Portal Digital Data Personal

Tulisanku
Kamis, 07 Januari 2016

Belajar dari Emha Ainun Nadjib


Ada sebuah pertanyaan yang hinggap di telinga dari seorang teman yang kebetulan main ke kamar, “mas kenapa kamu kok punya banyak buku Cak Nun?”. Banyak? Padahal yang kupunya tidak sebanyak seniorku, apalagi yang kupunya juga tidak ada separuhnya dari seluruh tulisan beliau. Sambil menghela nafas aku berpikir, kemudian sejenak menjawab, “karena dari beliau, melalui karya beliau maupun karya tentang beliau kita bisa belajar cara memandang kehidupan, dimana mungkin kita sudah kebolak-balik tentang bagaimana kita memandangnya, baik dari sudut pandang maupun dari perbandingan komposisi”. 

Dari beliau kita belajar bagaimana seharusnya ‘membesarkan’ tuhan yang seringkali orang itu mengkerdilkannya, meragukannya, melupakannya, bahkan menganggapnya tidak ada. Kita belajar bagaimana memahami agama dan akhlaq, bahwa mereka memiliki ikatan ionik. Bahwa agama itu adalah konsep, sedang akhlaq adalah internalisasi, dan tindakan yang baik adalah implementasi. Hal yang kurang tepat ketika pendidikan akhlaq hanya menjadi teori kelas yang hanya terhenti menjadi ingatan di memori, padahal akhlaq merupakan hasil dari menduplikasi tingkah laku baik yang berasal dari lingkungan kita sendiri.

Kita juga belajar menyederhanakan dunia ketika banyak orang yang mengejarnya, padahal dunia itu hanya sementara. Dunia itu layaknya air laut yang asin, semakin kita meminumnya maka bukannya dahaga kita akan hilang namun semakin kita merasakan kehausan. Dunia yang harusnya kita sombong kepadanya malah kita menyombongkan diri bersamanya. Dunia yang harus kita injak di bawah malah kita junjung tinggi di atas kepala. Dunia yang seharusnya terinternalisasi di dalam tubuh dan aliran darah kita malah terinternalisasi di dalam jiwa dan mengalir bersama nafsu kita.

Beliau menuntun kita untuk menyelesaikan urusan kita dengan diri kita sendiri terutama hati kita yang mungkin suka bergemuruh dalam masalah, urusan hati harus diselesaikan ‘terlebih dahulu’ sebelum menyelesaikan urusan yang berkaitan dengan orang lain. Seperti sabda rasulullah SAW, ketika hati seseorang baik maka baiklah semua yang ada pada dirinya, ketika hati itu rusak maka rusak pula yang ada padanya.

Beliau mengajarkan kepada kita untuk memandang sesuatu yang kebanyakan orang menganggapnya remeh-temeh namun dari keremeh-temehan itu kita bisa mengambil hakekat kehidupan dengan logis dan sudut pandang yang kaya. Seperti yang dikemukakan oleh Iqbal Aji Daryono atau yang dikenal Syekh Abu Hayyun dimana beliau konon katanya sering ikut mocopat syafaat di bantul yaitu “dengan memperbanyak obyek yang kita lihat, kita memperluas pengetahuan dan meningkatkan kecerdasan. tapi dengan memperkaya sudut pandang atas semua itu, kita akan meraih kebijaksanaan”.

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Belajar dari Emha Ainun Nadjib Rating: 5 Reviewed By: Wawan Listyawan