Portal Digital Data Personal

Tulisanku
Senin, 08 April 2013

Paleontologi untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru


Paleontologi berasal dari kata paleo yang artinya masa lampau, onto yang artinya kehidupan dan logos yang artinya adalah ilmu. Jadi secara umum paleontologi berarti ilmu yang mempelajari tentang masa lampau. Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari makhluk hidup purba yang biasanya adalah dengan mempelajari fosil-fosilnya. Paleontologi adalah mempelajari fosil makh untuk mempelajari jejak kehidupan dan segala sesuatu tentang zaman purba. Secara sempit, Paleontologi dapat diartikan ilmu mengenai fosil sebab jejak kehidupan zaman purba terekam dalam fosil.


A. Ruang lingkup paleontologi


Paleontologi menggunakan fosil sebagai sumber utama peneliti, otomatis di dalam paleontologi ini kita akan berkecimpung dengan banyak fosil-fosil hewan maupun tumbuhan. tanaman adalah salah satu organisme yang berlimpah dan beragam di Bumi, dengan lebih dari 250.000 spesies yang dikenal. Tanaman memiliki dinding sel yang kaku di setiap sel dan menghasilkan makanan mereka sendiri dengan menangkap energi cahaya pada pigmen seperti klorofil. Tanaman mengubah energi ini menjadi gula, pati, dan makanan lain yang dibutuhkan tanaman untuk bertahan hidup. Beberapa fosil yang tampak dari tanaman kembali ke Ordovisium (Pertama dikenal terjadinya fosil), tapi tidak diragukan lagi kejadian pertama berasal dari fosil tanaman Akhir Silur.
Tidak hanya hewan dan tumbuhan, sekarang ini telah berkembang sebagai bagian dari paleontologi yang meneliti tentang protista. "protista" mengacu pada eukariota yang bukan tanaman, hewan, atau jamur. Kebanyakan protista uniseluler, sementara yang lain multiseluler atau bahkan multinukleat (inti banyak dalam satu sel). Ini menunjukkan berbagai kelompok berbagai ukuran, bentuk, siklus hidup, habitat, dan makan dan strategi reproduksi. Para protista memiliki panjang, meskipun dalam beberapa kasus setengah-setengah, catatan fosil yang membentang kembali ke Prakambrium.
Pada dasarnya ruang lingkup paleontologi berkisar tentang segala sesuatu yang telah hidup di masalalu atau bisa dikatakan organisme purba (baik hewan, tumbuhan, protista, jamur maupun bakteri)yang hingga kini sudah punah dan hanya tertinggal fosil-fosil, jejak peradaban, lingkungannya danpeninggalan-peninggalan lainnya. Sehinggga kita hanya meneliti dari jejak-jejak yang tertinggal. Secara umum paleontologi dapat digolongkan menjadi dua yaitu Paleobotani (tumbuhan purba)dan Paleozoologi (hewan purba). Jadi ruang lingkup paleontologi terbagi dalam paleobotani danpaleozoologi.
1. Paleobotani (Tumbuhan purba)
Paleobotani (dari bahasa Yunani paleon berarti tua dan botany yang berarti ilmu tentangtumbuhan) adalah cabang dari paleontologi yang khusus mempelajari fosil tumbuhan. KajianPaleobotani meliputi aspek fosil tumbuhan, rekonstruksi taksa, dan sejarah evolusi dunia tumbuhan.Tujuan mempelajari Paleobotani adalah:
a. Untuk rekonstruksi sejarah dunia tumbuhan. Hal ini dapat dilakukan karena fosil tumbuhandari suatu kolom geologis tertentu berbeda dengan yang terdapat pada kolom geologislainnya. Dengan demikian dapat diketahui jenis tumbuhan yang ada dari waktu ke waktu,atau dengan kata lain dapat diketahui sejarahnya, khususnya mengenai kapan kelompok tumbuhan tersebut mulai muncul di muka bumi, kapan perkembangan maksimalnya, dankapan kelompok tumbuhan tersebut punah.
b. Untuk keperluan analisa pola dan suksesi vegetasi dari waktu ke waktu.
c. Untuk analisa endapan dari masa karbon ( khususnya yang mengandung sisa tumbuhan),yang berpotensi dalam presiksi sifat- sifat batubara. Dengan demikian dapat diketahuimacam batubara serta dari tumbuhan apa batubara tersebut berasal.
d. Untuk dapat melakukan dedukasi mengenai aspek-aspek perubahan iklim. Dengan cara inimaka dimungkinkan untuk merekonstruksi lingkungan masa lampau beserta perubahan-perubahan yang terjadi, dan juga untuk mempelajari hubungan antara tumbuhan denganhewan yang menghuni lingkungan tersebut. Salah satu perubahan iklim yang seringkalidapat diungkap dengan pendekatan ini adalah perubahan ternperatur rata-rata.
2. Paleozoologi
(Hewan vertebrata dan invertebrata purba). Paleozoologi (berasal dari bahasa Yunani: paleon = tua dan zoon = hewan) adalah cabang daripaleontologi atau paleobiologi, yang bertujuan untuk menemukan dan mengindentifikasi fosil hewanbersel banyak dari sistem geologi atau arkeologi, untuk menggunakan fosil tersebut dalamrekonstruksi lingkungan dan ekologi prasejarah. Jadi tujuan dari mempelajari paleozoologi adalah:
a. Rekonstruksi sejarah kehidupan pada masa lampau baik di bidang hewan dan perkembanganmanusia. Proses rekonstruksi kehidupan dilakukan melalui rekonstruksi fosil karena fosilditemukan dalam lapisan/strata batuan yang berlainan sehingga dapat diketahui perkiraanwaktu munculnya dan kehidupan makhluk yang telah menjadi fosil tersebut.
b. Analisa pola dan suksesi suatu vegetasi dari waktu ke waktu. Kehidupan pada masa purba dimana kondisi bumi yang dinamis sangat memungkinkan terjadinya perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim sehingga mempengaruhi kehidupan spesies dan vegetasi tanaman
c. Analisa mengenai aspek-aspek perubahan iklim yang terjadi. Cara ini bermanfaat untuk merekonstruksi dampak perubahan iklim pada lingkungan, mempelajari bagaimanahubungan antara hewan dan tumbuhan yang hidup pada lingkungan tersebut.
d. Analisa kehidupan biokultural manusia sejak manusia muncul di bumi, proses evolusinyamelalui masa dan wilayah distribusinya seluas dan selama mungkin.
e. Analisa proses adaptif yang dilakukan makhluk hidup terhadap perubahan kondisilingkungan, makhluk yang mampu beradapatasi akan terus bertahan walaupun peiode waktugeologi terus berjalan sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan punah. Proses adaptasi membuka zona adaptif yang baru yaitu suatu kumpulan kondisi hidup dan sumber daya baruyang memberikan banyak kesempatan yang sebelumnya tidak dimanfaatkan.

B. Manfaat mempelajari ilmu paleontologi


Manfaat mempelajari ilmu paleontologi yaitu banyak ilmu-ilmu yang terkandung dalam ruang lingkup ilmu paleontologi yang dapat diaplikasikan pada ilmu pengetahuan yang lainnya.
Aplikasi ilmu paleontologi
a.  Menentukan Umur Relatif Batuan
Kemunculan fosil dari zaman ke zaman selalu berbeda, sehingga fosil dapat digunakan untuk menentukan umur relatif suatu batuan sedimen. Fosil Indeks: fosil yang kemunculannya sangat spesifik mewakili suatu zaman, contoh: Ammonit pada Trias. Syarat-syarat fosil indeks: Memiliki penyebaran lateral yang luas, kisaran umurnya pendek dan mudah dikenali.
b. Melakukan Korelasi
Korelasi:menghubungkan dua atau lebih satuan batuan berdasarkan kesamaan umur. Biostratigrafi adalah menyusun suatu satuan batuan berdasarkan kesamaan kandungan fosilnya. Dalam perkembangannya satuan biostratigrafi sering identik dengan umur dari batuan itu sendiri.
c. Menentukan Lingkungan Pengendapan
Organisme dalam hidupnya dibatasi oleh suatu lingkungan, dimana organisme tersebut dapat beradaptasi. Dengan demikian fosil dapat dipergunakan untuk menentukan lingkungan pengendapan. Syarat: fosil terendapkan pada lingkungan dimana dia hidup (bioconoese ), lingkungan hidupnya sempit dan mudah dikenali. Lingkungan Pengendapan : Darat, meliputi gurun, sungai, danau, dan sebagainya. Sedangkan laut, meliputi: pantai, rawa, laut dangkal (neritik) dsb.
d. Mengetahui Paleoklimatologi
Selain lingkungan hidup, organisme juga dipengaruhi oleh iklim sebagai salah satu unsur lingkungan. Contoh: Koral biasanya hidup pada iklim tropis - sub tropis.Ilmu yang Berkaitan dengan Paleontologi
Sebagai satu cabang ilmu yang memiliki ruang lingkup kajian yang sangat luas, paleontologi tidak dapat berdiri sendiri dan memiliki kaitan yang sangat erat dengan cabang keilmuan yang lain antara lain adalah :
1. Zoologi dengan berbagai cabang keilmuannya seperti mammalogi dan primatologi membantu dalam menganalisis fosil hewan yang ditemukan,sangat berkaitan dengan paleozoologi.
2. Morfologi dibutuhkan sejak proses preparasi / perbaikan fosil yang ditemukan dan rekonstruksi fosil sampai ke tingkat individu.
3. Fisiologi dan Biokimia, ilmu ini penting untuk analisa nutrisi yang dimanfaatkan oleh manusia dan makhluk hidup zaman purba (paleonutrisi), proses dan siklus reproduksi,jarak imunologis serta identifikasi biokimiawi.
4. Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari kebudayaan ( manusia ) pada masa lampau melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditemukan. Peninggalan arkeologis ini sering disebut artefak yaitu alat yang dipakai manusia untuk mengeksploitasi lingkungan. Ilmu ini sangat berkaitan dengan paleontologi karena bermanfaat untuk mempelajari kebudayaan dan mengenali alat yang dipakai oleh manusia purba.
5. Geologi, ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang lapisan pembentuk bumi, proses pembentukannya yang menjadi acuan penentuan umur relatif suatu fosil atau artefak peninggalan manusia purba. Penentuan umur relatif berdasar skala waktu geologis dengan urutan sejarah yang konsisten dan terdiri dari empat zaman yaitu Prakambrium, Paleozoikum, Mesozoikum dan Senozoikum.
6. Radiologi, ilmu ini berguna dalam metode penentuan umur radiometrik yang dipakai untuk menentukan umur batuan dan fosil dalam skala waktu absolut / sebenarnya. Metode ini berdasarkan kandungan isotop suatu unsur dalam fosil yang terkumpul saat organisme masih hidup.
Berikut beberapa pengembangan dari ilmu Paleontologi:

Paleoantropologi ( ilmu manusia purba ), Ilmu yang menyelidiki evolusi manusia sejak awal sejarah kemunculannya hingga zaman manusia logam serta variasi biologisnya dalam masa dan tempat. Hal yang dipelajari dalam paleoantropologis antara lain sisa bagian tubuh manusia.
a. Paleopatologi, adalah ilmu yang menganalisa penyakit yang diderita manusia purba sehingga menyebabkan kematiannya.Bukti – bukti terlihat pada tulang belulang dan gigi – geligi
b. Paleofloristik, ilmu yang mempelajari kumpulan fosil tumbuhan dalam dimensi ruang dan waktu,hal ini menggambarkan distribusi populasi tumbuhan dan migrasinya sebagai respon perubahan lingkungan di masa lampau.

C. Profesionalisme guru


Guru adalah “orang yang memberikan ilmu pengetahua terhadap anak didik, jadi seorang guru yang mengabdikan diri kepada masyarakat dan tentunya guru memiliki tanggung jawab dan melaksanakan proses belajar mengajar di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga formal tetapi bisa juga di masjid, surau, musallah, di rumah dan sebagainya (Djamarah, 2003: 31)
Istilah profesionalisme guru tentu bukan sesuatu yang asing dalam dunia pendidikan. Secara sederhana, profesional berasal dari kata profesi yang berarti jabatan. Orang yang profesional adalah orang yang mampu melaksanakan tugas jabatannya secara mumpuni, baik secara konseptual maupun aplikatif. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan mumpuni dalam melaksanakan tugas jabatan guru.
Bila ditinjau secara lebih dalam, terdapat beberapa karakteristik profesionalisme guru. Rebore (1991) mengemukakan enam karakteristik profesionalisme guru, yaitu: (1) pemahaman dan penerimaan dalam melaksanakan tugas, (2) kemauan melakukan kerja sama secara efektif dengan siswa, guru, orang tua siswa, dan masyarakat, (3) kemampuan mengembangkan visi dan pertumbuhan jabatan secara terus menerus, (4) mengutamakan pelayanan dalam tugas, (5) mengarahkan, menekan dan menumbuhkan pola perilaku siswa, serta (6) melaksanakan kode etik jabatan.
Sementara itu, Glickman (1981) memberikan ciri profesionalisme guru dari dua sisi, yaitu kemampuan berpikir abstrak (abstraction) dan komitmen (commitment). Guru yang profesional memiliki tingkat berpikir abstrak yang tinggi, yaitu mampu merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi, dan memecahkan berbagai macam persoalan yang dihadapi dalam tugas, dan juga memiliki komitmen yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Komitmen adalah kemauan kuat untuk melaksanakan tugas yang didasari dengan rasa penuh tanggung jawab.
Lebih lanjut, Welker (1992) mengemukakan bahwa profesionalisme guru dapat dicapai bila guru ahli (expert) dalam melakasnakan tugas, dan selalu mengembangkan diri (growth). Glatthorm (1990) mengemukakan bahwa dalam melihat profesionalisme guru, disamping kemampuan dalam melaksanakan tugas, juga perlu mempertimbangkan aspek komitmen dan tanggung jawab (responsibility), serta kemandirian (autonomy)..
Membicarakan tentang profesionalisme guru, tentu tidak bisa dilepaskan dari kegiatan pengembangan profesi guru itu sendiri. Secara garis besarnya, kegiatan pengembangan profesi guru dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu: (1) pengembangan intensif (intensive development), (2) pengembangan kooperatif (cooperative development), dan (3) pengembangan mandiri (self directed development) (Glatthorm, 1991).
Guru sebagai suatu profesi dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat (1) tentang guru dan dosen adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Lebih lanjut, Sagala (dalam Deden, 2011), menegaskan bahwa, guru yang memenuhi standar adalah guru yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dan memahami benar apa yang harus dilakukan, baik ketika di dalam maupun di luar kelas.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, guru yang profesional adalah guru yang kompeten menjalankan profesi keguruannya dengan kemampuan tinggi. Untuk memahami beratnya profesi guru karena harus memiliki keahlian ganda berupa keahlian dalam bidang pendidikan dan keahlian dalam bidang studi yang diajarkan, maka Kellough (dalam Deden, 2011) mengemukakan profesionalisme guru antara lain sebagai berikut.
1. Menguasai pengetahuan tentang materi pelajaran yang diajarkan.
2. Guru merupakan anggota aktif organisasi profesi guru, membaca jurnal profesional, melakukan dialog sesama guru, mengembangkan kemahiran metodologi, membina siswa dan materi pelajaran.
3. Memahami proses belajar dalam arti siswa memahami tujuan belajar, harapan-harapan, dan prosedur yang terjadi di kelas.
4. Mengetahui cara dan tempat memperoleh pengetahuan.
5. Melaksanakan perilaku sesuai sesuai model yang diinginkan di depan kelas.
6. Memiliki sikap terbuka terhadap perubahan, berani mengambil resiko, dan siap bertanggung jawab.
7. Mengorganisasikan kelas dan merencanakan pembelajaran secara cermat.
Kompetensi dan Keterampilan Profesional Guru
Kompetensi merupakan kemampuan personal yang diperlukan pada suatu profesi tertentu yang berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Secara professional, kompetensi guru mengandung dua bidang kajian pokok, yaitu kompetensi akademik dan kompetensi etika profesi atau perilaku profesi.

D. Hubungan Ilmu Paleontologi dengan Profesionalisme Guru Biologi


Paleontologi adalah cabang biologi yang khusus mempelajari tentang kehidupan hewan atau tumbuhan pada zaman lampau yang telah menjadi fosil. Untuk materi ini merupakan salah satu cabang dari materi Evolusi yang dibahas pada materi kelas XII. Sebagai satu cabang ilmu yang memiliki ruang lingkup kajian yang sangat luas, paleontologi tidak dapat berdiri sendiri dan memiliki kaitan yang sangat erat dengan cabang keilmuan yang  lain.
paleontologi sebagai cabang ilmu biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang harus dikuasai oleh seorang guru biologi. Dengan menguasai ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidangnya, maka seorang guru dapat melakukan perencanaan pembelajaran sebelum dimulainya kegiatan pembelajaran. Guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya berhasil. Salah satu factor yang dapat membawa keberhasilan tersebut adalah guru tersebut senantiasa membuat perencanaan mengajar sebelumnya.
Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan karena guru berinteraksi langsung dengan peserta didik. Selain kinerja, sikap profesionalisme guru juga patut diperhatikan guna meningkatkan kinerja guru. Sikap yang baik tercermin dari pribadi yang baik pula, hal tersebut erat kaitannya dengan kompetensi guru yaitu kompetensi kepribadian. Empat kompetensi guru (kepribadian, pedagogik, sosial, dan profesional) menjadi salah satu syarat seorang guru dapat dikatakan profesional. Untuk dapat dikatakan sebagai guru yang profesional, seorang guru harus memenuhi keempat kompetensi tersebut. Salah satunya adalah kompetensi pedagogik, yang mengharuskan seorang guru menguasai ilmu pengetahuan yang akan disampaikannya.pustaka :
Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal. Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Sumber Daya Manusia di Sekolah Dasar (Materi Diklat Calon kepala sekolah/Kepala sekolah). Jakarta



            diakses tanggal 19 desember 2012 jam 11.15

Nurdin, S dan Basyruddin U. 2003. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Ciputat Press, Jakarta.

Samana, A. 1994. Profesionalisme Keguruan. Kanisius, Jakarta.

Sujana, Nana. 1991. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo, Bandung.

Usman, User. 2007. Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.


  • Blogger Comments
  • Facebook Comments
Item Reviewed: Paleontologi untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru Rating: 5 Reviewed By: Wawan Listyawan