Portal Digital Data Personal

Tulisanku
Kamis, 15 November 2012

peaks, dream agent, and character education

Hujan kemarin . . suatu peristiwa yang mengawali menuju perjalanan ke tempat yang kurindukan yaitu rumah . . dan hujan yang membawaku terngiang berbagai ingatan, dan hujan yang membuat diriku basah walau jas hujan ini sudah menyelimuti diri ini . . ternyata ada beberapa titik sehingga beberapa bagian lembaran kain ini basah dan sempat membuatku mengigil karena sudah lama tak terbiasa terkena air hujan dalam perjalanan naik motor semenjak diriku ini menghuni dipan- dipan itu . . namun dingin dan rasa lelah ini terbayarkan dengan semangkok mie ayam bakso “pak tukang’ pasar wonokarto yang cita rasanya khas rempah wonogiri. namun dari perjalanan kemarin masih menimbulkan tanda Tanya,” kenapa yang hujan hanyalah wilayah solo dan sukoharjo saja dan itu deras sekali sehingga aku terpaksa menutup kaca helm ku yang sudah jadul ini untuk menghindari rasa perih yang diakibatkan tembakan peluru air yang diberikan oleh mendung hitam diatas sana. sedangkan sesampai batas kabupaten malah wilayah kota gaplek ini kering kerontang”. namun ada berbagai rumor yang bersiliweran di telinga ku bahwa ada ritual supaya tidak turun hujan, sehingga tidak menggenangi proyek pembangunan waduk dan PLTA baru di daerah monument bedol desa. entah benar atau tidak silahkan dianalisis sendiri.

Sebelum sampai di rumah aku masih bisa menyempatkan diri untuk singgah di tempat yang sudah lama tidak aku datangi. dimana tempat itu memberikan rasa cintaku ini bangkit kembali , untuk lebih cinta terhadap tanah kelahiran ku ini. puncak joglo itulah nama tempat ini. mungkin sudah 2 tahun tidak kesini. saat aku masih menggunakan 3230 lama ku.dia kuanggap sebagai puncak dari tanah ini. walau mungkin dari ketinggian dari aspek geografis tidak valid perkiraanku ini.

Tempat ini merupakan landasan pacu dari aerosport FASI Indonesia yang terletak di wilayah wonogiri. di tempat ini bisa menikmati indahnya sendiri, menikmati indahnya alam, menghapuskan segala kepenatan aktivitas dan rasanya diri ini lepas. dan disini bisa menikmati dari esensi ketenangan hidup yang sesungguhnya. sembari di belai oleh sejuknya angin yang berembus dari bukit ke bukit. melihat karamba apung, obyek wisata sendang asri, serta memandang pulau di tengah waduk, mengamati sedimentasi tanah saat mengering, hijaunya perbukitan, jalanan yang seperti ular yang dilihat dari sudut yang berbeda. itu jarang bisa kuamati semenjak menimba ilmu di kota budaya ini.

Namun itu bisa kunikmati 2 tahun yang lalu, dan sekarang tidak demikian. karena disana malah banyak muda mudi yang memadu kasih dimana mereka masih belum saatnya untuk itu. dari berbagai sudut area sudah di isi oleh berbagai pasangan.  hmm. disini malah tidak bisa kunikmati hal yang kurindukan dulu, namun ku hanya bisa menghela nafas dalam- dalam. memberikan O2 untuk mengembalikan ATP yang hilang setelah memanggul dua tas dan menapaki tangga beton untuk ke atas. dan sedikit berpikir sejenak fenomena apakah ini? Pikiran ku menjadi berkecamuk, ah masak aku kepingin? Kalau Cuma itu sih mudah. akan kusaingi dengan pasangan ku yang sah beberapa tahun lagi pasti bisa. tapi yang  penting” dimanakah pendidikan, agama, nilai, dan norma?” yang sudah kita dapatkan saat masih SD, ingatkah norma adat, norma kesusilaan, norma agama, norma  hukum? Pada Pkn kan?

Namun kenapa saat ini mungkin anak SMP dan SMA yang statusnya “pacaran” malah begini. ada yang pegangan2 tangan dan duduk berdempetan. dan ada pula yang tidur dipangkuan kekasihnya.  ada yang memeluk pinggang pacarnya. mana pula yang saling menatap dan wajahnya berdekatan. dan ada juga yang saling membelai entah rambut dan sebagainya.  entah kenapa aku jadi brpikir kenapa cewek itu murah sekali, dengan bermodal pedekate selama 3 bulan maksimal paling modal pulsa 30 ribu dan gratisanya, bisa menjadi pacarnya. lalu bisa mendapatkan apa yang ada di cewek itu. hmm. sadarilah bahwa kamu itu mahal wahai kaum hawa.

Seperti sabda Rasulullah SAW :
“ dunia adalah perhiasan, dan sebaik- baik perhiasan adalah wanita shalihah” (HR. Muslim)
Sehingga aku bisa membuat quote seperti ini :
Namun kita tidak akan mudah untuk mendapatkannya . . wanita yang anggun penampilannya . . dan shaliha pribadinya . .
#idealist

Islam ini sungguh menghargaimu. kenapa kamu yang layaknya perhiasan itu bisa ditukar dengan kata cinta dan buaian gombalan laki- laki yang masih labil hatinya. laki- laki normal saja yang melihatmu memakai pakaian ketat, dari jauh saja pikiran nya bisa tidak jelas, apalagi yang dekat dan berdampingan denganmu, apalagi yang berpegangan tangan denganmu. kalau kamu bisa membaca pikiranya pasti kamu akan berlari menjauh.

Itu sedekit fenomena yang ada di puncak joglo. selang beberapa puluh menit aku pun turun dan beralih ke puncak lain yang berada di prampelan. disana merupakan landasan pacu juga namun sudah lama tidak digunakan. dan disini dibangun sebuah tower BTS dimana kalau malam hari terlihat kelap kelip.  sesampai disana aku melihat pohon kamboja ( Plumeria sp) dimana itu merupakan pohon khas pemakaman. dan benar saja disana ada beberapa nisan yang cukup terawat dan indah. disini kita bisa melihat jalur sungai bengawan solo yang mengering. dan dikejauhan terlihat pula alat keruk lumpur. lalu menemukan pula orang pacaran juga. aku jadi berpikir, “ kenapa anak muda sekarang suka bermain di kuburan? Apakah cari yang sepi? Berduaan lagi” ada juga yang berduaan di tepi jurang. Kalian mau ngapain disana??
Menginjak setengah empat aku pun turun dengan motor yang setia mengantarkanku . dengan beberapa foto yang sempat kuambil saat di kedua tempat tadi. eh saat turun malah bertemu dengan beberapa motor yang naik dimana dikendarai oleh muda- mudi.

Sebagai calon pendidik

Sebagai calon pendidik  apa yang akan kita lakukan kawan? Mungkin dari kita tidak tahu bagaimana lingkungan dan pergaulan anak muda sekarang ini. bagaimana perkembangannya, dari sedikit cerita ini yang merupakan prolog bisa menggugah diri kita untuk beritindak dimasa depan.  mungkin dari kita tidak semuanya menjadi pendidik dalam tanda kutip “guru” namun pastinya kita menjadi pendidik untuk anak- anak, lingkungan dan masyarakat. akan kah fenomena ini akan terjadi secara nyata dan jelas di sekitar kita? Akan kah tega anak kita akan menjadi seperti mereka? Peserta didik kita akan menjadi seperti itu?

Kita yang sekarang di bangku universitas digadang- gadang ( baca : diharapkan) menjadi agent of change, apakah sudah mempersiapkan perubahan yang akan kita laksanakan?
Perubahan sosial budaya sekarang sudah berubah secara drastis, dimana perubahan nilai dan norma sudah mengalami sedimentasi layaknya sungai bengawan solo. ataukah karena perkembangan globalisasi? Gagalnya system pendidikan? Ataukah gagalnya pendidikan keluarga? Atau gagalnya pendidikan sosial?
Bahwa perkembangan globalisasi yang ada seharusnya membantu kita untuk bisa mengenal dunia, meningkatkan softskill supaya kita terus belajar dan  bertahan dalam hal kehidupan, mengembangkan potensi diri, semakin banyak berinteraksi dengan segala komponen masyarakat yang tatarannya lebih luas.

Kemudian dengan adanya sistem pendidikan (formal), bisa mengembangkan aspek dalam diri, seperti kognitif, afektif, dan psikomotorik supaya lebih maksimal. Namun dalam praktiknya ketiga aspek itu tidak dikembangkan secara seimbang, untuk aspek afektif di nomor tigakan, padahal untuk hidup aspek afektiflah yang menunjang (mayoritas) langkah kita dalam kehidupan yang sesungguhnya.

Pendidikan keluarga merupakan pembentukan karakter yang sesungguhnya. disana seharusnya dibekali dengan pendidikan agama, tata karma, nilai- nilai yang berlaku di masyarakat, pembiasaan yang baik itu perlu juga diterapkan. disinilah kematangan anak itu dibentuk, jika anak sudah matang di tataran keluarga, maka dia akan lebih survival di masyarakat walau dia berada di belantara kehidupan. akan tetap bersinar walau di dalam lumpur hitam sekalipun, dan tidak terkorosi oleh atmosfer di sekitarnya. pendidikan etika juga harus diutamakan, bagaimana beretika di depan orang tua, teman sebaya, guru, sampai bersosialisasi di berbagai level masyarakat.

Di pendidikan sosial diajarkan bagaimana membina suatu relasi, kepekaan sosial, kegotong- royongan, mengenal berbagai karakter dan psikologis yang ada di masyarakat. Bagaimana untuk ulet dalam bekerjasama dan beramanah, komitmen dan arti pengorbanan serta kebersamaan. Sehingga pendidikan karakter untuk masa ini lebih diutamakan, jika dibandingkan dengan pendidikan lain. dengan penambahan porsi yang lebih dari 50% dan bukan hanya sekedar teori, namun pada pembiasaan sehari- hari. karena sekarang ini bangsa sedang mengalami krisis pada aspek karakter. Dari beberapa hal yang disebutkan diatas bisa dikembangkan sendiri sesuai pola pemikiran dan ideology masing masing sehingga dalam pengembangan pendidikan karakter agent of change bisa bervariasi dan lebih mendalam serta sesuai dengan kebutuhan.
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: peaks, dream agent, and character education Rating: 5 Reviewed By: Wawan Listyawan