Asosiasi merupakan hubungan antar makhluk hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Asosiasi dapat dikatakan sebagai komunitas yang merupakan suatu istilah yang dapat digunakan pada sembarang tipe vegetasi, sembarang ukuran dan sembarang umur, komunitas dapat merupakan satu unit ekologi yang sangat luas namun juga dapat merupakan satuan yang sangat sempit. Istilah komunitas juga dapat digunakan untuk satuan yang paling kecil sekalipun seperti halnya menempelnya lumut yang beraneka ragam di pohon tertentu. Ukuran, umur dan stratum tumbuhan bukan merupakan batasan suatu komunitas tumbuhan demikian juga dengan perubahan komponen vegetasi yang terdapat didalamnya. Komunitas tetap berlaku untuk vegetasi yang mudah berubah ataupun yang lambat dalam perubahan penyusun vegetasinya.
Asosiasi lebih merupakan kumpulan dari contoh dalam sebuah vegetasi. Suatu komunitas besar dapat terdiri dari banyak asosiasi atau komunitas kecil yang didalamnya terdapat banyak spesies tumbuhan penyusun vegetasi tersebut. Asosiasi yang dapat merupakan bentuk komunitas dalam suatu formasi umumnya terdiri dari banyak asosiasi penyusun dimana salah satu dan lainnya dapat sangat berbeda dalam fisiognominya. Asosiasiasi dapat dikatakan juga sebagai komunitas, namun tidak semua komunitas menunjukan suatu asosiasi.
JUDUL: ASOSIASI
TUJUAN
Mengetahui asosiasi antara spesies Andropogon gayanus dan spesies Borreria oscimoidescy pada lokasi Mojosongo dengan menggunakan metode X2
Mengetahui jenis asosiasi antara spesies Andropogon gayanus dan spesies Borreria oscimoidescy pada lokasi Mojosongo dengan menggunakan metode X2
Menghitung derajat asosiasi IO, ID dan Ji pada spesies Andropogon gayanus dan spesies Borreria oscimoidescy
DASAR TEORI
Asosiasi merupakan hubungan antar makhluk hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Asosiasi dapat dikatakan sebagai komunitas yang merupakan suatu istilah yang dapat digunakan pada sembarang tipe vegetasi, sembarang ukuran dan sembarang umur, komunitas dapat merupakan satu unit ekologi yang sangat luas namun juga dapat merupakan satuan yang sangat sempit. Istilah komunitas juga dapat digunakan untuk satuan yang paling kecil sekalipun seperti halnya menempelnya lumut yang beraneka ragam di pohon tertentu. Ukuran, umur dan stratum tumbuhan bukan merupakan batasan suatu komunitas tumbuhan demikian juga dengan perubahan komponen vegetasi yang terdapat didalamnya. Komunitas tetap berlaku untuk vegetasi yang mudah berubah ataupun yang lambat dalam perubahan penyusun vegetasinya.
Asosiasi lebih merupakan kumpulan dari contoh dalam sebuah vegetasi. Suatu komunitas besar dapat terdiri dari banyak asosiasi atau komunitas kecil yang didalamnya terdapat banyak spesies tumbuhan penyusun vegetasi tersebut. Asosiasi yang dapat merupakan bentuk komunitas dalam suatu formasi umumnya terdiri dari banyak asosiasi penyusun dimana salah satu dan lainnya dapat sangat berbeda dalam fisiognominya. Asosiasiasi dapat dikatakan juga sebagai komunitas, namun tidak semua komunitas menunjukan suatu asosiasi. Komunitas dapat dilabel sebagai asosiasi jika mempunyai ciri sebagai berikut:
Mempunyai komposisi floristik yang seragam
Fisiognomi yang seragam
Terdapat pada habitat yang relatif konsisten
(http://sriwidoretno.staff.fkip.uns.ac.id/ekologi-tumbuhan/)
Kendeigh (1980), menuliskan bahwa ekologi tumbuhan berhubungan dengan kajian komunitas tumbuhan atau asosiasi tumbuhan. Satuan dasar di dalam sosiologi tumbuhan adalah asosiasi, yaitu komunitas tumbuhan dengan komposisi floristik tertentu. Bagi ahli sosiologi tumbuhan, suatu asosiasi adalah seperti suatu spesies. Suatu asosiasi terdiri dari sejumlah tegakan, yang merupakan suatu satuan konkrit vegetasi yang diamati di lapangan.
Kompetisi
Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan kebutuhan akan sumberdaya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu penyaing (Begon et al .1990), sedangkan Molles (2002) kompettisi didefinisikan sebagai interaksi antar individu yang berakibat pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau interspesifik (Krebs, 2002; Molles, 2002)
Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu spesies tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Kastono,2005).
Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila (1) suplai sumber yang diperlukan terbatas, dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau (2) kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak.organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradien kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan, oksigen, dan cahaya (Noughton, 1990).
Kompetisi dalam arti yang luas ditujukan pada interaksi antara dua organisme yang memperebutkan sesuatu yang sama. Kompetisi antar spesies merupakan suatu interaksi antar dua atau lebih populasi spesies yang mempengaruhi pertumbuhannya dan hidupnya secar merugikan.Bentuk dari kompetisi dapat bermacam-macam. Kecenderungan dalam kompetisi menimbulkan adanya pemisahan secara ekologi , spesies yang berdekatan atau yang serupa dan hal tersebut di kenal sebagai azaz pengecualian kompetitif ( competitive exclusion principles ) (Ewusie,1990).
Secara garis besar interaksi intraspesies dan interspesies dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar hubungan, yaitu:
Netralisme yaitu hubungan antara makhluk hidup yang tidak salingmenguntungkan dan tidak saling merugikan satu sama lain.
Mutualisme yaitu hubungan antara dua jenis makhluk hidup yang saling menguntungkan, bila keduanya berada pada satu tempat akanhidup layak tapi bila keduanya berpisah masing-masing jenis tidakdapat hidup layak.
Parasitisme yaitu hubungan yang hanya menguntungkan satu jenis makhluk hidup saja, sedangkan jenis lainnya dirugikan.
Predatorisme yaitu hubungan pemangsaan antara satu jenismakhluk hidup terhadap makhluk hidup yang lain.
Kooperasi adalah hubungan antara dua makluk hidup yang bersifat saling membantu antara keduanya
Komensalisme adalah hubungan antara dua makhluk hidup, makhluk hidup yang satu mendapat keuntungan sedang yang lainnya tidak dirugikan. Seringkali juga ditemukan adanya interaksi yang saling menguntungkan antar individu melalui hidup yang berdampingan. Terutama bila dilihat dalam skala makro seperti suksesi.
Dengan demikian, antaratumbuhan yang satu dengan tumbuhan yang lainnya biasanya terdapat suatu keterikatan. Ini merupakan kecenderungan yang terjadi di alam. Untuk mengetahui tingkat kedekatan antar organisme tumbuhan tersebut diperlukan suatu pengukuran. Dengan suatu pengukuran dapat ditentukan atas hubungan interspesifik antara suatu spesies dengan spesies lainnya,sehingga dapat diketahui perubahan dalam tingkat asosiasi yang digunakan untuk mencirikan suatu perubahan antara spesies yang dimaksud. Pengukuran yang digunakan adalah dengan koefisien asosiasi atau derajat asosiasi.
Tidak adanya asosiasi mungkin disebabkan kedua spesies tersebut memiliki perbedaan daur hidup dan peranan ekologis yang berbeda, sebab organisme yang terdapat hubungan kompetisi memiliki peranan ekologis yang tumpang tindih. Sebab lain tidak adanya asosiasi, mungkin juga disebabkan karena faktor lingkungan seperti pH tanah, kandungan hara pada tanah dan suhu maksimum-minimum pada lingkungan tersebut yang akan menyeleleksi spesies-spesies apa saja yang dapat tumbuh dengan subur ditempat tersebut. Tidak adanya asosiasi juga bisa disebabkan lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan dan reproduksi kedua spesies sehingga kedua spesies dapat tumbuh dan berkembang bersama-sama tanpa adanya kompetisi sehingga apabila satu spesies tidak ada, tidak mempengaruhi spesies yang lainnya.
Faktor Penyebab Terjadinya Interaksi
Secara umum interaksi yang bersifat negatif dapat terjadi karena (1) keterbatasan daya dukung lahan yang menentukan jumlah populasi maksimum dapat tumbuh pada suatu lahan; dan (2) keterbatasan faktor pertumbuhan pada suatu lahan.
Populasi Maksimum
Konsep daya dukung alam merupakan konsep yang juga penting untuk diketahui oleh ahli ekologi. Konsep ini menggambarkan tentang jumlah maksimum dari suatu spesies di suatu area, baik sebagai sistem monokultur, atau campuran. Suatu spesies mungkin saja dapat tumbuh dalam jumlah yang melimpah pada suatu lahan. Apabila dua spesies tumbuh bersama pada lahan tersebut, maka salah satu spesies lebih kompetitif daripada yang lain. Hal ini kemungkinan mengakibatkan spesies kedua akan mengalami kepunahan (Gambar 8). Di dalam usaha pertanian, tanaman pokok yang terutama diharapkan tumbuh lebih baik.
Keterbatasan faktor pertumbuhan
Salah satu syarat terjadinya kompetisi adalah keterbatasan faktor pertumbuhan (air, hara dan cahaya). Pertumbuhan tanaman mengalami kemunduran jika terjadi penurunan ketersediaan satu atau lebih faktor. Kekurangan hara di suatu lahan mungkin saja terjadi karena kesuburan alami yang memang rendah, atau karena besarnya proses kehilangan hara pada lahan tersebut, misalnya karena penguapan dan pencucian. engetahuan tentang faktor pertumbuhan: jumlah yang dibutuhkan tanaman dan ketersediaannya di suatu lahan, sangat diperlukan untuk memperoleh pertumbuhan tanaman yang optimal pada sistem agroforestri.
CARA KERJA
Menentukan lokasi yang memiliki heterogenitas spesies.
Mencari peta lokasi yaitu peta citra daerah Mojosongo melalui Google Earth dengan luas daerah kurang lebih 3 hektar.
Menentukan batas daerah berupa titik-titik yang dapat diamati dengan menggunakan GPS dan memasukkannya ke dalam Google Earth
Mentransformasi peta citra yang didapat dari Google Earth menjadi peta topografi menggunakan Corel draw.
Menentukan jumlah titik sampling dengan urutan sebagai berikut :
Luas daerah total= 3,2 ha
Luas area cuplikan= 1% x luas wilayah total
= 1% ×3,2 ha
= 320 m2
Luas plot= 1 m x 1 m = 1 m2
Jumlah plot= (Luas area cuplikan)/(Luas plot)
= (320 m^2)/(1 m^2 )
= 320 plot
*nb : berdasarkan kesepakatan bersama, jumlah plot per kelompok direduksi sebanyak 17 plot per kelompok, sehingga jumlah plot dalam satu lokasi Mojosongo adalah sebanyak 119 plot.
Menentukan titik – titik sampling dalam peta.
Mencari lokasi titik di lapangan dengan menggunakan protaktor dan kompas
Menentukan jarak dan resection antar titik
Menentukan titik start lokasi tersebut
Menentukan resection dan intersection dari titik lokasi
Memasang plot dengan ukuran 1m x 1m pada titik yang telah ditentukan
Mengidentifikasi spesies – spesies yang ditemukan dalam plot.
Membagi setiap spesies asosiasi yang berbeda untuk setiap individu
Menghitung jumlah spesies Andropogon gayanus dan spesies Borreria oscimoidescy B pada setiap plot dengan kemungkinan sbb:
Spesies A ada dan spesies B ada
Spesies A ada dan spesies B tidak ada
Spesies A tidak ada dan spesies B ada
Spesies A dan spesies B tidak ada
Mencatat dalam data pengamatan dan menghitung asosiasi antara spesies Andropogon gayanus dan spesies Borreria oscimoidescy dengan menggunakan metode X2, sbb:
Simbol∑kuadrat yang teramati∑kuadrat HarapanX2
a : Spesies Andropogon gayanus ada dan spesies Borreria oscimoidescy ada
b : Spesies Andropogon gayanus ada dan spesies Borreria oscimoidescy tidak ada
c : Spesies Andropogon gayanus tidak ada dan spesies Borreria oscimoidescy ada
d : Spesies Andropogon gayanus dan spesies Borreria oscimoidescy tidak ada
Menganalisis hasil perhitungan X2 hitung terhadap X2 tabel. Jika X2 hitung lebih besar dari X2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat interaksi antara spesies A dan spesies B.
Mengetahui jenis interaksi positif atau negative yang terjadi pada spesies asosiasi menggunakan grafik on-off. Grafik on menunjukkan interaksi positif dan Grafik off menunjukkan interaksi negative.
Menghitung derajat asosiasi menggunakan rumus, sbb :
IO = a/(√(a+b) x √(a+c))
ID = 2a/(2a+b+c)
JI = a/(a+b+c)
DATA PENGAMATAN
PEMBAHASAN
Analisa Kuantitatif
Hipotesis:
Ho = tidak terdapat interaksi antara spesies Andropogon gayanus dan Borreria oscimoidescy
Ha = terdapat interaksi antara spesies Andropogon gayanus dan Borreria oscimoidescy
Tabulasi Data
Simbol∑kuadrat yang teramati∑kuadrat HarapanX2
a20,226890813,85652039
b78,77310920,358358286
c12,77310921,133715304
d109107,226890,029320223
Jumlah11915,3779142
Perhitungan ∑kuadrat Harapan
n = (a+c) = = 0,2268908
m = (a + b) – n = - 0,2268908 = 8,7731092
z = (a + c) – n = - 0,2268908 = 2,7731092
y = ∑ plot – ( n+ m + z ) = 119 – (0,2268908+8,7731092+2,7731092) = 107,22689
Perhitungan X2
X2a = = = 13,85652039
X2b = = = 0,358358286
X2c = = = 1,133715304
X2d = = = 0,029320223
Db= dk – 1 = (4 – 1) – 1 = 2
Taraf signifikansi 5% (0,05)
Maka:
∑X2 tabel = 5,99
∑X2hitung = 15,3779
Kesimpulan:
Karena nilai X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Sehingga, terdapat interaksi antara spesies Andropogon gayanus dan spesies Borreria oscimoidescy.
Presentasi Identifikasi
I = = 1,68%
II = = 5,88%
III = = 0,84%
IV = = 91,60%
Grafik On-Off
Analisa Kualitatif
Tujuan dari praktikum asosiasi ini adalah untuk menghitung asosiasi dan mengetahui jenis asosiasi antara spesies Andropogon gayanus dan Borreria oscimoidescy pada lokasi Mojosongo dengan menggunakan metode X2. Suatu asosiasi adalah unit vegetasi yang hanya menempati suatu bagian di permukaan bumi yang relatif sempit, yaitu suatu tempat atau daerah dengan kondisi tertentu. Menurut Kongres Botani Internasional tahun 1910, suatu asosiasi harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : a) Mempunyai komposisi florostik relatif tetap, b) Memperlihatkan fisionomi relatif seragam, c) Terdapat pada tipe habitat yang relatif konsisten (Barbour et al, 1987).
Dalam analisis asosiasi dengan tabel contingency, akan dihitung chi-kuadrat. Setelah mengetahui jumlah X2 (chi-kuadrat hitung), kemudian bandingkan dengan chi-kuadrat tabel (dengan degree of freedom 5%). Jika chi-kuadrat hitung lebih besar daripada chi-kuadrat tabel, maka ini berarti hipotesis 0 ditolak. Dan begitupun sebaliknya. Maka dapat disimpulkan pada penelitian kali ini adalah antara spesies Andropogon gayanus dan Borreria oscimoidescy terdapat interaksi positif. Karena X2 hitung > X2 tabel, yaitu 6,447118 > 5,99, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga, terdapat interaksi antara Andropogon gayanus dan Borreria oscimoidescy di lokasi Mojosongo karena X2 hitung lebih besar dibanding dengan X2 tabel. Yang artinya ketidakhadiran spesies Andropogon gayanus dapat memprediksi ketidakhadiran pula pada spesies Borreria oscimoidescy, atau dengan kata lain ketika salah satu spesies tersebut (misal Andropogon gayanus) tidak ada, maka spesies yang lainnya (Borreria oscimoidescy) juga tidak ada karena kehadiran spesies tersebut menunjang pertumbuhan spesies lainnya.
Andropogon gayanus merupakan rumput yang tumbuh tegak dan tinggi, berumur panjang, sangat disukai ternak ketika masih muda. Daunnya lembut, berbulu halus, dengan tangkai biji yang sangat panjang (dapat mencapai 4m). Bijinya ringan dan berbulu. Tumbuh baik pada tanah asam dan tidak subur di daerah bercuaca panas. Dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, dan terutama sangat bermanfat untuk daerah dengan musim kemarau panjang. Rumput ini tetap hijau selama musim kemarau, ketika sebagian besar rerumputan lainnya telah mengering.
Borreria oscimoidescy Dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, dan terutama sangat bermanfat untuk daerah dengan musim kemarau panjang. Rumput ini tetap hijau selama musim kemarau, ketika sebagian besar rerumputan lainnya telah mengering.
. Pada dasarnya hubungan positif ini dapat dipengaruhi karena lingkungan hidup kedua species tersebut yang sama, yaitu Dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, dan terutama sangat bermanfat untuk daerah dengan musim kemarau panjang. Rumput ini tetap hijau selama musim kemarau, ketika sebagian besar rerumputan lainnya telah mengering. selain itu karena didukung juga dengan musim hujan jadi persebaran kedua species tersebut dapat menunjukkan hubungan yang positif.
KESIMPULAN
Antara spesies Andropogon gayanus dan Borreria oscimoidescy terdapat interaksi positif. Karena X2 hitung > X2 tabel, yaitu 6,447118 > 5,99, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga, terdapat interaksi antara Andropogon gayanus dan Borreria oscimoidescy di lokasi Mojosongo karena X2 hitung lebih besar dibanding dengan X2 tabel. Yang artinya ketidakhadiran spesies Andropogon gayanus dapat memprediksi ketidakhadiran pula pada spesies Borreria oscimoidescy, atau dengan kata lain ketika salah satu spesies tersebut (misal Andropogon gayanus) tidak ada, maka spesies yang lainnya (Borreria oscimoidescy) juga tidak ada karena kehadiran spesies tersebut menunjang pertumbuhan spesies lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Barbour, G.M., J.K. Busk and W.D. Pitts. 1987. Terrestrial Plant Ecology. New York: The Benyamin/Cummings Publishing Company, Inc.
Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika . ITB : Bandung.
Kastono. 2005. Ilmu Gulma, Jurusan Budidaya Pertanian. UGM: Yogyakarta.
Kendeigh, S.C.1980. Ecology with Special Reference to Animal and Man. Departement of Zoological Univercity of Illinoist at Urbana-Champaign. New Delhi: Pretince-Hall of India Private Limited.
Naughton. 1998. Ekologi Umum, edisi kedua. UGM Press : Yogyakarta.
(http://sriwidoretno.staff.fkip.uns.ac.id/ekologi-tumbuhan/)
0 komentar:
Posting Komentar