terkadang aku bingung setelah masuk dunia perkuliahan ini, kehidupan kota yang menjadi habitat baruku sunggguh berbeda dengan kehidupan dimasa laluku saat masih di era putih merah, Putih biru, putih abu - abu. pergaulan yang luas dengan berbagai macam trend dan kultur sosoal mulai mengusik ku. waktu masih Di SMA masih jarang ada cowok cewek yang maen dan sekolah pulang bareng bonceng- boncengan, namun sekarang di wilayah kehidupan kota, hal itu sudah biasa dan merakyat sekali... kalau dulu memboncengkan cewek harus hati- hati, kalau tidak maka akan disangka pacaran dan bakalan diserang teman- teman satu kelas.. kalau disini memboncengkan cewek itu mudah dan percaya diri... hmm.. rasanya hati dan jiwa ini tidak merasa nyaman dengan fenomena seperti ini..
selain itu untuk mengajak cewek pergi maen itu sekarang beda sama dulu, dulu masih malu- malu untuk ngajak ( entah makan atau jalan jalan gitu) rasanya dag dig dug gak karuan. dan seringnya backstreet dari ortu si doi, kalau ketahuan kan berabe.. namun sekarang itu kayake mudah sih. tak perlu birokrasi beribet, cukup sms aja "yuk makan bareng di angkringan depan kapal" tanpa ribet pun dibalas "yuk, tapi jemput ya, hehe" apalagi kalau smsnya gini "yuk makan di moen- moen, tak bayarin deh.." pasti cewek tanpa perlu pikir panjang langsung cap cus mandi dan dandan yang rapi..
untuk mendapatkan seorang cewek pun mudah.. cukup modal pedekate sekitar 1- 2 bulan bisa kok, paling modal pulsa sms dan gratisanya kira kira merogoh kocek 25 ribu. ataupun bisa melalui facebook dan twitter meeaka bisa tuh dapet cewek. terkadang bisa melumat bibirnya hanya cukup mengajaknya pergi jalan- jalan dan mojok di obyek wisata. apakah wanita itu seperti itu, kita biasa dapatkan hatinya lalu dapat gratisan lainnya?
kemudian sekarang ini pakaian cewek suka yang aneh aneh, yang kekecilan, muat buat adiknya, tipisnya kayak gorden putih, ada pula yang lubang lubang kayak kelambu.. aneh.. apa tidak kuat beli yang bagus ya?
berdasar hasil survey kami total biaya untuk satu penampilan cewek dalam berpakaian itu mencapai 150 ribu.. padahal yang dia gunakan hanya celana jeans, kaos dan sebagainya.. namun kami merasa masih belum cukup menutup aurat yang ada pada dirinya, tapi hanya cukup untuk menutup dan membungkus kulitnya saja. kalau dikalkulasikan bisa ditukar dengan satu pakaian muslimah, gamis misalnya. itupun plus dengan 1 helai kerudung yang bisa menutupi mahkota ( rambut) dan morfologi anteriornya. nah itu bisa kita namakan berjilbab ( Berhijab).
berdasar hasil survey kami total biaya untuk satu penampilan cewek dalam berpakaian itu mencapai 150 ribu.. padahal yang dia gunakan hanya celana jeans, kaos dan sebagainya.. namun kami merasa masih belum cukup menutup aurat yang ada pada dirinya, tapi hanya cukup untuk menutup dan membungkus kulitnya saja. kalau dikalkulasikan bisa ditukar dengan satu pakaian muslimah, gamis misalnya. itupun plus dengan 1 helai kerudung yang bisa menutupi mahkota ( rambut) dan morfologi anteriornya. nah itu bisa kita namakan berjilbab ( Berhijab).
ada juga malah yang menampilkan auratnya secara terang- terangan. seperti yang saya kutip dari fanspage " strawberry " yaitu fenomena rok mini dan celana mini. dimana kita bisa menikmati menu yang yang ada di warung ayam bakar. bedanya untuk menu ini gratis, tak perlu bayar. kita bisa melihat paha dan dada gratis.. hmm.. sungguh ironis memang. bagi kita melihatnya pun bisa gratis, apalagi yang memboncengkannya, pacarnya, maupun orang yang ada disekitarnya, pasti melakukan lebih dari itu. sekuat- kuatnya iman cowok yang ada, pasti tidak akan kuat melihat fenomena itu yang kulit dan auratnya terbuka. bahkan ada yang cukup melihat paras cewek cantik pun bisa membayangkan lekuk tubuh dan segala sesuatu yang ada dibalik busananya. selain itu pun ada pula yang bisa membayangkan hal tersebut walaupun cewek itupun sudah mengenakan jilbab.
sungguh godaan paling berat bagi seorang laki- laki adalah wanita. wanita pun bisa juga membuat kehidupan pria itu menjadi hancur (wanita racun dunia) namun tak akan terjadi seperti ini jika wanita itu mau mengikuti perintah Al qur'an dan Al hadist dimana dia diperintahkan untuk menutup auratnya, tak sekedar membungkus aurat atau menutup kulitnya. tak ada anugrah yang yang paling indah selain seorang wanita yang sholehah, yang terjaga kehormatanya, baik akhlaq nya, insya Allah mampu membawa kita ke dalam jannah - Nya.. bagi kami wanita sanga berharga, untuk menjaganya pun harus sepenuh hati, karena wanita ingin dimengerti.
di inspirasi dari : beberapa lingkungan di sekitar dan berbagai literatur
---> Rok mini sedang "trending" ...
Soal rok mini ini memang menggelitik. Saya sendiri di dalam dilema yang besar. Alasannya, pertama karena saya laki-laki. Kedua, karena saya belum pernah memakai rok mini. Sebagai orang berpendidikan, saya khawatir perspektif saya terhadap rok mini ini menjadi sangat subyektif, dipenuh asumsi, dan ngawur.
Tapi sebenarnya saya selalu ingin mengajukan pertanyaan kepada setiap pengguna rok mini atau celana super pendek di area publik demi mendapat sudut pandang yang obyektif dari si pemakai agar saya tidak salah sangka:
1. "Mbak-mbak, boleh tau apakah dengan rok mini yang mbak pakai itu, saya atau kami boleh menikmati paha mbak?"
2. "Kalau boleh, apakah mbak memang sengaja agar kami melihatnya? atau malah risih kalau kami melihatnya?"
3. "Atau tolong jelaskan kepada kami, bagaimana seharusnya kami boleh menikmati paha mbaknya biar mbak merasa nyaman dan kita bisa sama-sama menikmati, agar saya merasa aman dalam menikmati, dan mbaknya nikmat juga dilihati?"
Pertanyaan ini sebenarnya penting untuk ditanyakan sebagai dasar ilmiah untuk mengambil kesimpulan, tapi belum kesampaian saya tanyakan sampai saat ini. Malu nanyanya. Dan saya memilih untuk menikmati rok mini tersebut dengan diam-diam, dengan "etika" yang saya karang sendiri agar tidak berdampak sosial yang buruk.
Ada yang bilang ini soal iman. Kalau iman kuat, rok mini lewat. Saya kira setiap orang beriman yang jujur, kalau ditanya pasti menjawab akan timbul pikiran bukan-bukan ketika menjumpai perempuan muda berpaha indah memakai rok mini atau celana pendek sekali di tempat umum.
Tidak usah jauh-jauh, saya sendiri akan mengaku beriman, sholat tidak pernah lewat, kadang-kadang juga ngaji, tapi rok mini is rok mini, daya tariknya sungguh sering melewati daya tangkal iman. Kalau ada yang bilang "Pikiran situ saja yang jorok", duh, ingin sekali saya jawab "Saya sudah susah payah membersihkan pikiran dari yang nggak-nggak, tapi situ lewat sambil menjorok-jorokkan paha .... memaksa untuk dilihat".
Soal hak, semua memang punya hak masing-masing. Selama masih berada di tempatnya, hak menjadi sesuatu yang aman bagi dirinya maupun orang lain.
Contohnya merokok. Saya yakin itu adalah hak. Tidak seorangpun kecuali keluarga dan orang-orang yang bergantung hidupnya pada perokok boleh melarang orang untuk merokok.
Tetapi ketika merokok di tempat umum, hak itu jadi tidak aman untuk orang lain. "Tolong ya mas, merokoknya di ruang merokok, atau menggunakan helm full face saja biar asapnya tidak terhirup oleh saya".
Gimana kalau perokok menjawab, "Ya situ saja jangan hirup asap saya kalau memang tidak suka bau asap". Kira-kira Anda mau langsung mengajak adu hantam tidak?
Mamainkan musik adalah hak. Tetapi ketika bertetangga, genjrang-genjreng di jam dua pagi di depan rumah orang, kira-kira akan membuat tidur orang terganggu tidak? Gimana kalau ketika ditegur si penggitar menjawab "Tolong ya Bu, kalau memang tidak suka dengan suara gitar saya, ibu jangan dengerin suaranya, gitar-gitar saya kok ibu yang repot".
Kira-kira si ibu akan melempar sandal atau tidak? Kalau bermainnya di dalam kamarnya sendiri, di studio musik kedap suara, saya kira volume sebesar apapun tidak akan jadi masalah. Minimal tidak jadi masalah untuk orang lain.
Sama jadinya dengan rok mini dan hot pant. Di rumah, rok mini akan menjadi sangat asik. Aman, dan nyaman buat semuanya. Apalagi di kamar, tidak pakai rok pun akan semakin menambah suasana jadi lebih sesuatu banget :) Dan, semua orang akan merasa happy dan dijamin aman.
Tapi di boncengan sepeda motor, di busway, di jalanan ... duuuh biyung, please mbak, bu, kalau sekadar saya yang lihat dijamin akan aman. Karena nafsu dan pikiran saya akan saya manage sedemikian rupa sehingga akan hanya meledak tanpa melukai Anda. Tapi kalau yang nafsunya meledak itu lelaki yang sedang sakit parah jiwanya dan tak tau tempat?
Pemerkosa adalah orang yang sedang sakit jiwanya. Dan kata orang tua, mencegah lebih mudah dan murah dari pada mengobati. Mengobati mereka tetap harus dilakukan karena bisa membahayakan orang lain, berapapun biaya material dan sosial yang dibutuhkan, termasuk kita memberi makan mereka di penjara seumur hidup.
Tapi sambil mengobati, akan lebih cerdas, mudah, dan murah kalau kita semua juga ikut mencegah, salah satunya dengan tidak mengguanakn rok mini di tempat umum. Masih banyak pilihan busana yang lain, yang tetap menarik (tanpa menggoda) dan pantas.
Cara ini pasti lebih murah sebelum ada yang menjadi korban lelaki sakit jiwa. Kecuali, kalau memang rok mini telah menjadi sumber penghasilan pengenanya.
Mbak-mbak, ibu-ibu. Sebagai lelaki, saya selalu mengagumi perempuan. Dalam teori saya, perempuan itu setiap inchi kulitnya adalah fashion. Karena itu, benang dililit-lilit pun ke beberapa bagian tubuh, sudah seperti keindahan yang menyeluruh. Perempuan juga sangat ekspresif. Mereka suka bicara, suka berdandan, suka "menunjukkan" keindahan dirinya. Itu memang kodratnya.
Dan sedikit ini komentar lelaki. Kami-kami ini juga sangat ekspresif. Tapi berbeda caranya dengan perempuan. Kami tidak terlalu suka bicara, suka berdandan, menunjukkan keindahan diri sendiri. Tapi langsung bertindak.
Sebagian yang lain, ekspresinya malah tidak terlihat sama sekali. Tetapi sesuatu di balik celananyalah yang langsung bereaksi.
Maka, seperti Bang Napi bilang, kejahatan terjadi bisa bukan karena niat pelakunya, tetapi ketika ada kesempatan.
Semoga kita semua aman dan selamat. Di manapun berada.
Soal rok mini ini memang menggelitik. Saya sendiri di dalam dilema yang besar. Alasannya, pertama karena saya laki-laki. Kedua, karena saya belum pernah memakai rok mini. Sebagai orang berpendidikan, saya khawatir perspektif saya terhadap rok mini ini menjadi sangat subyektif, dipenuh asumsi, dan ngawur.
Tapi sebenarnya saya selalu ingin mengajukan pertanyaan kepada setiap pengguna rok mini atau celana super pendek di area publik demi mendapat sudut pandang yang obyektif dari si pemakai agar saya tidak salah sangka:
1. "Mbak-mbak, boleh tau apakah dengan rok mini yang mbak pakai itu, saya atau kami boleh menikmati paha mbak?"
2. "Kalau boleh, apakah mbak memang sengaja agar kami melihatnya? atau malah risih kalau kami melihatnya?"
3. "Atau tolong jelaskan kepada kami, bagaimana seharusnya kami boleh menikmati paha mbaknya biar mbak merasa nyaman dan kita bisa sama-sama menikmati, agar saya merasa aman dalam menikmati, dan mbaknya nikmat juga dilihati?"
Pertanyaan ini sebenarnya penting untuk ditanyakan sebagai dasar ilmiah untuk mengambil kesimpulan, tapi belum kesampaian saya tanyakan sampai saat ini. Malu nanyanya. Dan saya memilih untuk menikmati rok mini tersebut dengan diam-diam, dengan "etika" yang saya karang sendiri agar tidak berdampak sosial yang buruk.
Ada yang bilang ini soal iman. Kalau iman kuat, rok mini lewat. Saya kira setiap orang beriman yang jujur, kalau ditanya pasti menjawab akan timbul pikiran bukan-bukan ketika menjumpai perempuan muda berpaha indah memakai rok mini atau celana pendek sekali di tempat umum.
Tidak usah jauh-jauh, saya sendiri akan mengaku beriman, sholat tidak pernah lewat, kadang-kadang juga ngaji, tapi rok mini is rok mini, daya tariknya sungguh sering melewati daya tangkal iman. Kalau ada yang bilang "Pikiran situ saja yang jorok", duh, ingin sekali saya jawab "Saya sudah susah payah membersihkan pikiran dari yang nggak-nggak, tapi situ lewat sambil menjorok-jorokkan paha .... memaksa untuk dilihat".
Soal hak, semua memang punya hak masing-masing. Selama masih berada di tempatnya, hak menjadi sesuatu yang aman bagi dirinya maupun orang lain.
Contohnya merokok. Saya yakin itu adalah hak. Tidak seorangpun kecuali keluarga dan orang-orang yang bergantung hidupnya pada perokok boleh melarang orang untuk merokok.
Tetapi ketika merokok di tempat umum, hak itu jadi tidak aman untuk orang lain. "Tolong ya mas, merokoknya di ruang merokok, atau menggunakan helm full face saja biar asapnya tidak terhirup oleh saya".
Gimana kalau perokok menjawab, "Ya situ saja jangan hirup asap saya kalau memang tidak suka bau asap". Kira-kira Anda mau langsung mengajak adu hantam tidak?
Mamainkan musik adalah hak. Tetapi ketika bertetangga, genjrang-genjreng di jam dua pagi di depan rumah orang, kira-kira akan membuat tidur orang terganggu tidak? Gimana kalau ketika ditegur si penggitar menjawab "Tolong ya Bu, kalau memang tidak suka dengan suara gitar saya, ibu jangan dengerin suaranya, gitar-gitar saya kok ibu yang repot".
Kira-kira si ibu akan melempar sandal atau tidak? Kalau bermainnya di dalam kamarnya sendiri, di studio musik kedap suara, saya kira volume sebesar apapun tidak akan jadi masalah. Minimal tidak jadi masalah untuk orang lain.
Sama jadinya dengan rok mini dan hot pant. Di rumah, rok mini akan menjadi sangat asik. Aman, dan nyaman buat semuanya. Apalagi di kamar, tidak pakai rok pun akan semakin menambah suasana jadi lebih sesuatu banget :) Dan, semua orang akan merasa happy dan dijamin aman.
Tapi di boncengan sepeda motor, di busway, di jalanan ... duuuh biyung, please mbak, bu, kalau sekadar saya yang lihat dijamin akan aman. Karena nafsu dan pikiran saya akan saya manage sedemikian rupa sehingga akan hanya meledak tanpa melukai Anda. Tapi kalau yang nafsunya meledak itu lelaki yang sedang sakit parah jiwanya dan tak tau tempat?
Pemerkosa adalah orang yang sedang sakit jiwanya. Dan kata orang tua, mencegah lebih mudah dan murah dari pada mengobati. Mengobati mereka tetap harus dilakukan karena bisa membahayakan orang lain, berapapun biaya material dan sosial yang dibutuhkan, termasuk kita memberi makan mereka di penjara seumur hidup.
Tapi sambil mengobati, akan lebih cerdas, mudah, dan murah kalau kita semua juga ikut mencegah, salah satunya dengan tidak mengguanakn rok mini di tempat umum. Masih banyak pilihan busana yang lain, yang tetap menarik (tanpa menggoda) dan pantas.
Cara ini pasti lebih murah sebelum ada yang menjadi korban lelaki sakit jiwa. Kecuali, kalau memang rok mini telah menjadi sumber penghasilan pengenanya.
Mbak-mbak, ibu-ibu. Sebagai lelaki, saya selalu mengagumi perempuan. Dalam teori saya, perempuan itu setiap inchi kulitnya adalah fashion. Karena itu, benang dililit-lilit pun ke beberapa bagian tubuh, sudah seperti keindahan yang menyeluruh. Perempuan juga sangat ekspresif. Mereka suka bicara, suka berdandan, suka "menunjukkan" keindahan dirinya. Itu memang kodratnya.
Dan sedikit ini komentar lelaki. Kami-kami ini juga sangat ekspresif. Tapi berbeda caranya dengan perempuan. Kami tidak terlalu suka bicara, suka berdandan, menunjukkan keindahan diri sendiri. Tapi langsung bertindak.
Sebagian yang lain, ekspresinya malah tidak terlihat sama sekali. Tetapi sesuatu di balik celananyalah yang langsung bereaksi.
Maka, seperti Bang Napi bilang, kejahatan terjadi bisa bukan karena niat pelakunya, tetapi ketika ada kesempatan.
Semoga kita semua aman dan selamat. Di manapun berada.
<-------
pengalaman! coba kamu pake rok dulu,
BalasHapusmoh lah dhun... wwkwkk
BalasHapuscari kaca
BalasHapus