kita tak akan bisa berlari dari kehidupan ini.. karena kehidupan ini bukan ketentuan kita, namun merupakan ketentuan-Nya dan kewajiban kita adalah menerimanya dengan lapang dada.. hak kita adalah menentukan langkah jalan mana yang akan kita pilih.. kita harus menyadari bahwa kita berbeda dengan orang lain, begitu pula ritme hidup.. kita tak perlu menunggu dan mengikuti dibelakang mereka untuk memulai kehidupan.. karena kita pemegang utama kehidupan kita sendiri..
hidup ini menawarkan pilihan, antara lari atau menghadapi.. memang sebuah pilihan dilematis.. kita harus sadar itu adalah sebuah ujian ataukah sebuah jalan.. dia akan kembali ke logika analitis kita.. mana yang lebih baik dan membawa manfaat.. seringkali orang mencibir jalan dan keputusan yang sudah kita ambil. memang semua orang bisa menjadi hakim, menjudge segala sesuatu itu baik atau buruk.. namun semua orang itu pasti pernah menjadi hakim yang kejam.. menghakimi seseorang yang tak dikenalnya dengan sekedar melihat dan tak mencoba mengenalinya..
kembali lagi berurusan dengan hati dan perasaan, menyiapkan lapisan yang tebal supaya mampu bertahan dari terpaan badai cibiran.. hati, sebuah organ yang tak memiliki ekstensibilitas dan elastisitas.. dia akan mudah hancur ketika ditekan, mudah sobek ketika ditarik.. rasa, ia pun demikian.. hey rasa, kenapa kamu tak seperti otot saja? terkadang kita terbawa emosi dan hanyut dalam perasaan kalut.. pejamkan mata dan ambil napas dalam dalam dan hembuskan perlahan.. Obat orang yang sedang kalut perasaannya bukanlah curhat, apalagi teriak teriak.. tapi cukup dengan merelaksasikan ototnya kembali dengan mencoba sejenak tidur..
memang kehidupan ini banyak sekali kepahitan, namun Selalu ada romantisme yang terkenang dalam setiap perjalanan ini.. walau hanya beberapa detik saja..
***
Lab Fisiologi Anatomi, 18.06.14 - 11.42
0 komentar:
Posting Komentar