menjadi refleksi tersendiri ketika kita melihat hamparan sawah luas yang padinya sudah menguning, sebuah awal untuk musim panen.. tak jauh di sana terdapat perontok padi beserta petani yang memanennya, ada yang berpeluh keringat untuk menggenjot pedal perontok itu sambil memasukkan ujung batang padi, ada yang membagi padi supaya mudah di genggam.. ada yang membungkuk memotong batang padi yang tingginya setinggi pinggangnya.. ada pula yang mengayak biji padi supaya terpisah dengan malai nya yang sempat ikut rontok. mereka bekerja di bawah terik matahari yang membakar, sampai kulit mereka menjadi kecoklatan, dan kaki kaki mereka yang terlumuri oleh lumpur..
yang menjadi pertanyaan adalah siapkah kita menggantikan mereka? saya rasa banyak yang mundur teratur ketika ditawari pekerjaan sebagai petani.. kenapa? karena mindset yang sering ditanamkan kepada anak anak adalah " nak, belajar yang rajin ya.. nanti supaya jadi pegawai, nanti kerjaannya enak gak perlu panas-panasan".. sehingga banyak sekali anak-anak yang orientasinya mencari pekerjaan yang enak dan tak perlu berpeluh keringat.. sehingga banyak anak anak lebih mengedepankan kemampuan kognitiffnya demi meraih kemudahan di masa depan.. padahal selayaknya kita berefleksi kembali, apa keperluan bangsa ini dalam mencukupi kebutuhan pangannya? ya, sesuap nasi untuk sepuluh langkah yang prima.. ketika banyak sekali pewaris bangsa ini berniat menjadi pegawai, bagaimana nasib perut kita? haruskah kita mengimpor beras dari luar negeri padahal nasi adalah sumber energi utama kita.. apakah kita harus memakan roti setiap hari dengan mengimpor gandum untuk mensubstitusikan beras kita?
Menjadi petani memang tak semudah menjadi konsumen.. menghasilkan beras memang tak semudah memakannya.. ketika itu kita bisa mengenal apa itu ikhtiar, tawakal dan nikmatnya menunggu dan memetik hasilnya.. ketika padi itu sudah menguning bukan berarti ikhtiar dan penantian itu berakhir.. masih berliter-liter keringat yang harus kita siapkan untuk menikmati sesuap nasi.. kita harus merontokkan padi dari malai nya.. menjemurnya sampai benar benar kering.. mengeringkan itu tak cukup satu hari, setiap pagi hari kita harus memanggul puluhan karung padi dari lumbung untuk di jemur di halaman bahkan di jalan.. harus menjaga padi dari gangguan ayam dan burung.. sorenya kita harus mewadahi nya lagi.. dan begitu seterusnya setiap hari sampai padi benar-benar kering.. belum lagi kita harus menggiling padi supaya bulir padi nantinya bisa disebut beras..
banyak dari kita yang memilih menjadi konsumen saja.. sedikit yang menjadi produsen hulu dan produsen hilir.. ketika para petani yang sudah tua renta itu dinyatakan pensiun, siapkah kita menggantikannya?
apakah pekerjaan petani itu hanya dilakukan oleh orang orang yang memang kurang beruntung mengeyam pendidikan menengah atau tinggi? ataukah karena tingginya harga diri dari kaum intelektual yang merasa tak selayaknya melakoni pekerjaan itu? ataukah orang yang merasa terpaksa melakoninya karena tak ada pilihan lain?
0 komentar:
Posting Komentar