kita hidup di sini itu bukan tentang memilih siapa yang cocok, siapa yang terbaik dan pantas untuk kita.. ketika ada yang sosok yang baik dan (terlihat) sempurna seakan akan berebut untuk bisa bersanding dengannya.. kalau jodoh itu adalah rizki maka kita tidak berhak untuk memilih seperti memilih baju yang di etalase toko, dimana ada yang menarik dan kita suka maka kita bisa membawanya pulang.. kalau jodoh adalah rizki maka kita hanya diberikan satu pilihan yaitu menjemputnya..
kalau jodoh itu adalah rizki maka dia akan mendekat lebih dekat kepada kita, daripada kita mendekat kepadanya.. seperti kata ustad Salim A Fillah bahwa asinnya garam yang dapat kita rasa dilidah dan mengisi darah kita itu usahanya lebih keras untuk mencapai lidah kita karena harus melewati berbagai fase, dari dijemur, diberi zat tambahan, dikemas, masuk gudang dulu, mampir ke distributor, naik ke dalam truk, bermalam di pasar, bertumpuk di warung, sampai akhirnya di beli ibu, kemudian sebagai bumbu untuk masakan.. nah sekarang kita sendiri bagaimana? kita hanya cukup ke meja makan, melahapnya, merasakannya kemudian garam itu pun mengisi darah kita..
jodoh yang akan kita dapatkan bukanlah karena kita memilih siapa dia, namun kita disini dihadapkan pada pilihan bagaimana cara kita menjemputnya, memilih bagaimana kondisi kita saat menjemputnya, memilih niatan saat kita berhadapan dengannya, dan kapan kita akan menjemputnya ..karena dia sudah ditentukan di lauh mahfudz sana.. kalau kita masih ragu, tak perlu lah kita maju.. kalau kita belum siap maka bergeraklah, karena diam dan menunggu siap bukanlah pilihan..
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
potongan dari kumpulan cerita fiksi yang random, bersudut pandang orang pertama, yang muncul tanpa direncana dan mengalir begitu saja.. semoga bisa menjadi sebuah kumpulan aksara yang menempel dalam himpunan kertas dan terjejer rapi di rak buku sana..
potongan dari kumpulan cerita fiksi yang random, bersudut pandang orang pertama, yang muncul tanpa direncana dan mengalir begitu saja.. semoga bisa menjadi sebuah kumpulan aksara yang menempel dalam himpunan kertas dan terjejer rapi di rak buku sana..
Menjemput itu tentang kemantapan dan kesiapan.. mantap dalam niat, siap dalam menanggung..
ketika rizki itu tentang rasa maka memiliki rasa dengannya adalah rizki yang turun kepada kita.. ketika rizki itu tentang halal maka halal dengannya adalah rizki yang tiada tara.. ketika rizki itu tentang toyyib maka bersanding dengannya adalah keadaan yang terbaik.. ketika rizki itu tentang waktu maka hari - hari bersamanya adalah sesuatu yang berharga..
***
sebuah jawaban atas pertanyaan bada subuh tadi
0 komentar:
Posting Komentar