dimanapun dan kapanpun setiap orang akan merasakan merasakan kalah dengan orang lain.. ternyata orang lain itu lebih keren dan lebih hebat dari kita, kita tidak bisa memungkiri hal itu.. banyak sekali yang menyatakan hal itu, misalnya
ternyata rumput tetangga itu lebih hijau.. dimanapun, yang namanya rival itu memang lebih terlihat bersinar..bukan salah orang lain yang lebih hebat dengan hasil capaianya, namun karena kita belum bisa melebihkan apa yang menjadi bekal untuk melampauinya..
ketika kita merasa rumput tetangga lebih hijau, maka kita akan lebih banyak memandang rumput itu serta berharap bisa memilikinya.. kenapa kita tidak mulai berpikir kenapa rumput mereka bisa seperti itu? sedikit berfleksi, bahwa kunci itu kembali kepada kita sendiri.. ketika kita mulai sadar, bahwa sudah saatnya kita menolong diri kita, membuat solusi, mulai menggarap kebun kita sendiri untuk lebih hijau daripada orang lain, belajar dari mereka merupakan hal yang utama, bukan malah merebut apa yang sudah menjadi haknya.. berbenah, mulai menyirami dan memupuk kebun yang sudah diamanahkan kepada kita, tinggal kita mulai mengoptimalkan.. kita harus sadar pula bahwa jenis biji untuk membuat rumput dan kebun antara kita atau mereka itu berbeda, sehingga beda pula hasil yang akan kita peroleh, apalagi dengan dengan perlakuan yang berbeda dalam merawatnya.. namun percayalah, semua biji akan tumbuh dengan kondisi yang terbaik, karena terbaik itu berarti sesuai dengan usaha yang telah kita lakukan dan menutup kebutuhan yang menjadi prioritas kita..
rival itu tidak mengarahkan kita untuk menjadi dirinya, namun menguji diri kita untuk tetap jadi diri sendiri, dengan potensi yang sudah tergali dan teroptimalisasi..
tidak ada seorang rival itu posisinya berada dibawah kita.. kondisi paling buruk ialah ketika dia berada sejajar dengan kita, itupun hanya sekali dua.. selain itu dia akan jauh melambung dan memaksa kita untuk melihat ke atas.. ya, begitulah takdir seorang rival yang dihadirkan dihadapkan kita.. dia diciptakan bukan untuk melumpuhkan kita, membuat kita tersungkur tak berdaya.. namun dia merupakan motivator yang tersembunyi, mendorong pelan pelan hingga kita tersadar, bukan saatnya untuk berpangku tangan dan terdiam tanpa kata, apalagi mengaguminya.. itu adalaha hal yang bodoh.. terus megenali diri, instropeksi, bergerak, dan jaga kendali diri..
tak boleh terlupa, orang lain itu ibarat cermin, sebagai sarana mengenali diri.. selain itu orang lain berperan sebagai pintu, dia akan membuka dan mengantarkan diri kita ke dunia yang berbeda..
pagi yang redup @ meja lengkung, 17.01.14. 06.18