tut wuri handayani |
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA di Sekolah Menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta menjadi prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (BSNP, 2006).
Pembelajaran Biologi sebagai salah satu bagian dari pendidikan IPA memiliki empat tujuan yaitu mengajarkan fakta-fakta Biologi, mengembangkan kemampuan, mengajarkan keterampilan dan mendorong sikap yang (Rustaman, 2003). Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut dalam suatu pembelajaran diperlukan aplikasi pendekatan dan metode yang sudah tersusun dalam silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Salah satu pendekatan yang banyak dianjurkan dalam pembelajaran Biologi adalah pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri di sekolah akan memberikan berbagai pengalaman belajar seperti mengamati, mengajukan pertanyaan, hipotesis, menggunakan alat dan bahan dengan baik dan benar dengan mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, menggali dan menghimpun data, menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tulisan, menggali dan memilah informasi yang relevan untuk menguji gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari (BSNP, 2006).
Dalam proses belajar inkuiri terbimbing, siswa belajar untuk melakukan investigasi dan mengumpulkan bukti dari beberapa sumber, mengembangkan penjelasan dari data mengkomunikasikan dan mempertahankan kesimpulan mereka. Dalam pembelajaran ini sesuai bengan hakekat pembelajaran SAINS yaitu produk, proses dan sikap. Siswa diharapkan memiliki orientasi pada proses karena dengan memahami proses maka siswa otomatis akan memperoleh produk dan sikap ilmiah.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana cara membelajarkan siswa dengan menggunakan model Inkuiri?
- Apa saja syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa dan bagaimana peran guru didalamnya?
- Bagaimana fase-fase/ sintaks dari pembelajaran inkuiri?
- Apakah keunggulan dan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri?
- Untuk mengetahui cara membelajarkan siswa dengan menggunakan model Inkuiri.
- Untuk mengetahui syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa dan peran guru didalamnya.
- Untuk mengetahui fase-fase/ syntax dari pembelajaran inkuiri.
- Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri.
D. Manfaat
Agar dapat menberikan manfaat bagi pendidik pada khususnya dan para pembaca pada umumnya supaya dapat memahami fase-fase model pembelajaran inkuiri secara jelas sehingga dapat mengetahui cara menerapkan model pembelajaran inkuiri di dalam kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Indrawati (1999:9) menyatakan, bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berfikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi. Menurut Downey (1967) dalam Joyce (1992:107) menyatakan bahwa inti dari berpikir yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi proses berpikir. Dengan demikian, hal ini dapat di implementasikan bahwa kepada siswa hendaknya diajarkan bagaimana belajar meliputi apa yang diajarkan, bagaimana hal itu diajarkan, jenis kondisi belajar, dan memperoleh pandangan baru. Salah satu yang termasuk dalam model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran inkuiri.
Seperti yang dikutip oleh Suryosubroto (1993:193), menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inkuiri, atau inkuiri merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pernyataan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo (2002),Menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal sleuruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, dan (3) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
2. Syarat Timbulnya Kegiatan Inkuiri bagi Siswa dan Peran Guru
Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa adalah :
- Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi
- Inkuiri berfokus pada hipotesis dan
- Penggunaan fakta sebagai evidensi
Susunan kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses pembelajaaran dapat dicapai dengan baik. Kerja sama guru dengan siswa, siswa dengan siswa diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman.
Untuk menciptakan kondisi seperti itu peran guru adalah sebagai berikut :
- Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir
- Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan
- Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat
- Administrator, bertanggung jawab dalam seluruh kegiatan kelas
- Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan
- Manager, mengelola sumber belajar, waktu dan organisasi kelas
- Rewarder, pemberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa
Pembelajaran inkuiri menurut Suchman, peran guru memonitor pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkiri, tidak sama dengan permainan tebakan . Hal ini memerlukan dua aturan penting yaitu ;
- Pertanyaan harus dapat dijwab ya atau tidakdan harus diucapkan dengan suatu cara agar siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan.
- Pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan guru memberikn jawaaban pertanyaan tersebut tetapi mengarahkan siswa untuk menemukan jawaban sendiri.
Munandar (1990:47), mengemukakan beberapa perumusan kretifitas adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia , menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dimana penekannanya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan beragam jawaban”. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah, makin kreatif seseorang. Tentu saja jawaban itu harus sesuai dengan masalahnya. Jadi tidak semata-mata banyaknya jawaban yang dapat diberikan yang menentukan kreatifitas seseorang, tetapi juga kualitas atau mutu dari jawabannya. Kreativitas pada anak perlu dikembangkan karena dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah, memberikan suatu kepuasan kepada individu dan memungkinkan meningkatkan kualitas hidupnya.
Ciri perkembangan afektif, yaitu menyangkut sikap dan perasaan, motivasi atau dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, misalnya rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk yang dirasakan siswa sebagai tantangan, berani mengambil resiko untuk membuat kesalahan atau dikritik siswa lain, tidak mudah putus asa, menghargai diri sendiri maupun oranglain (Munanadar, 1990:51).
3. Fase-Fase Pembelajaran Inkuiri
Gulo (2002) menyatakan bahwa inquiry tidak hanya mengembangkan kemampuan dan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada termasuk pengembangan emosional dan ketrampilan inquiry merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskn masalah, merumuskan hipotesis , mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan
Di dalam sistem belajar-mengajar ini, guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuknya yang final, tetapi peserta didik yang diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya sebagai berikut:
- Stimulation, Guru mulai dengan bertanya mengajukan persoalan atau menyuruh peserta didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.
- Problem statement, peserta didik diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan, sebanyak mungkin memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih ini selanjutnya harus dirumuskan dalam pertanyaan atau hipotesis (pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan tersebut)
- Data collection, untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis itu.peserta dididk diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, dengan jelas membaca literatur, mengamati objeknya, mewawancarai orang sumber, mencoba (uji coba) sendiri dan sebagainya.
- Data processing, semua informasi (hasil bacaan wawancara, observasi, dan sebagainya) itu diolah diacak diklasifikasikan, ditabulasikan, bahkan kalau perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan dengan tingkat kepercayaan tertentu.
- Verification, berdasarkan hasil olahan dan taffsiran atau informasi yang ada tersebut( avaiblle information), pertanyaan atau hipotesis yang dirumuskan terlebih dahulu kemudian dicek, atauka apakah terjawab atau, dengan kata lain terbukti atau tidak.
- Generalization, tahap selanjutkan. Berdasarkan hasil verifikasi tadi siswa belajar menarik generalisasi/ kesimpulan tertentu.
Sistem belajar-mengajar ini dikembangkan oleh Bruner. Landasan pemikiran yang mendasari pendekatan belajar-mengajar ini adalah bahwa hasil belajar dengan cara ini lebih mudah dihaffal dan diingat, mudah ditransfer (untuk menghadapi pemecahan masalah). Pengetahuan dan kecakapan (intellectual potency) peserta didik yang bersangkutan lebih jauh lagi dapat menumbuhkan motif intrinsik (karena peserta didik puas akan penggunaannya sendiri.
Tahapan Pembelajaran Inkuiri
Fase
Perilaku guru
- Menyajikan pertanyaan atau masalah
Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan maslah. Guru membagi siwa dalam kelompok
- Membuat hipotesis
Guru memberikan kesempatan bagi tiap siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membibing siswa dalam membuat hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.
- Merancang percobaan
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.
- Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan.
- Mengumpulkan dan menganalisis data
Guru memberikan kesempatan pada tiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.
- Membuat kesimpulan (generalisasi)
Guru membimbing siswa dalam mambuat kesimpulan.
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inquiry dengan metode Suchman menggunakan pertanyaan-pertanyaan yandiajukan kepada siswa sebagai alternative untuk prosedur pengumpulan data. Inkuiri Suchnan seperti yang dikutip oleh Kardi (2003:10) mempunyai 2 kelebihan yaitu :
- Penelitian dapat diselesaikan dalam waktu satu periode pertemuan. Waktu yang singkat ini memungkinkan siswa dapat mengalami siklus inkiri dengan cepat, dan dengan pelatihan merekaakan terampil melakukan inkuiri
- Lebih efektif dalam senua bidang di dalam kurikulum.
Pendekatan pembelajaran ini sangat cocok untuk materi pelajaran yang bersifat kognitif. Kelemahannya ialah antara lain; memakan waktu banyak (time consuming), dan kalau kurang terpimpin dan terarah, dapat menjurus pada kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajarinya. (Rusyan ,1999 : 177-178)
Rusyan, A.Tabrani, dkk.1998. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Remaja Karya Offset
Trianto.2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:Kencana Perenada Media Group
Johnson, Elaine B.2007. Contextual Teaching And Learning.Bandung: Mizan Media Utama
maaf pembahasan yang anda buat ini inquiry based learning apa discovery based learning, terimakasih
BalasHapus