Ketiga kata ini mungkin sangat sering kita baca dalam berbgai macam tulisan ya, baik dari koran, cerpen, maupun buku teks pelajaran saat SD- SMA. dan pada pendidikan Kn sangat sering dibahas budi pekerti, terutama simpati dan empati
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008) apatis berarti acuh tak acuh; tidak peduli; masa bodoh. jadi apatis bisa diartikan sebagai suatu sikap dimana orang itu tidak mempunyai kepedulian terhadap hal hal yang ada disekitarnya, terutama hal- hal yang tidak disukainya.
simpati memiliki arti 1 rasa kasih; rasa setuju (kpd); rasa suka; 2 keikutsertaan merasakan perasaan (senang, susah, dsb) orang lain; simpati memiliki makna bahwa kita bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain. sehingga memunculkan rasa iba dan belas kasih.
empati dalam KBBI (2008) memiliki arti kemampuan menghadapi perasaan dan pikiran orang lain. jadi jika di telaah lebih dalam empati itu simpati yang mampu memposisikan dirinya seperti orang lain sehingga mampu memikirkan pemecahan suatu permasalahan yang sedang dihadapi oleh orang lain. empati ini menghasilkan rasa senasib sependeritaan.
dari ketiga definisi tersebut dapat ditarik benang lurus bahwa ada sistem level pada ketiga kata itu adalah :
level dasar adalah apatis
level satu adalah peduli
level dua adalah simpati
level tiga adalah empati
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008) apatis berarti acuh tak acuh; tidak peduli; masa bodoh. jadi apatis bisa diartikan sebagai suatu sikap dimana orang itu tidak mempunyai kepedulian terhadap hal hal yang ada disekitarnya, terutama hal- hal yang tidak disukainya.
simpati memiliki arti 1 rasa kasih; rasa setuju (kpd); rasa suka; 2 keikutsertaan merasakan perasaan (senang, susah, dsb) orang lain; simpati memiliki makna bahwa kita bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain. sehingga memunculkan rasa iba dan belas kasih.
empati dalam KBBI (2008) memiliki arti kemampuan menghadapi perasaan dan pikiran orang lain. jadi jika di telaah lebih dalam empati itu simpati yang mampu memposisikan dirinya seperti orang lain sehingga mampu memikirkan pemecahan suatu permasalahan yang sedang dihadapi oleh orang lain. empati ini menghasilkan rasa senasib sependeritaan.
dari ketiga definisi tersebut dapat ditarik benang lurus bahwa ada sistem level pada ketiga kata itu adalah :
level dasar adalah apatis
level satu adalah peduli
level dua adalah simpati
level tiga adalah empati
kenapa ada "peduli"?
peduli kalau menurut saya merupakan fase intermediet dari apatis menuju simpati. dan peduli merupakan batu pijakan untuk mencapai level simpati maupun empati. jadi peduli juga perlu dibahas di dalam tulisan ini.
oke, untuk keempat kata itu bagi saya buka kata yang sekedar kata, namun perwujudan dari berbagai karakter manusia dari segi psikologi. dan semua itu sering kita hadapi, ada pada diri kita maupun dalam lingkungan kita. dan mengatur diri untuk mencapai hal- hal itu sangat sulit karena bisa berbenturan dengan aspek agama, sosial, dan budaya. nilai dan norma yang berlaku.
dalam bersosialisasi, berorganisasi, maupun dalam kelompok kuliah itu berbagai sikap itu tersebar dalam berbagai lini. entah dari pimpinan tim maupun dari staffnya. oke pada bahasan ini dalam ruang lingkup tim kerja.
oke, untuk keempat kata itu bagi saya buka kata yang sekedar kata, namun perwujudan dari berbagai karakter manusia dari segi psikologi. dan semua itu sering kita hadapi, ada pada diri kita maupun dalam lingkungan kita. dan mengatur diri untuk mencapai hal- hal itu sangat sulit karena bisa berbenturan dengan aspek agama, sosial, dan budaya. nilai dan norma yang berlaku.
dalam bersosialisasi, berorganisasi, maupun dalam kelompok kuliah itu berbagai sikap itu tersebar dalam berbagai lini. entah dari pimpinan tim maupun dari staffnya. oke pada bahasan ini dalam ruang lingkup tim kerja.
Fase Apatis,
apatis merupakan sikap yang paling mendominasi dalam suatu kelompok masyarakat. capaian berkisar 40- 50 % dari pengamatan yang pernah saya lakukan. dan ini sudah terbukti dalam berbagai kelompok ataupun kelembagaan. apatis sangat berbahaya dan sangat tidak dianjurkan. karena menimbulkan perpecahan ataupun degradasi tim. misalkan dalam suatu tim yang diberi amanah tertentu. dia cenderung berpikir " males ah, gak penting !!" atau " paling sudah ada si X tyus aku gak usah mikir, hehe santai". maka keoptimalan suatu tim tidak akan bekerja efisien. karena seharusnya dipikul 5 orang, malah dikerjakan 3 orang, ini akan meberatkan dan membuat " ngos- ngosan" kemudian untuk peduli mencapai 25%- 30 %, simpati 15- 20 %, serta empati 5- 10 %.
nah sikap ini yang perlu kita ubah orientasinya atau perlu kita pudarkan supaya tidak mendominasi pada diri kita, mengingat kita adalah makhluk sosial yang harus berbaur dengan orang lain. terkadan apatis itu juga perlu, namun dosisnya harus sedikit dan tepat pada waktunya.
nah sikap ini yang perlu kita ubah orientasinya atau perlu kita pudarkan supaya tidak mendominasi pada diri kita, mengingat kita adalah makhluk sosial yang harus berbaur dengan orang lain. terkadan apatis itu juga perlu, namun dosisnya harus sedikit dan tepat pada waktunya.
fase peduli,
peduli bisa ita mulai dari hal yang kecil yang ada disekitar kita. misalkan untuk dalam dunia perkuliahan seperti ini "Ehm, Bro. . tugas nya sudah selesai belum ya, hehe maaf blm bisa bantu" bagi tim, peduli dirasa sudah cukup untuk menggambarkan kesolidan. karena setidaknya ikatan komitmen yang sudah terbentuk itu masih utuh.
fase simpati,
pada fase ini sudah mencapai tahap inisiasi bagi anggota tim terhadap amanah yang diemban oleh tim itu, bisa digambarkan oleh kata- kata ini " pak, kita dapat tugas apa ya? ada sub tugas buatku" ini sudah menjelaskan bahwa sudah terbentuk esensi dari solid itu. mulai adanya rasa kesatuan untuk memikul amanah bersama, sehingga mampu terciptanya atmosfer kerja yang sesuai
fase empati
merupakan fase tertinggi dimana tidak sekadar tanya, namun sudah aksi yang sesungguhnya, dia tak perlu untuk diarahkan untuk suatu sub tugas. namun sudah berjalan sesuai dengan porsi dia dalam tim. karena dia mampu memposisikan diri sesuai kebutuhan dan pola pikir pimpinan tim dan melengkapi barisan. serta pada fase ini sudah terbentuk tim yang sesungguhnya, dimana hirarki dan korsa yang sudah teraplikasikan dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar