Dakwah sederhana paling berharga adalah mengajak seseorang untuk sholat tepat waktu sekaligus berjamaah di masjid. Dakwah tidak butuh ceramah yang panjang, cukup mengetuk pintu kamarnya seraya berkata, “ayo sholat”. Karena dengan mengajaknya setidaknya kita turut membantu menegakkan tiang-tiang agama, mengamalkan ayat al Qur’an, sekaligus meneladani Rasulullah SAW melalui sunnahnya. Bukankah dengan mengajaknya sholat kita sudah mengajaknya mendekati Allah, memperbesar peluangnya untuk masuk surga lebih cepat, mendamaikan hatinya yang sempat sibuk berjibaku dengan dunia.
Rasulullah SAW saja merindukan umatnya yang tidak berjumpa dengannya karena terbatasnya jarak dan waktu untuk ikut serta bersamanya memasuki surga, rehat, berhalaqah di telaganya. Kita yang notabene mengaku sebagai umatnya dan konon katanya rasulullah SAW sebagai suri teladannya bukankah seharusnya ikut merindukan saudara kita yang belum terpaut hatinya dengan masjid? Bukankah seharusnya kita turut serta mengajaknya memasuki rumah-rumah-Nya? Cak Nun pernah berkata, “kita tidak bisa masuk surga sendirian”. Kita berpeluang masuk surga itu saja bersanad, karena diajak Rasulullah SAW, diajak Ulama. Mosok ya kita kita egois tidak mau mengajak orang lain.
Kalau boleh iri, saya ingin iri dengan muadzin yang senantiasa mengumadangkan adzan? Berapa ratus orang, berapa ribu jin, berapa juta malaikat yang terpanggil untuk merapat karena suaranya? Berapa upah yang diterima olehnya selain dipanjangkan lehernya saat di padang mahsyar nantinya? Namun sayang, kebanyakan orang tidak berebut mengambil amanah itu dan malah mempersilahkan orang lain padahal dia sudah tahu ilmu dan faedahnya, termasuk saya.
***
Di samping pintu kamar, 29 Desember 2015 - 20:46
0 komentar:
Posting Komentar