus :
t = |((X1) ̅- (X2) ̅)/(Sgabungan √(1/n_1 +1/n_2 ))|
Jika t hitung (harga t) > t tabel, maka Ho ditolak yang artinya ada beda densitas antara Mojosongo dan SMA 8 kelompok X
Jika t hitung (harga t) < t tabel, maka Ho diterima yang artinya tidak ada beda densitas antara Mojosongo dan SMA 8 kelompok X
Analisa Kualitatif
Praktikum ini bertujuan untuk menguji adanya beda densitas spesies Digitaria sanguinalis di lokasi SMA 8 dan mojosongo. Lokasi mojosongo sendiri terdiri dari 17 plot, dan SMA 8 terdiri dari 72 plot.
Dari hasil perhitungan diperoleh db = 87, kemudian t tabel = 1,66256 dan t hitung = 1,631164.
Berdasarkan (t hitung) harga t = 1,631164, dikonfirmasikan dengan tabel t pada taraf signifikasi 5% dengan derajad bebas 87 adalah 1,66256 maka nilai t hitung = 1,631164 > t tabel = 1,66256. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, tidak ada beda densitas spesies Digitaria sanguinalis di lokasi SMA 8 dan mojosongo.
Adanya beda densitas pada lokasi tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan, yakni tanah, kelembaban, suhu, angin. Karena faktor lingkungan tersebut, maka tumbuhan akan meresponnya melalui toleransi dan adaptasi. Faktor-faktor lingkungan abiotik berpengaruh terhadap tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan berbagai cara, yang akan berpengaruh terhadap berbagai aspek fisiologi, jenis, kelimpahan, dan sebarannya.
Perbedaan perangkat kondisi lingkungan tersebut tidak hanya memodifikasi distribusi dan kelimpahan individu, tetapi juga merubah laju pertumbuhan, produksi biji, pola percabangan, area daun, area akar, dan ukuran individu. Distribusi, survival, pola pertumbuhan serta reproduksi mencerminkan adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan tertentu. Keadaan tersebut menjadi suatu bagian penting dalam ekologi tumbuhan (Syamsurizal, 1999: 16).
Satu atau beberapa faktor lingkungan dianggap penting (dapat berpengaruh atau dibutuhkan) jika berada pada taraf minimal, maksimal, atau optimal menurut batas toleransi atau adaptasinya sehingga faktor tersebut dapat berpengaruh. Tumbuhan dapat hidup dengan baik membutuhkan sejumlah nutrien yang terdiri dari unsur-unsur hara dan mineral tertentu. Jika salah satu dari unsur tersebut tidak ada, kurang atau terbatas jumlahnya maka hal tersebut akan mengganggu dan menghambat pertumbuhan dan kehidupannya. Sementara itu kadar air dan kadar salinitas yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah dapat menghambat pertumbuhan suatu tanaman (Rasidi, Suswanto. 2004)
Digitaria sanguinalis memiliki tnggi mencapai 1 – 1,2 m. Batangnya besar dan pipih semakin ke bawah rongganya semakin besar. Pelepah daunnya menyatu menjadi satu pada batang, helaian daun berbentuk garis lanset atau garis, bertepih kasar, warna agak keunguan, ukurannya 2-25 kali 0,3-1,3 cm. Bulirnya berjumlah 2-22 perkarang bunga, tumbuh pada ketinggian yang tidak sama. Anak bulir berselang seling kiri dan kanan dari porosnya, ukurannya 2-4 mm. Rambut tepi dari sekam pada buah saling menjauh. Jumlah benang sari 3, kepala sari berwarna kuning atau ungu. Tangkai putik berjumlah 2, kepala putik muncul diujung anak bulir warnanya ungu kemerahan, dan jarang berwarna putih. Digitaria sanguinalis merupakan tanaman yang memiliki daya adaptasi yang cukup baik terhadap lingkungan. Namun Spesies ini hanya dapat ditemukan di plot tertentu saja, Mojosongo hanya 4 plot, SMA 8 3 plot dan menempati ranking ke 62 saja. Meskipun demikian faktor lingkungan tetaplah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman ini. Jika faktor-faktor lingkungan terpenuhi dengan baik maka pertumbuhan spesies Digitaria sanguinalis akan lebih baik. Dari perhitungan terlihat bahwa Digitaria sanguinalis memiliki densitas yang lebih banyak satu plot di mojosongo jika dibandingkan dengan lokasi SMA 8.
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan diperoleh db = 87, kemudian t tabel = 1,66256 dan t hitung = 1,631164.
Berdasarkan (t hitung) harga t = 1,631164, dikonfirmasikan dengan tabel t pada taraf signifikasi 5% dengan derajad bebas 87 adalah 1,66256 maka nilai t hitung = 1,631164 > t tabel = 1,66256. Sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, tidak ada beda densitas spesies Digitaria sanguinalis di lokasi SMA 8 dan mojosongo.
Tidak ada beda densitas ini disebabkan karena kondisi lingkungan di 2 lokasi tersebut hampir sama, Spesies ini hanya dapat ditemukan di plot tertentu saja, Mojosongo hanya 4 plot, SMA 8 3 plot dan menempati ranking ke 62 saja walaupun Digitaria sanguinalis merupakan tanaman yang memiliki daya adaptasi yang cukup baik terhadap lingkungan.
Daftar Pustaka
Campbell, Neil A. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Ewusie, J. Yanney. 1990. Ekologi Tropika. Bandung: ITB.
Hardjosuwarno, S. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan. Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogjakarta.
Michael, P. 2000. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI Press.
Odum, Eugene P. 1973. Dasar-dasar Ekologi. Yokyakarta: UGM.
Ramli, Dzaki. 1989. Ekologi. Jakarta: Depdikbud.
Rasidi, Suswanto. 2004. Ekologi Tumbuhan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sriwidoretno. 2010. Populasi dan Demografi Tumbuhan. (http://sriwidoretno.staff.fkip.uns.ac.id/
Syamsurizal. 1999. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Padang: FMIPA UNP.
0 komentar:
Posting Komentar