Dia duduk di sampingku.. kebetulan laki-laki itu sama tujuan denganku, menunggu seseorang yang penting.. seperti biasa kami bercerita banyak hal, dari urusan yang remeh temeh sampai urusan yang berat.. hingga pada akhirnya dia bercerita tentang pengeluarannya bulan ini yang membengkak, tentang tabungannya di beberapa bank..
"aku juga sedang berinvestasi juga mas, tapi tidak di bank.. sekarang aku membeli ini" aku mulai bercerita tentang diriku sekaligus memperlihatkan cincin yang melingkari jariku. "oh gitu ya.. itu berapa gram?" Tanya dia. "ini dua gram, harga sekian sekian.. enak lho mas kalau investasi seperti ini, jarang inflasi.. hehe" jawabku. "Iya sih.. tapi kemarin turun tigaribuan perak lho harganya.." jawab dia singkat. "Lho kok tahu? Up date juga ya.." tanyaku.
"Iya, sebenarnya tabungan satunya itu mau kubelikan cincin sama gelang, kalau masih mungkin kalung juga.. sudah bilang ibu juga dan beliau sepakat.. walaupun belum tahu nikahnya kapan dan dengan siapa? Haha.." dia menjelaskan dengan rinci. "Weh, masa sih belum ada calonnya? Wah aku aku juga suka tipe orang orang yang futuristik begini.. hehe" aku mencoba bercanda. "Belum, kalau kamu sama aku aja gimana? Hehe" dia mencoba membalas. "Wah gak tau ni.. wallahu alam,.." jawabku sambil tersenyum. "memulai salah satu tahapan itu lebih baik dari hanya sekedar wacana, barangkali dengan mulai membelinya bisa membuka langkah-langkah lain dari rencana-Nya" sambungku.
***
Setelah Subuh, 26 Januari 2016 - 05:12 WIB
------------------------------------------------------------------------------
potongan dari kumpulan cerita fiksi yang random, bersudut pandang orang pertama, yang muncul tanpa direncana dan mengalir begitu saja.. semoga bisa menjadi sebuah kumpulan aksara yang menempel dalam himpunan kertas dan terjejer rapi di rak buku sana..
0 komentar:
Posting Komentar