Pengertian
IBT
Inquiry
adalah kata yang memiliki banyak makna bagi banyak orang dalam berbagai konteks
yang berbeda. Dalam bidang sains, inquiry berarti seni atau ilmu bertanya
tentang alam dan menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Inquiry dilakukan
melalui langkah-langkah seperti observasi dan pengukuran, hipotesis,
interpretasi, dan penyusunan teori. Inquiry memerlukan eksperimentasi,
refleksi, dan pengenalan terhadap kekuatan dan kelemahan metode yang digunakan
(Hebrank, 2000). Pendapat senada dikemukakan oleh Budnitz (2003), yang
mengatakan bahwa inquiry berarti mengajukan pertanyaan yang dapat dijawab
melalui justifikasi dan verifikasi.
Dalam bidang pembelajaraan, dikenal pendekatan
pemelajaran yang disebut Inquiry-Based Learning (IBL) dan pendekatan pengajaran
yang disebut Inquiry-Based Teaching (IBT). IBL adalah cara memperoleh
pengetahuan melalui proses inquiry (Hebrank, 2000). Sementara itu, IBT adalah
sebuah pendekatan pengajaran yang memandatkan guru untuk menciptakan situasi
yang memposisikan pemelajar sebagai ilmuwan. Pemelajar mengambil inisiatif
untuk mempertanyakan suatu fenomena, mengajukan hipotesis, melakukan observasi
di lapangan, menganalisis data, dan menarik simpulan, serta menjelaskan
temuannya itu kepada orang lain. Jawaban yang diharapkan atas pertanyaan
tersebut tidak bersifat tunggal tetapi jamak. Yang penting adalah bahwa dalam
mencari jawaban, pemelajar bekerja dengan menggunakan standar tertentu yang
jelas sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, dimungkinkan
pemelajar mengintegrasikan dan mensinergikan berbagai disiplin ilmu dan/atau
metode yang berbeda (Budnitz, 2003).
b. Manfaat IBT
IBT bermanfaat bagi pemelajar karena beberapa
alasan sebagai berikut: (1) materi pelajaran yang dipelajari terkait dengan
pengalaman sehari-hari pemelajar, yang kadangkala menimbulkan keingintahuan
mereka; (2) IBT dapat membuat pemelajar aktif karena IBT meminimalisir metode
ceramah; (3) IBT dapat mengakomodasi perbedaan perkembangan pemelajar; (4)
metode penilaian pada IBT memungkinkan pemelajar memperlihatkan kompetensi
dengan berbagai cara; (5) IBT dapat mensinergikan berbagai mata pelajaran dan
metode mengajar/belajar yang berbeda; (6) IBT dapat mengembangkan kompetensi
komunikasi pemelajar karena mereka harus menyampaikan temuannya dengan cara
yang mudah dipahami; (7) IBT dapat mengembangkan berpikir kritis pemelajar; dan
(8) akhirnya, IBT dapat membuat pemelajar lebih mandiri (Hebrank, 2000).
Bagi guru, IBT dapat menciptakan kesempatan untuk
mempelajari bagaimana pikiran pemelajar bekerja. Pemahaman tersebut dapat
digunakan untuk menciptakan situasi belajar dan memfasilitasi mereka dalam
memperoleh pengetahuan. Ketika menerapkan IBT guru dapat mengetahui : (1) kapan
memberikan dorongan, (2) petunjuk apa yang dapat diberikan kepada setiap
pemelajar, (3) apa yang tidak perlu diberikan kepada pemelajar, (4) bagaimana
membaca perilaku pemelajar ketika mereka sedang bekerja, (5) bagaimana membantu
pemelajar berkolaborasi dalam memecahkan masalah secara bersama-sama, (6) kapa
pengamatan, hipotesis, atau eksperimen bermakna bagi pemelajar, (7) bagaimana
mentolelir ambiguitas, (8) bagaimana memanfaatkan kesalahan (mistakes) secara
konstruktif, dan (9) bagaimana membimbing pemelajar secara tepat (Budnitz,
2003).
Pembelajaran dengan pendekatan IBT juga dapat
memberikan intake lebih baik. Magnesen (dalam Deporter, Reardon, dan
Singer-Nourie, 2000) memberikan klasifikasi prosentase retensi pengetahuan
berdasarkan metode belajar yang digunakan: 10% dari dari yang dibaca, 20% dari yang
didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari
yang dikataakan, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan. Menurut hemat saya,
IBT sangat erat kaitannya dengan yang terakhir karena pemelajar harus melakukan
inquiry dan menyampaikannya kepada orang lain, baik guru maupun koleganya.
c. Tahap-Tahap dalam IBT
Barman dan Kotar (1989) memberikan tahap-tahap
inquiry dalam IBT sebagai berikut: eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi
konsep. Pada tahap eksplorasi, pemelajar bebas menemukan dan memanipulasi
materi pelajaran. Pengajaran tentang konsep belum diberikan; oleh karena itu,
pemelajar bebas bereksplorasi dan mengajukan pertanyaan dan/atau gagasan.
Pemelajar, baik secara individu maupun dalam kelompok, melakukan observasi dan
mencatat data. Guru berperan sebagai fasilitator – mengamati, mengajukan
pertanyaan, dan memberikan saran. Tahap ini disebut tahap penemuan terbimbing
(oleh guru).
Pada tahap pengenalan konsep, pemelajar, di bawah
bimbingan guru, mengorganisasikan data yang telah dikumpulkan dan mencari pola
yang muncul. Selanjutnya, mereka saling menyampaikan dan membandingkan
temuannya dengan teman atau kelompok lain. Pada tahap ini guru dapat memberikan
tambahan informasi yang berupa referensi atau sumber-sumber lain yang relevan.
Selanjutnya pemelajar dapat melanjutkan pencariannya atau melakukan penguatan
atas temuannya itu dengan cara membaca referensi tersebut dan
mengkomunikasikannya kepada guru atau teman lain.
Pada tahap aplikasi konsep, pemelajar diberi permasalahan
yang harus mereka pecahkan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui
penemuan di lapangan dan membaca referensi. Pada tahap ini biasanya guru
memberi aktifitas tambahan yang dapat memberi penguatan hasil belajar
sebelumnya.
d. Tipe-Tipe IBT
Ada tiga tipe kegiatan pembelajaran yang dapat
dijalankan dengan IBT: kegiatan rasional, kegiatan eksperimental, dan kegiatan
penemuan (discovery). Pada kegiatan rasional, generalisasi dibuat melalui
pemberian pertanyaan dan penguatan oleh guru. Langkahnya adalah: (1) Guru
mengajukan pertanyaan atau memberikan permasalahan; (2) Guru memberikan
referensi; dan (3) Pemelajar, melalui pertanyaan, diarahkan ke jawaban yang
benar.
Pada kegiatan eksperimental, pemelajar menguji
validitas suatu hipotesis. Langkahnya adalah: (1) Guru mengajukan persoalan;
(2) Pemelajar mengajukan sejumlah variabel dan cara-cara untuk menguji efek
setiap variabel; (3) Pemelajar dan guru merencanakan eksperimen; dan (4)
Pemelajar melakukan eksperimen: mengumpulkan data, menganalisis data, dan
menarik simpulan.
Pada kegiatan penemuan (discovery), pemelajar
mengeksplorasi konsep secara langsung. Kegiatan ini meliputi tiga tahap: tahap
belajar, inquiry terbimbing, dan inquiry mandiri. Pada tahap belajar,
generalisasi dibuat melalui eksplorasi. Langkahnya adalah: (1) Guru memberikan
materi untuk eksplorasi, (2) Pemelajar menggunakan materi di bawah bimbingan
guru; dan (3) Guru membantu menyimpulkan atas konsensus kelompok. Pada tahab
inquiry terbimbing, pemelajar dibimbing melakukan eksplorasi. Langkahnya
adalah: (1) Guru memberikan persoalah dan memberikan referensi; (2) Pemelajar
diberi kebebasan untuk bereksplorasi; (3) Pemelajar menguji hipotesis dan
membuat simpulan sementara; dan (4) Guru membantu membuat simpulan berdasarkan
konsensus kelompok. Pada tahap inquiry mandiri, pemelajar diberi kebebasan
total untuk bereksplorasi. Langkahnya adalah: (1) Guru memberikan materi
eksplorasi; (2) Guru memberi petunjuk hanya dalam kaitannya dengan kesalamatan
dan peralatan kerja; dan (3) Pemelajar melakukan eksplorasi berdasarkan
kemampuan mereka sendiri.
Pustaka
Budnitz, Norman. (2003). “What do We Mean by
Inquiry?” www.biology. duke.edu/cibl/inquiry/what_is_inquiry.htm>
Hebrank, Mary. (2000). “Why Inquiry-Based Teaching
and Learning in the Middle School Science Classroom?”
www.biology.duke.edu/cibl/inquiry/ why_is_inquiry.htm
0 komentar:
Posting Komentar