seringkali kita meninggalkan apa yang tidak sukai, padahal hal itu memiliki manfaat pada kita. kenapa kita meninggalkan hal tersebut? pola berpikir pragmatis lebih dekat kepada logika kita daripada pola pikir jangka panjang. kita hanya memikirkan apa yang terbaik untuk kita saat ini, berpikir bahwa itu merupakan pilihan yang tepat. namun setelah kita runut lebih dalam, kita analisis lebih rinci maka analisis terbaru mungkin tidak berkata demikian. "hey anak muda, jangan tinggalkan tahapan ini, kalau kamu lebih peka maka tahapan ini memberikan sesuatu yang besar untukmu, walau kamu harus bersimbah darah"
kedangkalan kita menganalisis juga memperngaruhi langkah berpikir kita, apakah memilih tahap ini atau tahap itu. seringkali kita hanya melihat sisi negatif tahapan yang dihadapkan kepada kita untuk dipilih. ya, sisi negatif akan lebih mudah terlihat daripada sisi positif. sisi positif itu seperti emas, untuk mendapatkannya kita harus menggali dulu, mengolahnya, sehingga menjadi emas yang sangat bersinar. sisi positif juga demikian, perlu perenungan yang mendalam untuk mendapatkan hikmah yang terbaik, setelah itu baru berspekulasi mau pilih yang mana.
menentukan tahapan terkadang mudah, tinggal pilih yang mana. namun sejatinya tak demikian karena kita harus kritis mana yang terbaik. memilih salah satu tahapan dan meninggalkan tahapan yang lain merupakan suatu kewajiban, karena tak akan mungkin kita melalui dua jalan untuk mencapai satu titik, namun untuk meninggalkan tahapan yang lain sebaiknya tak semudah mencoret buku, kita harus benar benar memiliki 1001 alasan untuk meninggalkannya, lebih banyak daripada alasan untuk tetap memilih tahapan itu.
tahapan merupakan titik yang sangat penting, karena dia adalah proses yang menentukan hasil. namun jangan lupa dalam menentukan tahapan kita juga berdasar pada hasil, pilihlah tahapan yang mengantarkan kita pada hasil yang maksimal.
0 komentar:
Posting Komentar